PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Osteoporosis
dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan
masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika
Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita
post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar
80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda
yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon
estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit
osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena
penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada
pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause,
sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia
diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan
perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi
24 juta pada tahun 2015.
Beberapa
fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan
ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia:
Prevalensi
osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%,
sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria
38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia
kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional)
Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis
Internasional) Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia
terserang osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan Osteoporosis
Internasional) Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit
osteoporosis. (depkes, 2006).
Berdasar
data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan
merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara
Cina.
Peran
kesehatan masyarakat adalah memberikan pengetahuan tentang osteoporosis,
gejala, pencegahan dan diagnosa dini terjadinya osteoporosis pada usia muda.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan osteoporosis?
2.
Seperti apa gejala osteoporosis?
3.
Bagaimana pencegahan/diet dan diagnose dini pada penderita osteoporosis?
C. TUJUAN MASALAH
1.
Mengetahui apa yang dimaksud dengn osteoporosis
2.
Mengetahui gejala osteoporosis
3.
Mengetahui pencegahan/diet dan diagnose dini pada penderita osteoporosis
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis
adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa tulang total. Terdapat perubahan
pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resoprsi tulang lebih besar
dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total.
Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi
mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan pada tulang normal.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur konversi vertebra torakalis dan lumbalis,
fraktur daerah koulum femoris dan daerah tronkanter, dan patah tulang coles
pada pergelangan tangan. fraktur kompresi ganda fertebra mengakibatkan
deformitas skeletal.
Osteoporosis
merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang yang
rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan
meningkatnya fragilitas tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami
fraktur spontan atau akibat trauma minimal. (Consensus Development Conference,1993).
Jenis OsteoporosisBila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu osteoporosis primer dan sekunder.
Jenis OsteoporosisBila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu osteoporosis primer dan sekunder.
Osteoporosis primer adalah
kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan, sedangkan
osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat
hal hal tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki
tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis
sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh
dari osteoporosis primer.
Osteoporisis sekunder mungkin
berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, epek
samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder, terjadi
penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik
akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid,
kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik,
hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.
B. Etiologi
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usialanjut:
Determinan
Massa Tulang
Faktor
genetik
Perbedaan
genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang
kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia
bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit
Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.
Faktor
mekanis
Beban
mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan
bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua
hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang
berat akan mengakibatkan massa otot besardan juga massa tulang yang besar.
Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya
hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau
tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai
pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama,
poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa
lama untuk meningkatkan massa tulang
di
sampihg faktor genetik
Faktor
makanan dan hormon
Pada
seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh
genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium)
di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat
menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang
bersangkutan sesuai dengan kemampuan
genetiknya.
Determinan
penurunan Massa Tulang
Faktor
genetik
Faktor
genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan
tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang
dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat
dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal
sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besarbadannya. Apabila
individu dengan tulang yang besar, kemudianterjadi proses penurunan massa tulang
(osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif
masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang
kecil pada usia yang sama
Faktor
mekanis
Di
lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn
proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian
telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor
nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya
usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut
pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
Kalsium
Faktor
makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause.
Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause,
dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan
keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya
baik dan absorbsinya
juga
baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa
pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan
keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause
keseimbangan
kalsiumnya
akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin
yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause
adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium
sehari.
Protein
Protein
juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.Pada
umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain.
Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan
mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan
mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang
mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan
kalsium yang negatif
Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya
estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
kalsium. Hal inidisebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium
dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
Rokok
dan kopi
Merokok
dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa
tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme
pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi
kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
Alkohol
Alkoholisme
akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme
mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat
urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .
C.
Patofisiologi
Patofisiologi osteoporosis
terjadi di mana massa tulang rendah dan kerusakan jaringan tulang
microarchitectural terjadi, menyebabkan kerapuhan tulang dan peningkatan risiko
patah tulang. Ini hasil dapat berasal dari faktor keturunan dan lingkungan yang
mempengaruhi massa tulang dan kualitas tulang. Sedangkan untuk memahami
patogenesis osteoporosis dimulai dengan mengetahui bagaimana pembentukan tulang
dan remodeling terjadi.
D.
Klasifikasi
—-Dalam terapi
hal yang perlu diperhatikan adalah mengenali klasifikasi osteoporosis dari
penderita. Osteoporosis dibagi 2 , yaitu :
- Osteoporosis primer
Osteoporosis primer berhubungan
dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses resorpsi di
tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada
usia dekade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria
dengan perbandingan 6-8: 1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
- Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan
oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang.
- Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis idiopatik terjadi pada
laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra menopause dengan faktor etiologik yang
tidak diketahui.
E. Patogenesis
o
Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara
seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling).
Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih
besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang
o
Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk
tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
o
Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang
bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih
muda
o
Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 %
dan pd wanita 40-50 %
o
Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal,
kolum femoris, dan korpus vertebra
o
Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal
dan radius bagian distal
F.
Tanda
dan gejala
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent
disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada
penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama
bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala.
Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:
1). Patah tulang
2). Punggung yang semakin membungkuk
3). Hilangnya tinggi badan
4). Nyeri punggung
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.
Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:
1). Patah tulang
2). Punggung yang semakin membungkuk
3). Hilangnya tinggi badan
4). Nyeri punggung
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.
G.
Manifestasi
klinis
o
Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur
kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 )
adalah:
o
Nyeri timbul mendadak
o
Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
o
Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur
o
Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah olehkarena melakukan
aktivitas
o
Deformitas vertebra thorakalis _ Penurunan tinggi badan
H.
Pemeriksaan
diagnostik
_
Pemeriksaan non-invasif yaitu ;
_
Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium
total dan massa tulang.
_
Pemeriksaan absorpsiometri
_
Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
_
Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi
mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas
meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
_
Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya
dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada
pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).
I.
Pengobatan
Prinsip Pengobatan
o
Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan
tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik
o
Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang
adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat
J.
Pencegahan
Pencegahan
sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
_
Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
_
Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugarseperti:
1.
Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2.
Latihan teratur setiap hari
3.
Hindari :
_
Makanan tinggi protein
_
Minum alkohol
_
Merokok
_
Minum kopi
_
Minum antasida yang mengandung aluminium
K. Diagnosis
—-Diagnosis
osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada rasa nyeri
pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut. Khususnya pada
wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di daerah tulang dan
sendi dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi estrogen. Masalah rasa
nyeri jaringan lunak (wallaca tahun1981) yang menyatakan rasa nyeri timbul
setelah bekerja, memakai baju, pekerjaan rumah tangga, taman dll. Jadi secara
anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang menunjang
terjadinya osteoporosis seperti :
- Tinggi badan yang makin menurun.
- Obat-obatan yang diminum.
- Penyakit-penyakit yang diderita
selama masa reproduksi, klimakterium.
- Jumlah kehamilan dan menyusui.
- Bagaimana keadaan haid selama masa
reproduksi.
- Apakah sering beraktivitas di luar
rumah , sering mendapat paparan matahari cukup.
- Apakah sering minum susu? Asupan
kalsium lainnya.
- Apakah sering merokok, minum
alkohol?
-
L. Pemeriksaan Fisik
—-Tinggi badan
dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis. Demikian juga
gaya berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang, nyeri spinal.
Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus dan
penurunan tinggi badan.
-
M. Pemeriksaan Radiologis
—-Gambaran
radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah
trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra
yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
-
Pemeriksaan Densitas Massa tulang
(Densitometri)
Densitas massa tulang berhubungan
dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur . untuk menilai hasil pemeriksaan
Densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok kerja WHO, yaitu:
- Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD
rata-rata nilai densitas massa tulang orang dewasa muda (T-score)
- Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1
SD dan -2,5 SD dari T-score.
- Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD
T-score atau kurang.
- Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang
disertai adanya fraktur.
N. Penatalaksanaan
—-Terapi pada
osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan yang pada
umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara yaitu
memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis),
pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga
menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko
osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.
—-Selain
pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan
melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan
progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan
nutrisi seperti kalsium serta senam beban.
—-Pembedahan
pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi
fraktur panggul.
-
BAB 111
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan
dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan
fisik dan riwayat psikososial.
1.
Anamnese
1)
Identitas
a)
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik,
alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
b)
Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2)
Riwayat Kesehatan
Riwayat
Kesehatan. Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi
adanya:
a.
Rasa nyeri atau sakit tulang
punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang
b.
Berat badan menurun
c.
Biasanya diatas 45 tahun
d.
Jenis kelamin
sering pada wanita
e.
Pola latihan
dan aktivitas
3)
Riwayat
Psikososial
Penyakit ini
sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan
aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu
mengkaji masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek
penyakit yang menyertainya.
4)
Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan
biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi,
berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi yang baik
dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu,
olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan
aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh
memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal.
Beberapa perubahan yang terjadi
sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility ( kemampuan gerak
cepat dan lancar ) menurun, dan stamina menurun.
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
B1 (Breathing)
Inspeksi :Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.
b.
B2 ( Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan
pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah
atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
c.
B3 ( Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
a)
Kepala dan
wajah: ada sianosis
b)
Mata: Sklera
biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
c)
Leher: Biasanya
JVP dalam normal
d)
Nyeri punggung
yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan
indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra
d.
B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan.
e.
B5 ( Bowel)
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f.
B6 ( Bone).
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis
sering menunjukan kifosis atau gibbus dan penurunan tinggi badan dan berat
badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, nyeri spinal. Lokasi
fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3
3.
Aspek Penunjang
a.
Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun
yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat.
Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transversal merupakan kelainan yang
sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang
menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang intervertebral dan
menyebabkan deformitas bikonkaf.
b.
CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110
mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan,
sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir
semua klien yang mengalami fraktur.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsisekunderakibatperubahan skeletal (kifosis),
nyerisekunderataufrakturbaru.
3. Risikocederaberhubungandengandampaksekunderperubahan
skeletal danketidakseimbangantubuh.
4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang
berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien
mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah
C. Intervensi
1)
Nyeri berhubungan dengan
dampak sekunder dari fraktur, spasmeotot,
deformitastulang
Ø
Tujuan :
Setelahdilakukantindakankeperawatandiharapkannyeriberkurang
Ø
KriteriaHasil
:Klienakanmengekspresikannyerinya, kliendapattenangdanistirahat yang cukup,
kliendapatmandiridalamperawatandanpenanganannyasecarasederhana.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pantautingkatnyeripadapunggung,nyeriterlokalisasiataumenyebarpada
abdomen ataupinggang.
2.
Ajarkanpadakliententang
alternative lain untukmengatasidanmengurangi rasa nyerinya.
3.
3.
Kajiobat-obatanuntukmengatasinyeri.
4.
Rencanakanpadakliententangperiodeistirahatadekuatdenganberbaringdalamposisitelentangselamakuranglebih
15 menit
|
1.
Tulangdalampeningkatanjumlahtrabekular,
pembatasangerak spinal.
2.
Alternatiflainuntukmengatasinyeri,
pengaturanposisi, kompreshangatdansebagainya.
3.
Keyakinanklientidakdapatmenoleransiobat
yang adekuatatautidakadekuatuntukmengatasinyerinya.
4.
Kelelahandankeletihandapatmenurunkanminatuntukaktivitassehari-hari.
|
2)
Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan disfungsisekunderakibatperubahan
skeletal (kifosis), nyerisekunderataufrakturbaru.
Ø
Tujuan :
Setelahdilakukantindakankeperawatan, diharapkanklienmampumelakukanmobilitasfisik
Ø
Kriteriahasil : Kliendapatmeningkatanmobilitasfisik ;
klienmampumelakukanaktivitashidupsehariharisecaramandiri
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kajitingkatkemampuanklien
yang masihada.
2.
Rencanakantentangpemberian
program latihan:
·
Bantu
klienjikadiperlukanlatihan
·
Ajarkankliententangaktivitashidupseharihari
yang dapatdikerjakan
·
Ajarkanpentingnyalatihan.
3.
Bantu
kebutuhanuntukberadaptasidanmelakukanaktivitashidupseharihari, rencanaokupasi
.
4.
Peningkatanlatihanfisiksecaraadekuat:
·
doronglatihandanhindaritekananpadatulangsepertiberjalan
·
instruksikanklienuntuklatihanselamakuranglebih
30menit danselingidenganistirahatdenganberbaringselama 15 menit
·
hindarilatihanfleksi,
membungkuktiba– tiba,danpenangkatanbebanberat
|
1.
Dasaruntukmemberikan
alternative danlatihangerak yang sesuaidengankemapuannya.
2.
Latihanakanmeningkatkanpergerakanototdanstimulasisirkulasidarah
3.
Aktifitashidupsehari-harisecaramandiri
4.
Denganlatihanfisik:
|
3)
Risikocederaberhubungandengandampaksekunderperubahan
skeletal danketidakseimbangantubuh.
Ø
Tujuan :
Cederatidakterjadi
Ø
KreteriaHasil :
Klientidakjatuhdanfrakturtidakterjadi: Kliendapatmenghindariaktivitas yang
mengakibatkanfraktur
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Ciptakanlingkungan
yang bebasdaribahaya:
·
Tempatkanklienpadatempattidurrendah.
·
Amati lantai
yang membahayakanklien.
·
Berikanpenerangan
yang cukup
·
Tempatkanklienpadaruangan
yang tertutupdanmudahuntukdiobservasi.
·
Ajarkankliententangpentingnyamenggunakanalatpengaman
di ruangan.
2.
Berikandukunganambulasisesuaidengankebutuhan:
·
Kajikebutuhanuntukberjalan.
·
Konsultasidenganahli
therapist.
·
Ajarkanklienuntukmemintabantuanbiladiperlukan.
·
Ajarkanklienuntukberjalandankeluarruangan.
3.
Bantu
klienuntukmelakukanaktivitashidupsehari-harisecarahati-hati.
4.
Ajarkanpadaklienuntukberhentisecaraperlahan,
tidaknaiktanggga, danmengangkatbebanberat.
5.
Ajarkanpentingnya
diet untukmencegah osteoporosis:
·
Rujukklienpadaahligizi
·
Ajarkan diet
yang mengandungbanyakkalsium
·
Ajarkanklienuntukmengurangiatauberhentimenggunakanrokokatau
kopi
6.
Ajarkantentangefekrokokterhadappemulihantulang
7.
Observasiefeksampingobat-obatan
yang digunakan
|
1.
Menciptakanlingkungan
yang amandanmengurangirisikoterjadinyakecelakaan.
2.
Ambulasi yang
dilakukantergesa-gesadapatmenyebabkanmudahjatuh.
3.
Penarikan yang
terlalukerasakanmenyebabkanterjadinyafraktur.
4.
Pergerakan yang
cepatakanlebihmemudahkanterjadinyafrakturkompresi vertebra padaklien
osteoporosis.
5.
Diet
kalsiumdibutuhkanuntukmempertahankankalsium serum,
mencegahbertambahnyakehilangantulang.
Kelebihankafeinakanmeningkatkankalsiumdalam urine. Alcohol
akanmeningkatkanasidosis yang meningkatkanresorpsitulang
6.
Rokokdapatmeningkatkanterjadinyaasidosis
7.
Obat-obatanseperti
diuretic, fenotiazindapatmenyebabkanpusing, megantuk, danlemah yang
merupakanpredisposisiklienuntukjatuh.
|
4) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang
berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien
mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisa
Ø Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami
tentang penyakit osteoporosis dan program terapi dengan criteria hasil klien
mampu menjelaskan tentang penyakitnya, mampu menyebutkan program terapi yang
diberikan, klien tampak tenan
Ø Kriteria hasil : Klien mampu menjelaskan tentang
penyakitnya, dan mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenang
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji ulang
proses penyakit dan harapan yang akan datang
2.
Ajarkan pada
klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis
3.
Berikan
pendidikan kepada klien mengenai efek samping penggunaan obat
|
1.
Memberikan
dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
2.
Informasi
yang diberikan akan membuat klien lebih memahami tentang penyakitnya
3.
Suplemen
kalsium ssering mengakibatkan nyeri lambung dan distensi abdomen maka klien
sebaiknya mengkonsumsi kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya
efek samping tersebut dan memperhatikan asupan cairan yang memadai untuk
menurunkan resiko pembentukan batu ginjal
|
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan Pada tahap ini
perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan
terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan
rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan, dan pengumpulan data.
E. EVALUASI
Hasil yang
diharapkanmeliputi:
1.
Nyeriberkurang
2.
Terpenuhinyakebutuhanmobilitasfisik
3.
Tidakterjadicedera
4.
Terpenuhinyakebutuhan,
pengetahuandaninformasi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Osteoporosis adalah sesuatu yang
kompleks, kondisi yang dipengaruhi banyak faktor dengan karakterisasi
pengurangan massa tulang dan kerusakan struktur mikroarsitektural, yang
menyebabkan peningkatan kerusakan tulang. Walaupun pada umumnya kekuatan tulang
(termasuk massa dan kualitas tulang) ditentukan oleh genetis, banyak
faktor-faktor lainnya (gizi, lingkungan dan gaya hidup) juga mempengaruhi
tulang.
Sementara itu, faktor-faktor
pengganggu yang dapat mempengaruhi kesehatan tulang adalah kafein, alkohol dan
fitoestrogen. Selanjutnya dengan mengetahui interaksi antara faktor-faktor yang
berbeda seperti zat gizi, lingkungan, gaya hidup dan keturunan (genetis) akan
dapat lebih membantu untuk mengerti akan kompleksitas terjadinya osteoporosis.
B. SARAN
Merupakan kabar baik bahwa
osteoporosis pada usia tua bisa dicegah dengan mempunyai densitas mineral
tulang yang baik saat usia puncak pertumbuhan tulang pada wanita yaitu 15-25
tahun. Cara mencapai densitas tulang yang baik ini dengan cara banyak mengkonsumsi
kalsium terutama dari makanan dan minuman yang dikonsumsi seperti susu, keju,
yogurt dll. Selain itu anda juga bisa mencegah dengan melakukan olahraga rutin
secara teratur seperti jogging, bersepeda dan jalan kaki.
Jadi untuk mempunyai kualitas hidup
yang baik di usia tua, harus dipersiapkan sedini mungkin karena masa tua
adalah aset yang harus dipersiapkan dari sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar