BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini
menimbulkan dampak positif maupun negatif.Misalnya saja bidang transportasi
yang memberikan kemudahan, kenyamanan,efektivitas dan efisiensi waktu bagi
masyarakat. Namun di sisi lain juga mempunyaidampak negatif, misalnya
peningkatan angka kecelakaan lalu lintas yang sering sekalimenyebabkan
terjadinya fraktur.Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih
dari 7 jutaorang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta
orang mengalamikecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki
prevalensi cukup tinggiyakni insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar 46,2%
dari insiden kecelakaan yangterjadi dilakukan pemasangan gips.
Departemen Perhubungan mengumumkan angka kecelakaan di
jalan rayayang ada di Indonesia masih cukup tinggi, dan bila dibandingkan
dengan kondisitahun 2008 maka angka kecelakaan tahun 2009 mengalami sedikit
peningkatan. Kalau tahun 2008 tercatat 18.000 kecelakaan, maka untuk tahun 2009
ada peningkatan menjadi 19.000 kasus. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyusun
makalah tentang Pemasangan Gips.
B. Tujuan
Penulisan
a. Untuk
mengetahui Pengertian Pemasangan Gips
b. Untuk
mengetahui Tujuan Pemasangan Gips
c. Untuk
mengetahui Jenis-Jenis Pemasangan Gips
d. Untuk
mengetahui Bahan-Bahan Pemasangan Gips
e. Untuk
mengetahui Bentuk-Bentuk Pemasangan Gips
f. Untuk
mengetahui Indikasi Pemasangan Gips
g. Untuk
mengetahuiKomplikasi yang berhubungan dengan imobilisasi pada
penggunaan gips
h. Untuk
mengetahui Tekhnik Pemasangan Gips
i.
Untuk mengetahui
Tekhnik Pelepasan Gips
j.
Untuk mengetahuiHal-hal yang
perlu diperhatikan dalam Pemasangan Gips
k. Untuk
mengetahui Kelebihan Pemasangan Gips
l.
Untuk mengetahui
Kekurangan Pemasangan Gips
m. Untuk
mengetahui Perawatan Gips
n. Untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan Umum pada Pemasangan Gips
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP TEORI
1.
Pengertian Pemasangan Gips
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk
membungkus secara keras area yang mengalami patah tulang.
Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku yang
dicetak sesuai kontur tubuh tempat gips dipasang. (Brunner dan Suddart, 2002).
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk
immobilisasi bagian tubuh dengan menggunakan bahan gips tipe plester dan
fiberglass.(Barbara Engram ,1999)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa gips adalah alat immobilisasi eksternal yag terbuat dari
bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester
atau fiberglass.
2.
Tujuan Pemasangan Gips
Untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar
tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara
mengimobilisasi tulang yang patah tersebut dalam posisi tertentu dan memberikan
tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak didalamnya.
a.
Imobilisasi kasus pemasangan
dislokasia sendi.
b.
Fiksasi fraktur yang telah
direduksi.
c.
Koreksi cacat tulang (misalnya
skoliosis).
d.
Imobilisasi pada kasus penyakit tulang
satelah dilakukan operasi (misalnya spondilitis)
e.
Mengoreksi deformitas.
3.
Jenis-Jenis Pemasangan Gips
Kondisi yang ditangani dengan gips
menentukan jenis dan ketebalangips yang dipasang. Jenis-jenis gips sebagai
berikut:
a.
Gips lengan pendek
Gips ini dipasang memanjang dari bawah
siku sampai lipatan telapak tangan, dan melingkar erat didasar ibu jari.
b.
Gips lengan panjang
Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi
lipat ketiak sampai disebelah proximal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di
imobilisasi dalam posisi tegak lurus.
c.
Gips tungkai pendek
Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut
sampai dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral.
d.
Gips tungkai panjang
Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai
dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
e.
Gips berjalan
Gips tungkai panjang atau pendek yang
dibuat lebih kuat dan dapat disertai telapak untuk berjalan.
f.
Gips tubuh
Gips ini melingkar di batang tubuh.
g.
Gips spika
Gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas
(gips spika tunggal atau ganda).
h.
Gips spika bahu
Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh,
bahu dan siku.
i.
Gips spika pinggul
Gips ini melingkari batang tubuh dan satu
ekstremitas bawah (gips spika tunggal atau ganda).
4.
Bahan-Bahan Pemasangan Gips
a.
Plester
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh
secara halus. gulungan krinolin diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat
anhidrus (Kristal gypsum). Jika basah terjadi reaksi kristalisasi dan
mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan pembalut yang kaku. kekuatan penuh
baru tercapai setelah kering, memerlukan waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips
yang kering bewarna mengkilap, berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan
gips yang basah berwarna abu-abu dan kusam, perkusinya pekak, terba lembab, dan
berbau lembab.
b.
Nonplester
Secara umum berarti gips fiberglass, bahan
poliuretan yang di aktifasi air ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan
mempunyai kelebihan karna lebih ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah
pecah.di buat dari bahan rajutan terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi dengan
bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa
menit.
c.
Nonplester Berpori-pori
Sehingga masalah kulit dapat di hindari .
Gips ini tidak menjadi lunak jika terkena air,sehingga memungkinkan hidro
terapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan pengering rambut.
5.
Bentuk-Bentuk Pemasangan Gips
a.
Bentuk lembaran sehingga gips
menutup separuh atau dua pertiga lingkaran permukaan anggota gerak.
b.
Gips lembaran yang dipasang pada
kedua sisi antero-posterior anggota gerak sehingga merupakan gips yang hampir
melingkar.
c.
Gips sirkuler yang dipasang lengkap
meliputi seluruh anggota gerak.
d.
Gips yang ditopang dengan besi atau
karet dan dapat dipakai untuk menumpu atau berjalan pada patah tulang anggota
gerak bawah.
6.
Indikasi Pemasangan Gips
a.
Untuk pertolongan pertama pada fraktur
(berfungsi sebagai bidal).
b.
Imobilisasi sementara untuk
mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya gips korset pada tuberkulosis
tulang belakang atau pasca operasi seperti operasi pada skoliosis tulang
belakang.
c.
Sebagai pengobatan definitif untuk
imobilisasi fraktur terutama pada anak-anak dan fraktur tertentu pada orang
dewasa.
d.
Mengoreksi deformitas pada kelainan
bawaan misalnya pada talipes ekuinovarus kongenital atau pada deformitas sendi
lutut oleh karena berbagai sebab.
e.
Imobilisasi untuk mencegah fraktur
patologis.
f.
Imobilisasi untuk memberikan
kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah suatu operasi misalnya pada
artrodesis.
g.
Imobilisas setelah operasi pada
tendo-tendo tertentu misalnya setelah operasi tendo Achilles.
h.
Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan
untuk pembuatan bidai atau protesa.
7.
Komplikasi yang berhubungan dengan
imobilisasi pada penggunaan gips
a.
Rasa sakit akibat tekanan
Rasa sakit
dapat timbul akibat tekanan pada tonjolan-tonjolan tulang, berasal dari
permukaan dalam gips yang tidak rata, atau berasal darai takanan benda asing
diantara gips dan tungkai. Gajala yang sering tarjadi adalah selama beberapa
hari penderita mengeluh tidak enak akan tempat keras yang menetap, jika keluhan
tersebut tidak dihiraukan gejala akan berlanjut, kemudian jaringan yang
tertekan menjadi hilang rasa dan mulai mengelupas, dan lapisan gips benoda dan
cairan akan menumpuk dan sekret bertambah banyak.
Cara
mengatasi rasa sakit akibat tekanan dengan cara membuat lubang ventilasi pada
gips pada bagian yang dimaksud dengan gergaji gips bersudut dan kecil. Jika
tidak ada ulkus, bersihkan tempat tersebut dan balut, jika terdapat lesi yang
serius, tutupi lubang ventilasi dengan bantalan katun wol yang seragam. Pada
semua kasus, guanakan sepotong gips dan pasanglah pembalut halus diatasnya
untuk menghindari edema dari jaringan lunak yang tidak tersokong didaerah
ventilasi.
b.
Edema pada distal garis gips
Edema akibat cidera biasanya hilang dalam waktu dua
sampai tiga hari dengan menaikkan tungkai dan melakukan latihan aktif
berulang pada sendi-sendi yang tidak bergips. Jika setelah 2-3 hari edema tidak
hilang, mungkin edema tersebut disebabkan oleh gips yang kencang. Pada kasus
demikian, belah gips sepanjang gips dan potong pembalut atau stockinet sampai
ke permuakaan kulit. Usahakan gips membuka 1-2 cm sepanjang-panjang gips
tersebut. Angkat tungkai dan lanjutkan latihan aktif.
c.
Kulit melepuh
Kekeringan dan bersisik tidak dapat dihindari pada
kulit yang dibungkus gips karena epitel-epitel yang lepas tidak dapat
dibersihkan. Kadang-kadang kulit dapat alergi tehadap gips dan dapat berkembang
menjadi dematitis jika hal ini dibiarkan akan menimbulkan nyeri hebat dan dermatitis
purulenta. Cara mengatasi dengan pemberian antihistamin, antibiotika sistemik
dan mengangkat tungkai dapat menghilangkan sebagian nyeri dalam waktu 48 jam.
d.
Gangren
Terjadinya gangren setelah fraktur biasanya disebabkan
oleh kerusakan sistem vaskular pada tungkai yang cidera, tetapi dengan
pengontrolan yang hati-hati terhadap sirkilasi kapiler (dan denyut nadi jika
memungkinkan) baik sebelum atau sesudah pemasangan gips dapat menghindari
terjadinya gangren atau kontraktur Volkmann akibat lilitan yang keras dan tidak
diberi bantalan.
8.
Tekhnik Pemasangan Gips
a.
Persiapan Alat
1)
Bahan gips dengan ukuran sesuai
ekstremitas tubuh yang akan di gips
2)
Baskom berisi air biasa (untuk
merendam gips)
3)
Baskom berisi air hangat
4)
Gunting perban
5)
Bengkok
6)
Perlak dan alasnya
7)
Waslap
8)
Pemotongan gips
9)
Kasa dalam tempatnya
10) Alat cukur
11) Sabun dalam
tempatnya
12) Handuk
13) Krim kulit
14) Spons rubs
15) Padding
b.
Prosedur Kerja
1)
Siapkan klien dan jelaskan prosedur
yang akan dikerjakan.
2)
Siapkan alat-alat yang akan digunakan
untuk pemasangan gips.
3)
Daerah yang akan dipasang gips
dicukur, dibersihkan, dan dicuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan
handuk dan diberi krim kulit.
4)
Sokong ekstremiras atau bagian tubuh
yang akan digips.
5)
Posisikan dan pertahankan bagian
yang akan di gips dalam posisi yang ditentukan dokter selama prosedur.
6)
Pasang spongs rubbs (bahan yang
menyerap keringat) pada bagian tubuh yang akan dipasang gips, pasang dengan
cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan (padding) di daerah
tonjolan tulang dan pada jalur syaraf.
7)
Masukkan gips dalam baskom berisi
air, rendam beberapa saat sampai gelembung – gelembung udara dari gips harus
keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi jumlah air dalam gips.
8)
Pasang gips secara merata pada
bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal
tidak terlalu kendur atau terlalu ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan
gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpah tindihan lapisan gips. Dianjurkan
dalam jarak yang tetap. Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga
kontak yang constant dengan bagain tubuh.
9)
Setelah selesai pemasangan, haluskan
tepinya, potong serta bentuk dengan pemotongan gipa atau cutter.
10) Bersihkan
partikel bagian gips dari kulit yang terpasang.
11) Sokong gips
selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada
permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips.
9.
Tekhnik Pelepasan Gips
a.
Alat yang diperlukan untuk pelepasan
gips
1)
Gergaji listrik/pemotongan gips
2)
Gergaji kecil manual
3)
Gunting besar
4)
Baskom berisi air hangat
5)
Gunting perban
6)
Bengkok dan plastic untuk tempat
gips
7)
Sabun dalam tempatnya
8)
Handuk
9)
Perlak dan alasnya
10) Waslap
11) Krim atau
minyak
b.
Cara pelepasan gips
1)
Jelaskan pada klien prosedur yang
akan dilakukan.
2)
Yakinkan klien bahwa gergaji listrik
atau pemotongan gips tidak akan mengenai kulit.
3)
Gips akan dibelah dengan menggunakan
gergaji listrik.
4)
Gunakan pelindung mata pada klien
dan petugas pemotong gips.
5)
Potong bantalan gips dengan gunting.
6)
Sokong bagian tubuh ketika gips
dilepas.
7)
Cuci dan keringkan bagian yang habis
di gips dengan lembut, oleskan krim atau minyak.
8)
Ajarkan klien secara bertahap
melakukan aktivitas tubuh sesuai program terapi.
9)
Ajarkan klien agar meninggikan
ekstremitas atau menggunakan elastis perban jika perlu untuk mengontrol
pembengkakan.
10. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam Pemasangan Gips
a.
Gips yang pas tidak akan menimbulkan
perlukaan.
b.
Gips patah tidak bisa digunakan.
c.
Gips yang terlalu kecil atau terlalu
longgar sangat membahayakan klien.
d.
Jangan merusak / menekan gips.
e.
Jangan pernah memasukkan benda asing
ke dalam gips / menggaruk.
f.
Jangan meletakkan gips lebih rendah
dari tubuh terlalu lama.
11. Kelebihan Pemasangan
Gips
a.
Mudah didapatkan.
b.
Murah dan mudah dipergunakan oleh
setiap dokter.
c.
Dapat diganti setiap saat.
d.
Dapat dipasang dan dibuat cetakan
sesuai bentuk anggota gerak.
e.
Dapat dibuat jendela/lubang pada
gips untuk membuka jahitan atau perawatan luka selama imobiliasi.
f.
Koreksi secara bertahap jaringan
lunak dapat dilakukan membuat sudut tertentu.
g.
Gips bersifat rediolusen sehingga
pemeriksaan foto rontgen tetap dapat dilakukan walaupun gips terpasang.
h.
Merupakan terapi konservatif pilihan
untuk menghindari operasi.
12. Kekurangan
Pemasangan Gips
a.
Pemasangan gips yang ketat akan
memberikan gangguan atau tekanan pada pembuluh darah, saraf atau tulang itu
sendiri.
b.
Pemasangan yang lama dapat
menyebabkan kekakuan pada sendi dan mungkin dapat terjadi.
1)
Disus osteoporosis dan atrofi
2)
Alergi dan gatal-gatal akibat gips
3)
Berat dan tidak nyaman dipakai oleh
penderita
13. Perawatan Gips
a.
Gips tidak
boleh basah oleh air atau bahan lain yang mengakibatkan kerusakan
gips.
b.
Setelah
pemasangan gips harus dilakukan follow up yang teratur, tergantung dari
lokalisasi pemasangan.
c.
Gips yang
mengalami kerusakan atau lembek pada beberapa tempat, harus diperbaiki.
B.
PROSES KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Adanya faktor-faktor yang
memperberat kebutuhan terhadap pemasangan gips (sebagai contoh, fraktur, untuk
koreksi deformitas tulang, peregangan berat, dislokasi tulang)
b.
Lakukan pengkajian neurovaskular (apendiks
D) setelah gips dipasang. Pengkajian nadi di daerah distal tidak mungkin
dilakukan jika tangan atau kaki tertutup oleh gips.
c.
Kaji tepi gips untuk memastikan
bantalan dan lapisan stoking melebihi tepi gips dan tepi yang kasar tidak
bergesekan dengan kulit pasien
d.
Kaji pengetahuan terhadap pasien
tentang perawatan gips dan perawatan kulit setelah gips dilepaskan.
e.
Kaji kebutuhan terhadap bantuan
dalam AKS (makan, mandi, membalikkan tubuh, barjalan, kekamar mandi,
berpakaian, menulis).
2.
Dignosa keperawatan
a.
Resiko tinggi terhadap perubahan
penatalaksanaan pemeliharaan dirumah berhubungan dengan kurang pengetahua
tentang perawatan gips dan perawatan kulit setelah gips dilepaskan
b.
Resiko tinggi terhadap kerusakan
integritas jaringan berhubungan dengan sindrom kompartemen sekunder terhadap
gips yang telalu ketat
c.
Resiko tinggi terhadap defisit
perawatan diri (area khusus) berhubungan dengan gips ektremitas
3.
Intervensi
a.
Resiko tinggi terhadap perubahan
penatalaksanaan pemeliharaan dirumah berhubungan dengan kurang pengetahua
tentang perawatan gips dan perawatan kulit setelah gips dilepaskan
Kriteria hasil: mengungkapkan
pemahaman terhadap instruksi, melakukan latihan-latihan yang telah dianjurkan,
mengikuti insriksi cara perawatan kulit
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
|
Berikan instruksi tertulis untuk perawatan gips
dirumah :
a. Laporkan pada dokter
tentang terjadinga hal berikut :
Objek yang jatuh didalam atau menyisip kedalam gips.
Bau
tak sedap dari bagian gips.
Gipslemah,pecah,longgar,atau sangat ketat.
Bengkak berlebihan tidak hilang dengan meninggikan ekstremitas yang di gips
dan pemberian kantung es.
Peningkatan nyeri tidak hilang dengan obat-obatan.
Kebas,kesemutan,
atau rasa terbakar tidak hilang setelah menggunakan obat nyeri dan meninggikan
ekstremitas selama kira-kira 20 menit.
Penurunan gerakan atau kehilangan gerak pada jari atau ibu jari atau keduanya.
b. Jangan pernah membasahi
gips bahkan bila dengan gips fiberglass tahan air .stoking dan bantalan katun
di bawah gips tidak tahan air dan mungkin tidak kering menyeluruh, sehingga
mencetuskan pasien terhadap kerusakan kulit.
c. Jangan memotong
atau membuang bagian mana pun dari gips
d. Dalam beberapa hari,
kulit dibawah gips dapat mulai gatal dan mengalami sedikit bau karena sekresi
minyak tubuh dan keringat di bawah gips. jangan pernah menaruh apapun ke
dalam gips untuk menghilangkan gatal-gatal dapat hilang dengan :
Menaruh kantung es di atas gips
Menggunakan kipas angin atau pengering rambut pada lingkungan dingin untuk
ventilasi udara dingin di bawah gips.
e. Jangan menaruh
bedak dibawah gips. Ini dapat mengumpul dan menimbulkan iritasi kulit.
|
Instruksi verbal dapat dengan mudah di lupakan
penyuluhan kesehatan penting untuk menjamin keamanan pada perawatan diri
terhadap gips.
|
2.
|
Setelah gips dilepaskan, berikan instruksi tertulis
tentang perawatan kulit:
Latihan ekstremitas
bertahap untuk membantu menghilangkan nyeri kaku karena imobilisasi lama dari
ekstremitas pada satu posisi dan atropi otot karena disuse
Bersihkan kulit setiap
hari. Dengan perlahan gunakan air hangat dan sabun ringan diikuti dengan
losion emolin untuk membantu kulit kembali pada penampilan normalnya.
Hindari menggosok kulit
untuk mengeringkannya. Keringkan dengan kertas hisap.
Hindari menggaruk kulit
Tinggikan ekstremitas di
atas tinggi dada bila bengkak terjadi. Jelaskan bahwa bengkak dapat terjadi
karena redistribusi cairan ke area yang tertekan sebelumnya.
|
Kulit di bawah gips rapuh dan tangani dengan
perlahan untuk mencegah kerusakan kulit. Instruksi verbal dapat dengan mudah
dilupakan.
|
b.
Resiko tinggi terhadap kerusakan
integritas jaringan berhubungan dengan sindrom kompartemen sekunder terhadap
gips yang telalu ketat.
Kriteria hasil : Tak adanya
manifestasi sindrom kompartemen
Rasional
|
||
1.
|
Monitor
status neuromuskuler (Apendiks D) setiap jam selama 24 jam pertama setelah
pemasangan gips, kemudian setiap 4 jam
|
Untuk
mendeteksi temuan dini dari sindrom kompartemen
|
2.
|
Pertahankan
ektremitas tinggi di atas tinggi dada, berikan kantung es
|
Peninggian
meningkatkan drainase vena dan limfatik oleh gravitasi
|
3.
|
Bila
gejala-gejala sindrom kompartemen terjadi. Beri tahu dokter, hubungi teknisi
ortopedik untuk membelah gips bila dipesankan
|
Normalnya,
pembengkakan terjadi setelah pemesangan gips. Pembengkakan berlebihan
dapat menyebabkan sindrom kompartemen. Kerusakan saraf dan jaringan bila
tekanan tidak dihilangkan.
|
4.
|
Hindari
penggunaan panas untuk mengeringkan gips basah
|
Ini dapat
menyebabkan luka bakar di bawah gips. Juga dapat menyebabkan gips lunak pada
beberapa tempat
|
5.
|
Bila
menangani gips bawah, gunakan palmar daripada jari
|
Dengan
menggunakan jari dapat menciptakan cekungan pada gips yang dapat menjadi
potensial area tekanan bila gips mengering
|
6.
|
Hindari
membasahi gips selama dan setelah periode pengeringan
|
Bentuk
gips bisa berubah bila basah
|
7.
|
Reposisikan
bagian gips setiap 2 jam selama 24 jam pertama
|
Untuk
meningkatkan pengeringan merata dari gips dan mengurangi tekanan kontinu dapa
area tergantung.
|
c.
Resiko tinggi terhadap defisit
perawatan diri (area khusus) berhubungan dengan gips ektremitas
Kriteria hasil : melaporkan bahwa
AKS terpenuhi, melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
|
Bantupasien denga AKS sesuai kebutuhan. Ajarkan
pasien bagaimana melakukan aktivitas perawatan diri dalam keterbatasan yang
ditimbulkan oleh gips.
|
Dorongan partisipasi aktif pada AKS membantu
mempertahankan fleksibelitas sendi dan harga diri
|
2.
|
Atur konsul dengan terapi okupasi untuk membantu
pasien dalam belajar bagaimana menjadi dalam AKS bila diperlukan
|
Terapis okupasi adalah spesialis yang dapat membantu
pasien dalam adaptasi tertentu tertentu untuk melakukan AKS
|
3.
|
Sediakan waktu untuk pasien melakukan tugas pada
kemampuan yang paling penuh.
|
Untuk mengurangi frustasi yang sering menyertai
kesulitan yang dihadapi bila belajar untuk adaptasi terhadap keterbatasan.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gips adalah
alat immobilisasi eksternal yag terbuat dari bahan mineral yang terdapat di
alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.
2. Untuk
menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat
menyatu dan fungsinya pulih kembali.
3. Jenis-jenis
pemasangan Gips yaitu Gips lengan pendek, Gips lengan
panjang, Gips tungkai pendek, Gips tungkai panjang, Gips berjalan, Gips tubuh,
Gips spika, Gips
spika bahu, dan Gips spika pinggul.
4. Bahan-bahan pemasnagan Gips yaitu Plester, Nonplester, dan Nonplester
Berpori-pori.
5. Komplikasi
yang berhubungan dengan imobilisasi pada penggunaan gips yaitu rasa sakit
akibat tekanan, edema pada distal garis gips, kulit melepuh, dan gangren.
B. Saran
Sebaiknya dalam melakukan
pemasangan Gips perlu diperhatikan Gips tidak
boleh basah oleh air atau bahan lain karena dapat mengakibatkan kerusakan
gips. Dan setelah pemasangan gips harus
dilakukan follow up yang teratur, tergantung dari lokalisasi pemasangan.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer,
Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Penerbit:
EGC. Jakarta.
Engram,
Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal-Bedah Vol. 3. Penerbit: EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar