Sabtu, 13 April 2013

ISOLASI SOSIAL


A.     KONSEP MEDIS

1.    Pengertian
                 Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya secara wajar dalam khalayaknya sendiri yang tidak realistis. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh  seseorang karena orang lain mengatakan sikap negatif atau mengancam (Dalami dkk, 2009).
                 Gangguan hubungan sosial merupakan suatu ganggguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial (Riyadi Sujono, 2009).
                 Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Dr.Keliat, 2009).
                 Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkaan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Yosep, 2007).
2.    Etiologi
                 Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengn orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan.(farida, 2010).
                 Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart & Sundeen (1998), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
a.   Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1)  Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai usia lanjut untuk dapat  mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon social maladaptif.
2)     Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku.
Ø Sikap bermusuhan/hostilitas
Ø Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
Ø Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya.
Ø Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
Ø Ekspresi emosi yang tinggi
Ø Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
3)     Faktor Sosial Budaya
                 Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
4)     Faktor Biologis
                 Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
b.    Faktor Presipitasi
            Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
1.  Stresor Biokimia
a)  Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b)  Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c)  Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
d)  Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
2.  Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
3.  Stresor Psikologis
                    Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik. Menurut teori psikoanalisa perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
3.    Tanda dan Gejala
a.  Menyendiri dalam ruangan
b.  Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
c.   Sedih, afek datar
d.  Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya.
e.  Berpikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna.
f.    Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain.
g.  Tidak ad asosiasi antara ide satu dengan yang lainnya.
h.  Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme).
i.    Menggunakan kata yang tak berarti.
j.    Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri (Farida, 2010).
4.    Proses Terjadinya
                 Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.
                 perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangakan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.
                 klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang austik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi (Dalami, 2009).
5.    Rentang Respon

                 Respon Adaptif                               Respon Maladaptif
                                                                                                            

      Solitude                                             Kesepian                   Manipulasi
      Autonom                                            Menarik Diri              Implusif
      Kebersamaan                                   Ketergantungan       Narkisisme
      Saling Ketergantungan
Keterangan rentang respon :
a.  Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.
Adapun respon rentang adaptif tersebut
1)  Solitude atau menyendiri
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.
2)  Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran dan perasaan dalam hubungan sosia. Individu mampu menetapkan diri untuk inetrdependen dan mengatur diri.
3)  Mutuality atau Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk memberi dan menerima.
4)  Interdependen atau Saling ketergantungan
Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam hubungan interpersonal.
b.  Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah ysng menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat.
Karakteristik diri perilaku maladaptif tersebut adalah :
1)  Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketengan sementara waktu.
2)  Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek dan bberorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
3)  Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki.
4)  Implusif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak.
5)  Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung (Dalami, 2009).
6.    Mekanisme Koping
                 Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, W Staurt  2006). Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang splitting, formasi reksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyeksi.
7.    Perilaku
                 Pada klien gangguan sosial menarik diri yaitu: kurang sopan, apatis, sedih, afek tumpul, kurang perawatan diri, komunikasi verbal turun, menyendiri, kurang peka terhadap lingkungan, kurang energy, harga diri rendah dan sikap tidur seperti janin saat tidur. Sedangkan perilaku pada gangguan sosial curiga meliputi tidak mempercayai orang lain, sikap bermusuhan, mengisolasi diri dan paranoia. Kemudian perilaku pada klien dengan gangguan sosial manipulasi adalah kurang asertif, mengisolasi diri dari lingkungan, harga diri rendah, dan sangat tergantung pada orang lain.
8.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis:
a.  Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
1)  Depresi mayor
Ø Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang menetap.
Ø Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan respon membaik pada ECT.
Ø Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan.
2)  Maniak
     Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau terapi lain berbahaya bagi klien.
3)  Skizofrenia
     Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
b.  Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada klien.
c.  Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.
Penatalaksanaan Keperawatan:
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:
Ø  Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
a.  Pengertian
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
b.  Tujuan
Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif.
c.   Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien dengan isolasi sosial adalah TAK Sosialisasi dimana klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa.


B.    PROSES KEPERAWATAN

1.     Pengkajian
a.  Data yang dikaji
1)  Wawancara
Ø Merasa sepi
Ø Merasa tidak aman
Ø Hubungan tidak berarti
Ø Bosan dan waktu terasa lambat
Ø Tidak mampu konsentrasi
Ø Merasa tidak berguna
Ø Tidak yakin hidup
Ø Merasa ditolak.
2)  Observasi
Ø Banyak diam
Ø Tidak mau bicara
Ø Menyendiri
Ø Tidak mau berinteraksi
Ø Tampak sedih
Ø Ekspresi datar dan dangkal
Ø Kontak mata kurang.
b.  Masalah keperawatan
1)  Isolasi sosial: menarik diri
2)  Gangguan sensori/persepsi: halusinasi pendengaran
3)  Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
4)  Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis
5)  Ketidakefektifan penatalaksanaan program teraupetik
6)  Defisit perawatan diri: mandi dan berhias
7)  Ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
8)  Gangguan pemeliharaan kesehatan.
c.  Analisa data
1.  Data subjektif
a)  Klien mengatakan malas berinteraksi
b)  Klien mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
c)  Klien merasa tidak berguna
2.  Data objektif
a)  Klien terlihat menyendiri
b)  Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
c)  Klien terlihat mondar-mandir tanpa tujuan
d)  Klien tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
e)  Afek tumpul dan kontak mata kurang
d.  Pohon masalah
Berdasarkan data-data diatas dapat dibuat pohaon masalah sebagai berikut:

RESIKO HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH

2.     Diagnosa
a)  Resiko perubahan sensori persepsi halusinasi
b)  Isolasi sosial
3.     Intervensi
a)  Standar SP(Strategi Pelaksanaan)
Pasien
1)  SP 1
Ø Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
Ø Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
Ø Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Ø Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
Ø Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
2)  SP 2
Ø  Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Ø  Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
Ø  Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
3)  SP 3
Ø  Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Ø  Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih
Ø  Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
1)  SP 1
Ø  Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
Ø  Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya
Ø  Menjelaskan cara - cara merawat pasien isolasi sosial
2)  SP 2
Ø  Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
Ø  Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial
3)  SP 3
Ø  membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum obat (Discharge planning)
Ø  menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
b)  Tuk dan Rasional
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Evaluasi

Intervensi

Rasional
Isolasi sosial: menarik diri b.d. harga diri rendah
TUM : klien dapat berinteraksi dengan orang lain




TUK 1 :
klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria evaluasi :
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dengan perawat


1. membina hubungan saling percaya :
·      Beri salam setiap interaksi.
·      Perkenalkan nama dan panggilan nama perawat
·      Sampaikan tujuan pertemuan, tanyakan nama lengkap kliendan panggilan nama kesukaan klien
·      Tunjukkan sikap jujur dan menempati janji setiap kali berinteraksi
·      Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
·      Buat kontrak interaksi yang jelas dan dengarkan penuh perhatian
A.    Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya
B.      
C.      

TUK 2 :
Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri


Kriteria evaluasi :
Pasien dapat menyebutkan penyebab dan tanda menarik diri

D.    Membantu pasien  mengenal penyebab isolasi sosial dengan cara :
a.  Tanyakan kebiasaan pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
b.  Tanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
c.   Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain.
d.  Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
Dengan mengetahu tanda-tanda dan gejala, kita dapat menentukan langkah intervensi selanjutnya

TUK 3:
Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian isolasi sosial

Kriteria evaluasi :
klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial
a.   Tanyakan pada kliententang manfaat hubungan sosial dan kerugian isolasi sosial.
b.   Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkanperasaannya.
Reinforcement dapat meningkatkan harga diri klien

TUK 4 :
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.


Kriteria evaluasi :
setelah 2x kali berinteraksi , klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan perawat, perawat lain, klien lain atau kelompok.
a. Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial , beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan.
b. Diskusikan  atau berkomunikasi dengan perawat lain, klien lain, kelompok.
c. Libatka klien dalam terapi aktifitas kelompok sosialisasi.
d. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi.
e. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
f. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui aktifitas yang dilakukan.
Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain

TUK 5 :
Klien mampu menjelaskan perasannya setelah berhubungan sosial

Kriteria evaluasi :
setelah satu kali berinteraksi klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan orang lain.

a.   Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan orang lain, kelompok.
b.   Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
Agar klien lebih percaya diri untuk berhungan dengan orang lain

TUK 6 :
Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.


Kriteria evaluasi :
Setelah satu kali pertemuan klien, keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian isolasi sosial, tanda dan gejala isolasi sosial.
a. Diskusikan tentang pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri.
b. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku isolasi sosial.
c. Jelaskan pada keluarga tentang pengertian isolasi sosial, tanda dan gejala isolasi sosial, cara merawat klien isolasi sosial.
d. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan, beri motivasi keluarga untuk membantu klien bersosialisasi.
e. Beri pujian pada keluarga atas keterlibatannya merawat klien.
Agar klien lebih percaya diri untuk berhungan dengan orang lain

TUK 7 :
klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

Kriteria evaluasi :
Setelah satu temuan, klien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat.
a. Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek samping  penggunaan obat.
b. Bantu klien saat minum obat. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
c. Anjurkan klien untuk konsultasi kepad perawat
Minum obat dapat menyembuhkan penyakit klien

4.  Implementasi
                   Pada tahap implementasi asuhan keperawatan yaitu diberikan pada klien dengan Isolasi Sosial sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya, berdasarkan teori kasus dengan melihat kondisi dan kebutuhan. Di dalam diagnosa keperawatan Isolasi Sosial, tindakan yang sudah tercapai yaitu membina hubungan saling percaya, SP1 p, yaitu Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien dengan cara: Menanyakan orang yang tinggal serumah dengan klien atau teman sekamar klien menanyakan kepada klien orang yang paling dekat dengan klien dirumah atau diruang perawatan, menanyakan apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut, menanyakan orang yang tidak dekat dengan klien dirumah atau diruang perawatan, menanyakan apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut, berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang dengan cara mendemonstrasikan dengan klien, menganjurkan klien memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain dalan jadwal kegiatan harian. SP2 p yaitu: Mengevaluasi jadwal kegiatan harian kien, memberikan kesempatan kepada kllien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang yang klien suka, membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.Pada SP3p, kami sudah melakukan yaitu dengan memberikan kesempatan kepada klien untuk berkenalan dengan dua orang.
5.  Evaluasi
a)  Evaluasi proses (Formatif)
Formatif yaitu yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan.
b)  Evaluasi hasil (Sumatif)
Sumatif yaitu dilakukan dengan cara membandingkan respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan.
c)  Standar evaluasi
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah            dilaksanakan.
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A: Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan            apakah masalah masih ada atau telah teratasi atau muncul masalah       baru.
P: Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons klien.
d)  Hasil yang diharapkan
1.  Pada klien
Ø Klien dapat membina hubungan saling percaya
Ø Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
Ø Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dari isolasi sosial
Ø Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
2.  Pada keluarga
Ø Keluarga mampu berkomuniokasi dengan klien secara teraupeutik
Ø Keluarga mampu mengurang penyebab klien menarik diri
e)     TAK(Terapi Aktivitas Kelompok)
       Terapi aktivitas kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
1.  Tujuan
Tujuan umum TAKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sementara, tujuan khususnya adalah:
a)  Klien mampu memperkenalkan diri
b)  Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c)  Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d)  Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
e)  Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain
f)   Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
g)  Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
2.  Aktifitas dan Indikasi
Aktivitas TAKS dilakukan tujuh sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien. Klien yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien dengan gangguan hubungan dengasn sosial berikut:
a)  Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.
b)  Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus.
SESI 1: TAKS
1.  Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
2.  Setting
Ø Klien dan terapis duduk bersama dalamlingkaran
Ø Ruangan nyaman dan tenang
3.  Alat
Ø Tape recorder
Ø Kaset: "marilah kemari" (Titiek Puspa)
Ø Bola tenis
Ø Buku catatan dan pulpen
Ø Jadwal kegiatan klien
4.  Metode
Ø Dinamika kelompok
Ø Diskusi dan tanya jawab
Ø Bermain peran/simulasi
5.  Langkah kegiatan
a)  Persiapan
b)  Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
1.  Memberi salam teraupetik : salam dari terapis
2.  Evaluasi/vslidasi : Menanyakan perasaan klien saat ini.
3.  kontrak
c)  Tahap kerja
Ø Jelaskan kegiatan, yaituy kaset pada tape recorder akan dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu ke arah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
Ø Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.
Ø pada saaat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola dapat giliran untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
Ø Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/pakai
Ø Ulangi b,c, dan dsampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
Ø Beri pujian tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member tangan
d)  Tahap terminasi
1)  Evaluasi
2)  Rencana tindak lanjut
3)  Kontrak yang akan datang
6.  Evaluasi dan Dokumentasi
evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung,khususnya pada tahap kerja untukk mmenilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK sesi 1, dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal dengan menggunakan formolir evaluasi berikut.
Sesi 1 : TAKS
Kemampuan memperkenalkan diri
a.  Kemampuan verbal
NO
Aspek yang dinilai

Nama
klien







1.
Menyebutkan nama lengkap





2.
Menyebutkan nama panggilan





3.
Menyebutkan asal





4.
Menyebutkan hobi






Jumlah





b. Kemampuan nonverbal
NO
Aspek yang dinilai

Nama
klien







1.
Kontak mata





2.
Duduk tegak





3.
Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai





4.
Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir






Jumlah






Petunjuk :
1.  Dibawah judul ada nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
2.  Untuk tiap klien, semua askep dimulai dengan memberi tanda benar jika ditemukan pada klien atau tanda salah jika tidak ditemukan
3.  Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nilai 0,1 atau 2 klien belum mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikuti Sesi 1 TAKS, klien mampu memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal, dianjurkan klien memperkenalkan diri pada klien lain di ruang rawat (buat jadwal).
















DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ernawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan: Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media
Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Kusumawati, Farida, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Riyadi, Sujono, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yosep, Iyus. 2007. Keperatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: PT Refika Aditama






1 komentar:

  1. Saya Termasuk Orang yang memiliki Masalah Isolasi Diri , Kontak Nomor hp saya 089651018173 Please Bantu saya ..

    Semoga anda bisa membantu Aammiinn .

    Facebook saya : Muhammad Zidan Seful Milah
    Blog Saya : Www.Pcunik.Blogspot.Co.Id

    Info Tentang Saya / About ME : Cek di Blog saya : Cek klik Info Blog PCunik dan ada Link ABOUT ME

    Please bantu saya Mengatasi Masalah IsolasiSosial .

    BalasHapus