Sabtu, 09 Agustus 2014

OESTEOPOROSIS

BAB I
PENDAHULUAN

  A.    LATAR BELAKANG
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015.
Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia:
Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (depkes, 2006).
Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.
Peran kesehatan masyarakat adalah memberikan pengetahuan tentang osteoporosis, gejala, pencegahan dan diagnosa dini terjadinya osteoporosis pada usia muda.


  B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan osteoporosis?
2.      Seperti apa gejala osteoporosis?
3.      Bagaimana pencegahan/diet dan diagnose dini pada penderita osteoporosis?
  C.    TUJUAN MASALAH
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengn osteoporosis
2.      Mengetahui gejala osteoporosis
3.      Mengetahui pencegahan/diet dan diagnose dini pada penderita osteoporosis















BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resoprsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan pada tulang normal. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur konversi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah koulum femoris dan daerah tronkanter, dan patah tulang coles pada pergelangan tangan. fraktur kompresi ganda fertebra mengakibatkan deformitas skeletal.
Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya fragilitas tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan atau akibat trauma minimal. (Consensus Development Conference,1993).
Jenis OsteoporosisBila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu osteoporosis primer dan sekunder.
Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan, sedangkan osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat hal hal tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis primer.
Osteoporisis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.

B.     Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usialanjut:
Determinan Massa Tulang
Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.
Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besardan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang
di sampihg faktor genetik
Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan
genetiknya.
Determinan penurunan Massa Tulang
Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besarbadannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudianterjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama
Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya
juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan
kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif
Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal inidisebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .

C.     Patofisiologi
Patofisiologi osteoporosis terjadi di mana massa tulang rendah dan kerusakan jaringan tulang microarchitectural terjadi, menyebabkan kerapuhan tulang dan peningkatan risiko patah tulang. Ini hasil dapat berasal dari faktor keturunan dan lingkungan yang mempengaruhi massa tulang dan kualitas tulang. Sedangkan untuk memahami patogenesis osteoporosis dimulai dengan mengetahui bagaimana pembentukan tulang dan remodeling terjadi.
D.     Klasifikasi
—-Dalam terapi hal yang perlu diperhatikan adalah mengenali klasifikasi osteoporosis dari penderita. Osteoporosis dibagi 2 , yaitu :
  • Osteoporosis primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia dekade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan perbandingan 6-8: 1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
  • Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang.
  • Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui.
E.     Patogenesis
o Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang
o Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
o Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda
o Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd wanita 40-50 %
o Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra
o Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal
F.      Tanda dan gejala
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala.
Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:
1). Patah tulang
2). Punggung yang semakin membungkuk
3). Hilangnya tinggi badan
4). Nyeri punggung
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.

G.    Manifestasi klinis

o Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 )
adalah:
o Nyeri timbul mendadak
o Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
o Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur
o Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah olehkarena melakukan aktivitas
o Deformitas vertebra thorakalis _ Penurunan tinggi badan

H.     Pemeriksaan diagnostik

_ Pemeriksaan non-invasif yaitu ;
_ Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.
_ Pemeriksaan absorpsiometri
_ Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
_ Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
_ Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).

I.        Pengobatan
Prinsip Pengobatan
o Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik
o Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat
J.       Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
_ Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
_ Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugarseperti:
1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2. Latihan teratur setiap hari
3. Hindari :
_ Makanan tinggi protein
_ Minum alkohol
_ Merokok
_ Minum kopi
_ Minum antasida yang mengandung aluminium


K.    Diagnosis
—-Diagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada rasa nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut. Khususnya pada wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di daerah tulang dan sendi dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi estrogen. Masalah rasa nyeri jaringan lunak (wallaca tahun1981) yang menyatakan rasa nyeri timbul setelah bekerja, memakai baju, pekerjaan rumah tangga, taman dll. Jadi secara anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang menunjang terjadinya osteoporosis seperti :
- Tinggi badan yang makin menurun.
- Obat-obatan yang diminum.
- Penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, klimakterium.
- Jumlah kehamilan dan menyusui.
- Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi.
- Apakah sering beraktivitas di luar rumah , sering mendapat paparan matahari cukup.
- Apakah sering minum susu? Asupan kalsium lainnya.
- Apakah sering merokok, minum alkohol?
-
L. Pemeriksaan Fisik
—-Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang, nyeri spinal. Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan.
-
M. Pemeriksaan Radiologis
—-Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
-
Pemeriksaan Densitas Massa tulang (Densitometri)
Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur . untuk menilai hasil pemeriksaan Densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok kerja WHO, yaitu:
  1. Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas massa tulang orang dewasa muda (T-score)
  2. Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score.
  3. Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score atau kurang.
  4. Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur.
N. Penatalaksanaan
—-Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.
—-Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.
—-Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.
-



















BAB 111
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.
1.      Anamnese
1)        Identitas
a)      Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b)      Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2)      Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan. Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya:
a.       Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang
b.      Berat badan menurun
c.       Biasanya diatas 45 tahun
d.      Jenis kelamin sering pada wanita
e.       Pola latihan dan aktivitas
3)      Riwayat Psikososial
Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.
4)      Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal.
Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility ( kemampuan gerak cepat dan lancar ) menurun, dan stamina menurun.
2.      Pemeriksaan Fisik
a.       B1 (Breathing)
Inspeksi          :Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi
           : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi           : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi      : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.
b.      B2 ( Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
c.       B3 ( Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
a)      Kepala dan wajah: ada sianosis
b)      Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
c)      Leher: Biasanya JVP dalam normal
d)     Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra
d.      B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.
e.       B5 ( Bowel)
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f.       B6 ( Bone).
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering menunjukan kifosis atau gibbus dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3
3.      Aspek Penunjang
a.       Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transversal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
b.      CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3  ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra
2.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsisekunderakibatperubahan skeletal (kifosis), nyerisekunderataufrakturbaru.
3.      Risikocederaberhubungandengandampaksekunderperubahan skeletal danketidakseimbangantubuh.
4.      Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah
C.    Intervensi
1)      Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasmeotot, deformitastulang
Ø  Tujuan : Setelahdilakukantindakankeperawatandiharapkannyeriberkurang
Ø  KriteriaHasil :Klienakanmengekspresikannyerinya, kliendapattenangdanistirahat yang cukup, kliendapatmandiridalamperawatandanpenanganannyasecarasederhana.
Intervensi
Rasional
1.      Pantautingkatnyeripadapunggung,nyeriterlokalisasiataumenyebarpada abdomen ataupinggang.
2.      Ajarkanpadakliententang alternative lain untukmengatasidanmengurangi rasa nyerinya.
3.       
3.      Kajiobat-obatanuntukmengatasinyeri.


4.      Rencanakanpadakliententangperiodeistirahatadekuatdenganberbaringdalamposisitelentangselamakuranglebih 15 menit
1.      Tulangdalampeningkatanjumlahtrabekular, pembatasangerak spinal.

2.      Alternatiflainuntukmengatasinyeri, pengaturanposisi, kompreshangatdansebagainya.

3.      Keyakinanklientidakdapatmenoleransiobat yang adekuatatautidakadekuatuntukmengatasinyerinya.
4.      Kelelahandankeletihandapatmenurunkanminatuntukaktivitassehari-hari.
2)      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsisekunderakibatperubahan skeletal (kifosis), nyerisekunderataufrakturbaru.
Ø  Tujuan : Setelahdilakukantindakankeperawatan, diharapkanklienmampumelakukanmobilitasfisik
Ø  Kriteriahasil : Kliendapatmeningkatanmobilitasfisik ; klienmampumelakukanaktivitashidupsehariharisecaramandiri
Intervensi
Rasional
1.         Kajitingkatkemampuanklien yang masihada.

2.         Rencanakantentangpemberian program latihan:

·         Bantu klienjikadiperlukanlatihan
·         Ajarkankliententangaktivitashidupseharihari yang dapatdikerjakan
·         Ajarkanpentingnyalatihan.
3.         Bantu kebutuhanuntukberadaptasidanmelakukanaktivitashidupseharihari, rencanaokupasi .
4.         Peningkatanlatihanfisiksecaraadekuat:
·         doronglatihandanhindaritekananpadatulangsepertiberjalan
·         instruksikanklienuntuklatihanselamakuranglebih 30menit danselingidenganistirahatdenganberbaringselama 15 menit
·         hindarilatihanfleksi, membungkuktiba– tiba,danpenangkatanbebanberat
1.      Dasaruntukmemberikan alternative danlatihangerak yang sesuaidengankemapuannya.
2.      Latihanakanmeningkatkanpergerakanototdanstimulasisirkulasidarah






3.      Aktifitashidupsehari-harisecaramandiri

4. Denganlatihanfisik:

  • Masaototlebihbesarsehinggamemberikanperlindunganpadaosteoporosis
  • Program latihanmerangsangpembentukantulang

  • Gerakanmenimbulkankompresi vertical danfraktur vertebra.
3)      Risikocederaberhubungandengandampaksekunderperubahan skeletal danketidakseimbangantubuh.
Ø  Tujuan : Cederatidakterjadi
Ø  KreteriaHasil : Klientidakjatuhdanfrakturtidakterjadi: Kliendapatmenghindariaktivitas yang mengakibatkanfraktur
Intervensi
Rasional
1.      Ciptakanlingkungan yang bebasdaribahaya:
·         Tempatkanklienpadatempattidurrendah.
·         Amati lantai yang membahayakanklien.
·         Berikanpenerangan yang cukup
·         Tempatkanklienpadaruangan yang tertutupdanmudahuntukdiobservasi.
·         Ajarkankliententangpentingnyamenggunakanalatpengaman di ruangan.

2.         Berikandukunganambulasisesuaidengankebutuhan:
·         Kajikebutuhanuntukberjalan.
·         Konsultasidenganahli therapist.
·         Ajarkanklienuntukmemintabantuanbiladiperlukan.
·         Ajarkanklienuntukberjalandankeluarruangan.
3.         Bantu klienuntukmelakukanaktivitashidupsehari-harisecarahati-hati.

4.         Ajarkanpadaklienuntukberhentisecaraperlahan, tidaknaiktanggga, danmengangkatbebanberat.

5.         Ajarkanpentingnya diet untukmencegah osteoporosis:

·         Rujukklienpadaahligizi
·         Ajarkan diet yang mengandungbanyakkalsium
·         Ajarkanklienuntukmengurangiatauberhentimenggunakanrokokatau kopi
6.         Ajarkantentangefekrokokterhadappemulihantulang
7.         Observasiefeksampingobat-obatan yang digunakan
1.      Menciptakanlingkungan yang amandanmengurangirisikoterjadinyakecelakaan.











2.      Ambulasi yang dilakukantergesa-gesadapatmenyebabkanmudahjatuh.



3.      Penarikan yang terlalukerasakanmenyebabkanterjadinyafraktur.

4.      Pergerakan yang cepatakanlebihmemudahkanterjadinyafrakturkompresi vertebra padaklien osteoporosis.
5.      Diet kalsiumdibutuhkanuntukmempertahankankalsium serum, mencegahbertambahnyakehilangantulang. Kelebihankafeinakanmeningkatkankalsiumdalam urine. Alcohol akanmeningkatkanasidosis yang meningkatkanresorpsitulang

6.      Rokokdapatmeningkatkanterjadinyaasidosis
7.      Obat-obatanseperti diuretic, fenotiazindapatmenyebabkanpusing, megantuk, danlemah yang merupakanpredisposisiklienuntukjatuh.
4)      Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisa
Ø  Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami tentang penyakit osteoporosis dan program terapi dengan criteria hasil klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenan
Ø  Kriteria hasil : Klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, dan mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenang




Intervensi
Rasional
1.      Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang

2.      Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis

3.      Berikan pendidikan kepada klien mengenai efek samping penggunaan obat
1.      Memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
2.      Informasi yang diberikan akan membuat klien lebih memahami tentang penyakitnya

3.      Suplemen kalsium ssering mengakibatkan nyeri lambung dan distensi abdomen maka klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut dan memperhatikan asupan cairan yang memadai untuk menurunkan resiko pembentukan batu ginjal

D.    IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan Pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan, dan pengumpulan data.
E.     EVALUASI
Hasil yang diharapkanmeliputi:
1.        Nyeriberkurang
2.        Terpenuhinyakebutuhanmobilitasfisik
3.        Tidakterjadicedera
4.        Terpenuhinyakebutuhan, pengetahuandaninformasi








BAB IV
PENUTUP

  A.    KESIMPULAN
Osteoporosis adalah sesuatu yang kompleks, kondisi yang dipengaruhi banyak faktor dengan karakterisasi pengurangan massa tulang dan kerusakan struktur mikroarsitektural, yang menyebabkan peningkatan kerusakan tulang. Walaupun pada umumnya kekuatan tulang (termasuk massa dan kualitas tulang) ditentukan oleh genetis, banyak faktor-faktor lainnya (gizi, lingkungan dan gaya hidup) juga mempengaruhi tulang.
Sementara itu, faktor-faktor pengganggu yang dapat mempengaruhi kesehatan tulang adalah kafein, alkohol dan fitoestrogen. Selanjutnya dengan mengetahui interaksi antara faktor-faktor yang berbeda seperti zat gizi, lingkungan, gaya hidup dan keturunan (genetis) akan dapat lebih membantu untuk mengerti akan kompleksitas terjadinya osteoporosis.


  B.     SARAN
Merupakan kabar baik bahwa osteoporosis pada usia tua bisa dicegah dengan mempunyai densitas mineral tulang yang baik saat usia puncak pertumbuhan tulang pada wanita yaitu 15-25 tahun. Cara mencapai densitas tulang yang baik ini dengan cara banyak mengkonsumsi kalsium terutama dari makanan dan minuman yang dikonsumsi seperti susu, keju, yogurt dll. Selain itu anda juga bisa mencegah dengan melakukan olahraga rutin secara teratur seperti jogging, bersepeda dan jalan kaki.
Jadi untuk mempunyai kualitas hidup yang baik di usia tua, harus dipersiapkan sedini  mungkin karena masa tua adalah aset yang harus dipersiapkan dari sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar