BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Seksologi adalah ilmu pengetahuan tentang reaksi dan tingkah
laku seksual manusia yang sifatnya universal dan multidisipliner.Seksilogi
tidak mempunyai definisi yang jelas dan konvensional. Disebut universal karena
ilmu ini berlaku di seluruh dunia, baik bagi penduduk yang paling primitf,
maupun bagi orang – orang yang paling tinggi tingkat kebudayaannya, sedangakan
istilah multidisipliner menunjukkan bahwa ilmu ini bergerak dibanyak bidang
ilmu pengetahuan lain.
Dalam seksologi yang dipelajari adaalah bebagai aspek
seksualitas misalnya aspek sosio budaya, klinis, biologis, psikososial,
dan prilaku.
Meskipun terdiri dari berbagai aspek, di dalam kehidupan
seksual manusia, aspek – aspek tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya. Misalnya ketika kita membicarakan kehidupan seksual dari segi biologis
atau klinis, aspek lain seperti sosio budaya dan psikososial tidak boleh di
lupakan.
Seksualitas merupakan tatanan kehidupan dari manusia baik
laki – laki maupun perempuan seperti tubuh dan jiwa yang berkembang,
seksualitas juga berkembang sejak dari kanak – kanak, remaja, dan dewasa dan
diimplikasikan dalam bentuk perilaku seksual yang terkandung dalam fungsi
seksual.
- Tujuan Penulisan
a.
Tujuan
Umum
Mahasiswa
dapat memahami tentang seksologi
b.
Tujuan
Khusus
Adapun
tujuan khusus :
- Mahasiswa mampu menjelaskan
definisi seksologi
- Mahasiswa mampu menjelaskan
hubungan seksual
- Mahasiswa mampu menjelaskan
konsep Maters dan Jhonson
- Mahasiswa mampu menjelaskan
Variasi, gangguan dan kelainan seksualitas
- Mahasiswa mampu menjelaskan
pendidikan dan penyuluhan seksualitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Seksologi
Seksologi
adalah ilmu pengetahuan tentang reaksi dan tingkah laku seksual manusia yang
sifatnya universal dan multidisipliner.Seksilogi tidak mempunyai definisi yang
jelas dan konvensional. Disebut universal karena ilmu ini berlaku di seluruh
dunia, baik bagi penduduk yang paling primitf, maupun bagi orang – orang yang
paling tinggi tingkat kebudayaannya, sedangakan istilah multidisipliner
menunjukkan bahwa ilmu ini bergerak dibanyak bidang ilmu pengetahuan lain.
Richard
von Krafft-Ebing dengan karya tulisnya yang berjudul psycopathia sexualis
(terbitan pertama dalam tahun 1886), yang dipandang sebagai bapak dari
seksiologi modern, sangat berjasa dengan memisahkan ilmu pengetahuan ini
sebagai sebagai satu disiplin yang berdiri sendiri, namun masih merupakan
bagian dari ilmu kedokteran. Ia menyadari, bahwa selain penderita-penderita
penyakit jiwa yang disertai kelainan-kelaianan seksual masih ada lebih banyak
orang-orang sehat yang menunjukkan penyimpangan-penyimpangan dari yang dianggap
normaldalam kehidupan seksual. Iwan Bloch merupakan orang pertama yang mengikut
sertakan ilmu-ilmu pengetahuan laindalam metodologi untuk mempelajari reaksi
dan tingkah laku seksual manusia terutama etnologi dan antropologi.
B.
Hubungan Seksual
Definisi
Istilah seks dan seksualitas, yang belum ada sinonimnya
dalam bahasa Indonesia, mempunyai arti yang jauh lebih luas dari istilah koitus
dalam arti kata yang sempit (bersatunya tubuh antara wanita dan
pria).Seksualitas, reaksi dan tingkah laku seksual didasari dan dikuasai oleh
nilai-nilai kehidupan manusia yang lebih tinggi, tidak seperti pada hewan.pada
hewan bersetubuh semata-mata atas dorongan naluri birahi.Jadi pada manusia
seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan dari hubungan antar individu,
dimana daya tarik rohaniah dan badaniah (psikofisik) menjadi dasar kehidupan
bersama antar dua insan manusia.Dengan demikian dalam hubungan seksual tidak
hanya alat kelamin yang dan daerah erogen yang pegang peranan, melainkan juga
psikis dan emosi.
Hubungan seksual yang dianggap normal (fisiologik) adalah
hubungan heterosekual yang lazim dilakukan oleh umat manusia yang ikut
ditentukan oleh pandangan hidup (moral), kebudayaan, kepercayaan dan
agama.Setiap penyimpangan baik dalam perkembangan vita seksual maupun
penyalurannya dianggap patologik.
Daerah-daerah erogen
Daerah-daerah erogen tubuh adalah daerah-daerah yang dapat
menimbulkan rasa erotic nikmat apabila dirangsang dengan
sentuhan-sentuhan.Reksi rangsangan pada wanita dan pria sangat bervariasi baik
dalam intensitasnya maupun individual.
Daerah-daerah erogen wanita terdapat dikuping bagian bawah,
tengkuk leher, mulut, bibir, lidah, payudara, putting susu, bahu, tulang
punggung, bokong, daerah sekitar pusat, bagian dalam paha, alat kelamin, mons
pubis, dan perineum. Pada pria daerah-daerah erogen itu letaknya terutama
dimulut, payudara, bagian dalam paha dan skrotum.
Ujung-ujung dari saraf-saraf sensoris didaerah-daerah
tersebut lebih terangsang oleh sentuhan-sentuhan yang lembut dibandingkan
dengan manipulasi-manipulasi yang kasar dan tekanan yang keras.
Hubungan kelamin normal
Frekuensi hubungan kelamin (koitus) sangat bervariasi :
rata-rata 1 – 4 kali seminggu bagi orang-orang berumur 30 – 40 tahun. Pada
wanita libido meningkat dalam masa reproduksi sampai dicapai umur 35 tahun,
kemudian menetap sampai umur 45 tahun dan dapat bertahan sampai jauh setelah
menopause. Pada pria puncak libido dicapai pada umur 20 – 30 tahun dan libido
bertahan sampai umur 50 tahun, kemudian berangsur kurang, akan tetapi tetap ada
pada sampai umur lanjut, namun keinginan libido relative lebih besar dari
prestasi seksualnya.
Pusat libido letaknya di korteks serebri.Karena itu keadaan
jiwa yang positif dapat menahan libido, keadaan jiwa yang tidak tenang dapat
menghambatnya.Pria biasanya lebih mudah terangsang dan lebih capat mencapai
orgasme dari pada wanita. Perbedaan lain ialah bahwa pria selalu mencapai
orgasme dalam siklus seksualis, apabila hal itu tidak dengan sengaja dihindari.
Sebaliknya wanita tidak selalu atau jarang mencapai mengalami orgasme pada
koitus, bahkan ada wanita yang tidak pernah mengalami orgasme walaupun sudah
memilki beberapa anak.Tidak tercapainya orgasme pada wanita dalam siklus
seksual tidak banyak mengganggu wanita.
Ukuran penis dalam hubungan dengan ukuran vagina tidak
mempunyai arti yang penting dalam fisiologi koitus : vagina yang paling
kecilpun dapat cukup melar utuk penis yang besar dan panjang. Pada
diskronkuensi yang ekstrem dapat terjadi robekan dinding vagina di forniks
posterior, lebih-lebih apabila wanita berpartisipasi sangat aktif waktu
koitus.Setelah histerktomia vagina masih cukup panjang untuk koitus, dan
hilangnya uterus tidak mempengaruhi orgasme wanita.Apabila bagian vagina cukup
luas diangkat seperti pada operasi Wertheim dan operasi schauta, atau setelah
terapi dengan radium intravaginal dan intrauterine, maka dapat timbul kesulitan
pada koitus karena vagina terlampau pendek atau kurang elastis.Sirkumsisi tidak
mempengaruhi rangsangan glans penis.
Posisi koitus
Posisi koitus menunjukkan banyak variasi, dari yang
berhadapan muka (vis a vis) dengan wanita dibawah atau diatas, atau
kedua-duanya tidur miring, sampai si pria menghadap kepunggung wanita (vis a
targo)
Untuk
klinik hanya tiga posisi mempunyai arti, yaitu :
- Wanita
baring telentang, pria diatas;
- Pria
baring telentang, wanita diatas;
- Wanita
dalam posisi lutut-siku, pria di belakangnya.
Pada pasangan yang menginginkan anak dengan uterus
anteversio-fleksio, maka posisi 1 yang paling baik dipihak lain posisi ini
tidak dianjurkan bagi wanita hamil tua (trimester III) karena sentuhan langsung
berulang-ulang dari penis dapat menyebabkan iritasi serviks, bagi pria yang
menderita penyakit jantung posisi ini tidak baik, karena pihak pria yang aktif.
Pada posisi 2 dimana akar penis bersentuhan dengan klitoris
dan dapat menguntungkan dalam tercapainya orgasme pada wanita, karena wanita
yang aktif maka posisi ini baik untuk pria yang gemuk atau yang menderita
penyakit jantung, kurang menguntungkan untuk konsepsi.
Pada posisi 3 perineum wanita kurang tertekan.Posisi ini
dianjurkan apabila koitus dirasakan nyeri oleh wanita, waktu kotus berlangsung
penis tidak terlampau keras menyentuh porsio (iritasi serviks kurang) pada
wanita hamil tua, karena uterus gravidus agak berpindah tempatkearah
cranial.
- Konsep
maters dan Jhonson
Pada
awalnya hanya dikenal kelainan-kelaian seksual (perversi) diantara
penderita-penderita penyakit jiwa, dan pelanggar-pelanggar kesusilaan (sex
offenders), baru belakangan disadari bahwa tidak kalah pentingnya untuk
mempelajari dan mengetahui reaksi dan tingkah laku normal (fisiolgik) untuk
dapat lebih memahami apa yang tidak normal (patologik) demi untuk member terapi
yang lebih memadai dan lebih sesuai.
Adapun tokoh-tokoh yang telah berjasa dalam mempelajari
reaksi dan tingkah laku seksual yang dianggap normal diantaranya Van De Velde,
Kinsey dkk dan Maters dan Jhonson.
Terutama hasil penyelidikan Maters dan Jhonson yang membagi
kedalam empat fase rangsangan seksual menurut urutan terjadinya,yakni :
- Masa
rangsangan (ekxcitement phse)
- Masa
dataran tinggi (plateau phase)
- Masa
orgasme (orgasmic phase)
- Masa
peredaan (resolution phase)
Empat tersebut merupakan suatu siklus seksual
lengkap.Pembagian memiliki keuntungan dalam pemberitaan (deskripsi) secara
terperinci dari setiap penyimpangan yang terjadi pada tipa-tiap masa rangsangan
seksual.Namun batas-batas diantara masing-masing masa tidak begitu tajam.
Adapun fenomena dasar yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam
siklus orgasmic yaitu:
- Vasokongesti
(pengumpulan darah)
- Miotonia
(peningkatan tonus otot)
Reaksi seksual wanita dalam siklus
seksualitas
Masa rangsangan (excitement phase) terjadi sebagai akibat
dari rangsangan tubuh atau / dan rangsangan psikis dan merupakan masa yang
paling panjang serta lamanya dapat diatur menurut kehendak yang bersangkutan,
bahkan dapat dihentikan.Apabila rangsangan diteruskan dan tegangan meningkat,
maka masa rangsangan ini berlanjut kemasa berikutnya yaitu masa dataran tinggi.
Plateau phase ini dengan spontan beralih ke masa orgasme (orgasmic phase) yang
singkat (beberapa detik), yang pada pria disertai penyemprotan air mani dari
urethra (ejakulasi). Masa berikutnya adalah masa peredaan (resolution phase),
masa kembali kedalam keadaan semula.
Jikalau rangsangan diteruskan setelah orgasme, maka tampak
perbedaan yang nyata antara pria dan wanita, dimana wanita dapat mengalami
orgasme lagi pada setiap saat dalam masa resolusi, bahkan sampai beberapa kali
dalam satu siklus (status orgasmicus), sedangkan pada pria mengalami orgasme
lagi dalam masa resolusi tidak mungkin terjadi, masa resolusi harus lewat
sepenuhnya, jadi setelah masa resolusi pria mengalami masa refrakter, yaitu
pria memerlukan jangka waktu tertentu (sampai selesainya masa perdaan) sebelum
ia dapat masuk lagi kedalam masa dataran tinggi yang baru sebagai persiapan
untuk orgasme kedua.
Perubahan – perubahan alat-alat genital
wanita dalam siklus seksualitas
Seperti
telah tersebut diatas perubahan-perubahan dari alat-alat kelamin berdasarkan
vasokongesti dan miotonia.
v Labium mayus
Dalam keadaan tidak terangsang kedua tepi kedua labium mayus
bertemu digaris tengah dan menutupi labia minora, introitus vaginae, dan
orifisium urethrae eksternum.Dengan meningkatnya tegangan dalam masa rangsangan
kedua labium mayus seorang nullipara menipis dan mendatar kearah perineum,
disertai sedikit perpindahan kedepan dan kesamping.Perubahan-perubahan ini
menjadi lengkap pada akhir masa rangsangan atau segera setelah masa dataran tinggi
dicapai.Dalam masa peredaan labium mayus kembali kedalam keadaan semula.
Sebaliknya pada multipara dalam masa rangsangan kedua labium
mayus membesar akibat berkumpulnya darah vena, tanpa disertai penipsan dan
pendataran kearah perineum, sehingga labia menjadi besar lembek dan menggantung
seperti tabir menutupi sebagian muara vagina.Karena ada sedikit perpindahan
kearah samping akibat dorongan oleh kedua labium minus yang membengkak dan
menonjol, maka immisio penis dipermudah.Pada varikosis vulvae vasokongesti
dalam labium mayus dapat bertahan lama, sampai 2-3 jam dalam masa resolusi,
apabila wanita tidak mencapai orgasme.
Pada dataran tinggi ukuran pembesaran sedikitnya mencapai
dua kali bahkan sampai tiga kali ukuran semula. Pembesaran akibat vasokongesti
ini disertai dengan perubahan warna labium minus menjadi lebih merah: pada
nullipara dari merah jambu sampai merah, pada multipara dari merah sampai merah
anggur. Dalam masa resolusi pembengkakan dan peubahan warna dari labia minora
menghilang biasanya dalam waktu 10 – 15 detik.
v Glandula bartholini
Pada awalnya getah lender yang dikeluarkan oleh glandula
bartholini dianggap sebagai pelumas untuk mempermudah penetrasi penis dan
menghindari rasa nyeri, namun sekarang hal tersebut tidaklah benar.Walaupun
glandula bartholini memang mengeluarkan getah lender dalam hubungan seksual,
namun itu baru terjadi pada akhir masa rangsangan atau awal masa dataran
tinggi, jauh setelah immisio penis.Getah lender yang dikeluarkan sangat sedikit
(satu tetes pada nullipara, 2-3 tetes pada multipara).
v Klitoris
Klitoris merupakan homolog dari penis namun fungsinya dalam
hubungan seksual sangat berbeda.Apabila penis merupakan pusat dari segala
aktifitas seksual, termasuk pusat kenikmatan pada waktu orgasme, maka klitoris hanya
berfungsi sebagai penerima (reseptor) dan pengubah (transformer) dari
rangsangan-ransangan seksual.Pembesaran klitoris hanya terjadi pada korpus
klitoridis.
Perubahan yang nyata baru tampak dalam masa dataran tinggi
dengan mengkerutnya (retraction) klitoris.Pada masa orgasme tidak terjadi
perubahan apa-apa.
v Vagina
Vagina dapat diumpamakan sebagai tabung atau tong yang
panjangnya 7-8 cm. dalam keadaan biasa dinding-dindingnya saling bertemu,
sehingga tidak terdapat ruangan didalamnya, kecuali bila terisi oleh sesuatu,
misalnya oleh darah haid atau oleh penis waktu bersetubuh. Vagina mempunyai
fungsi rangkap , yaitu fungsi seksual dan fungsi konsepsi / reproduksi.
Perubahan-perubahan yang khas pada vagina terjadi pada awal masa
rangsangan.Sepuluh sampai 30 detik setelah rangsangan dimulai terjadi (sweeting
phenomenom) diseluruh dinding vagina (walaupun dalam vagina tidak terdapat
kelenjar).Pengeluaran getah ini (eksudasi) terjadi sebagai akibat dari
vasodilatasi dan vasokongesti pleksus venosus vaginae, yang sekaligus
menyebabkan perubahan warna dinding vagina dari merah muda sampai menjadi
kebiru-biruan (livide).
Dalam masa rangsangan, bagian 2/3 proksimal mengembung
(menyerupai balon), lebih panjang dan lebih lebar, yang disertai regangan dari
selaput lender vagina,sehingga rugae vaginales kurang jelas tampaknya.
Pengembungan bagian proksimal vagina ini menyebabkan perpindahan seviks
dan korpus uteri kebelakang dan atas. Bagian 1/3 distal hanya sedikit melebar.
Menjelang tibanya masa dataran tinggi, dibagian ini dan juga dibulbus vestibule
terjadi vasokongesti, sehingga dinding vagina membengkak dan edematous sehingga
terbentuk suatu manset orgastik atau orgasmic platoform: penis
seolah-olah dicekam lebih erat. Dalam masa orgasme terjadi kontraksi-kontraksi
ritmik dari manset orgastik itu sedikitnya 3-5 kali dengan jarak 0-8 detik dan
dapat mencapai sampai maksimal 10-15 kali pada setiap orgasme.
Dalam masa resolusi vagina kembali ke dalam keadaan semula
dalam urutan balik timbulnya perubahan-perubahan.
v Uterus
Pada akhir masa rangsangan dan dalam masa dataran tinggi
seluruh uterus yang dalam posisi anteversio-fleksio berpindah tempat keatas dan
kebelakang sebagai akibat mengembungnya bagian 2/3 proksimal vagina.Uterus
menjadi lebih besar akibat terkumpulnya dan terbendungnya darah, lebih-lebih
jika masa rangsangan diperpanjang.Dalam masa orgasme korpus uteri berkontraksi
ritmik dengan sifat seperti his dalam persalinan, yaitu dimulai dari atas,
menjalar ketengah dan terus kebawah.Vasokongesti dan kontraksi-kontraksi ritmik
itu kadang-kadang nyeri oleh wanita.
Reaksi alat-alat genital pria dalam
siklus seksualitas
Reaksi alat-alat genital pria terhadap rangsangan-rangsangan
seksual lebih sederhana dari pada wanita.
v Penis
Reaksi pertama pria terhadap rangsanganseksual ialah ereksio
penis.Ini biasanya sangat individual dan sering sudah terjadi pada rangsangan
paling ringan.Dengan bertambahnya rangsangan penis menjadi lebih besar, lebih
panjang, dan lebih tegang.Masa rangsangan dapat diperpanjang atau dihentikan
menurut kemauan.
Dalam masa dataran tinggi ereksi penis lebih meningkat dan
glans penis berubah warna menjadi kebiru-biruan (livide) karena pelebaran
pleksus venosus. Dalam masa orgasme terjadi ejakulasio akibat
kontraksi-kontraksi ritmik dari otot-otot: m. sfingter urethrae, m.
bulbokavernosus, m. iskhiokavernosus, dan m. tranversus perinea.
Kontraksi-kontaksi itu dimulai dengan jarak waktu 0.8 detik ,setelah 3-4 kali
kontraksi yang kuat, maka frekuensi dan intensitas berkurang. Pria merasakan
orgasme terpusat pada penis, kurang dibagian prostat dan vesika urinaria.Dalam
masa peredaan ereksi penis berkurang; penis berangsur-angsur menjadi lembek dan
akhirnya seperti semula.
v Skrotum
Skrotum menunjukkan perubahan khas dalam masa rangsangan,
yaitu menjadi tebal dan regang, sehingga lipatan-lipatan kulit hilang. Akibat
vasokongesti local dan kontraksi dari serabut-serabut otot polos, muskulus
dortus, skrotum mengecil.Dalam masa peredaan cepat atau lambat skrotum kembali
kedalam keadaan semula.
v Testis
Dalam masa rangsangan kedua testis naik kearah perineum
akibat mengkerutnya funikulus spermatikus yang disebabkan oleh kontraksi yang
tidak disengaja dari muskulus kremaster. Posisi ini tidak bias bertahan lama,
maksimal 5-10 menit, walaupun masa rangsangan berlangsung lama. Akan tetapi
naiknya testis dapat berulang beberapa kali jika masa rangsangan sengaja
diperpanjang.
\Reaksi ekstragenital wanita dan
pria dalam siklus seksual
Reaksi ekstragenital juga didasari oleh dua fenomena
tersebut diatas, yakni vasokongesti dan peninggian tonus-tonus otot.
v Payudara
Reaksi awal payudara terhadap ransangan seksual ialah ereksi
dari papilla mammae, lebih jelas pada multipara dari pada nullipara.Pria juga
dapat bereaksi serupa dalam kemungkinan 60%.Dalam masa rangsangan payudara
wanita membesar yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh-pembuluh dan
bertambahnya perfusi.Gambaran vena menjadi lebih jelas dalam masa dataran
tinggi, pada multipara lebih intensif.Areola mammae ikut membengkak.
v Sex Flush
Sebagai akibat dari pelebaran pembuluh-pembuluh kapilar
dapat timbul titik titik atau bercak-bercak merah (eritema) dalam masa dataran
tinggi (kemungkinan 75%).Eritema mulai timbul didaerah epigastrium, kemudian
menjalar kepayudara dan seluruh dada, dan dapat juga menjalar ke perut bagian
bawah dan bahu, bahkan dapat ke fossa antekubiti, paha dan punggung.Setelah
orgasme sex flush itu menghilanh dalam urutan sebaliknya.
v Miotonia
Tanpa dikehendaki / dikuasai, penambahan tonus otot baik
secara berkala (ritmik) maupun dalalm bentuk spasme, dimulai dalam masa
rangsangan dan terus berlangsung dalam masa dataran tinggi.Spasme dapat terjadi
dari otot-otot lurik, misalnya tungkai bawah pada wanita yang dalam posisi
duduk waktu bersetubuh atau bermasturbasi; atau pada pria dalam posisi diatas
terjadi spasme karpopedal (kejang dari otot-otot lengan / tangan dan otot-otot
tungkai / kaki).
v Vesika urinaria, uretra, dan rectum
Reaksi dari alat-alat tubuh di sekitar genitalia didasari
juga oleh vasokongesti, dan peningkatan tonus otot, yang disertai dengan
iritasi mekanik selama hubungan seksual.
Wanita merasakan ingin kencing sewaktu atau segera setelah
koitus.Kadadang-kadang keluhan disuria timbul setelah hubungan kelamin, karena
dinding belakang kandung kencing atau urethra terlampau banyak dirangsang.
Konstraksi tak sengaja dari sfingter ani dan m. gluteus
maksimus dapat menambah intensitas rangsangan.Dalam masa orgasme m. sfingter
ani dapat berkontraksi lebih intensif lagi, yang dapat disamakan dengan
kontraksi ritmik bagian 1/3 proksimal dari vagina.
v Reaksi- reaksi lain
Reaksi-reaksi lain dalam siklus seksual tidak menunjukkan
perbedaan antara wanita dan pria.Vasokongesti, peningkatan tonus otot dan
rangsangan-rangsangan psikis berjalan bersamaan dengan hiperventilasi, yang
dimulai pada akhir masa rangsangan, berlanjut dalam masa-masa berikutnya, dan
pernapasan menjadi normal kembali pada masa resolusi.
Juga frekuensi denyut jantung dan cardiac output meningkat.
Tekanan darah dapat meningkat pula menjelang dan waktu orgasme: tekanan
sistolik dapat meningkat 30-40 mmHg dan tekanan diastolic 20-40 mmHg.
Variasi seksual dalam batas-batas
normal
v Manipulasi klitoris dengan jari
Telah dibahas sebelumnya bahwa rangsangan dengan jari-jari
pria sebelumnya dan sesudah wanita mencapai orgasme dianggap normal, termasuk
beberapa variasi dalam pelaksanaan siklus seksual.
v Manipulasi urogenital
Ada beberapa pria yang suka dan merasa lebih terangsang jika
wanita pasangannya mempermainkan alat kelaminnya dengan mulut, birbir, dan
lidah disertai dengan gigitan ringan.Manipulasi ini dinamakan
fellasio.Sebaliknya si pria dapat merangsang alat kelamin pasanganya dengan
bibir dan lidah yng disebut kunnilinksio.
v Masturbasi (onani)
Pemuasan sendiri secara seksual tanpa koitus, biasanya
dengan tangan atau benda lain, sering dilakukan oleh anak-anak dan muda-mudi
dalam perkembangan fisik dan psikoseksualnya.Juga orang dewasa dalam keadaan
tertentu, biasanya abstinensi, dapat melakukan masturbasi sebagai penyaluran
nafsu syahwat.
v Homoseksual
Hubungan seks antara dua orang pria, cara pamuasan seksual
yaitu terutama ditujukan pada rangsangan penis utuk mencapai ejakulasi dan
orgasme. Seorang homoseksual dapat mencari sebagai objeknya / mangsanya
diantara pria-pria yang tidak bertendensi homoseksual, bahkan diantara
anak-anak dibawah umur.
v Lesbianisme
Hubungan seks antara dua orang wanita, lesbianism dalam
batas-batas notertentu tidak dianggap sebagai deviasi seksual, misalnya yang
dilakukan diasrams-asrama putrid atau dirumah penjara, karena keadaan yang
mendorong pelakunya untuk berbuat demikian, dalam keadaan normal mereka tidak
melakukannya lagi.
Pemuasaan seksual diantara pasangan lesbian dilakukan lewat
bermacam-macam cara, dari sentuhan-sentuhan ringan didaerah erogen, terutama
payudara, bercium-ciuman dan stimulasi klitoris.
Gangguan Seksualitas (Sexual
Inadequacy)
Gangguan hubungan seksual, baik pada wanita maupun
pria, dipengaruhi oleh factor psikologik, misalnya akibat kekurangan /
kesalahan pendidikan dan penyuluhan seksual, hubungan seksual yang tidak
sempurna, pandangan hidup yang salah tentang seks, ketakutan akan akibat-akibat
hubungan seksual (kehamilan, penyakit venerik) pengalaman buruk dari hubungan
seksual di masa lampau, hubungan suami-istri yang tidak harmonis, dan
sebagainya. Jarang kelainan organic pegang peranan yang menentukan.
Gangguan seksual wanita
v Frigiditas
Istilah frigiditas berarti tidak ada libido seksualitas pada
wanita, namun kurang tepat jika digunakan pada wanita yang gagal mencapai
orgasme.Duret-Cosyns menyatakan bahwa dalam bentuk apapun frigiditas hampir
selalu merupakan refleksi dari hambatan psikologis, secara sadar atau tidak
sadar, tersering berhubungan dengan gangguan perkembangan psikoseksual dalam
masa lampau wanita sejak kanank-kanak, dan dengan jenis pendidikan yang
diterimanya.
v Anorgasmi
Orgasme merupakan suatu fenomena subjektif yang dapat
didefinisikan sebagai peralihan dari tegangan seksual yang memuncak keperadaan
lengkap dengan disertai puncak kenikmatan, lazim disebut juga asme,
extase atauclimax. Anorgasme primer umumnya disebabkan oleh
gangguan psikis-emosional, biasanya sebagai akibat dari anggapan yang salah
tentang seks, akibat pengalaman buruk dimasa lampau, akibat ketakutan akan
kehamilan atau penyakit venerik, atau apabila tempat dan suasana yang kurang
ideal waktu dilakukan hubungan seksual. Juga kurangnya pengetahuan dan
pengalaman dari pihak pasangan pria dapat menghambat orgasme.Sedangkan anorgasmi
sekunder biasanya disebabkan kaerna memburuknya hubungan antara kedua pasangan
yang bersangkutan, dan penanganannya pun jauh lebih sulit.
v Dispareunia
Dispareunia berarti bahwa koitus sukar dan nyeri, atau
penetrasi penis tidak lengkap. Ini sering disebabkan oleh kelainan organic,
misalnya penyempitan vagian karena atrofi dan jaringan parut, oleh peradangan
vulva dan vagina, dan oleh proses penyakit didalam panggul.
Kadang-kadang dispareunia mempunyai dasar psikoseksual untuk
melindungi sesuatu organ (organ-neurose).Sering pula dispareunia disebabkan
oleh vaginisme akibat spasme dari muskulus sfingter vaginae dan muskulus
levator ani.
v Vaginisme
Seluruh otot dasar panggul mengejang.Introitus vaginae
menyempit dan immisio penis dihalangi, atau dipersulit dan dirasakan nyeri,
lambat-laun otot-otot dasar panggul berada dalam keadaan spasme yang
menetap.Seperti dijelaskan diatas karena kelainan ini mempunyai dasar
psikologis dan memerlukan pendekatan secara psikologik pula.
v Nimfomania
Nimfomania adlah sebaliknya dari firgiditas, yaitu keinginan
bersetubuh yang berlebihan yang dapat merupakan obsesi dan dapat menyebabkan
penyelewengan seksual dalam pernikahan atau pelarian ke prostitusi.Sebenarnya
batas-batas normal dan tidak normal tidak jelas, pada pria penyimpangan ini
disebut satiriasis.
Gangguan seksual pria
v Impotensia koendi
Gangguan seksual pada pria, yang tidak mampu bersetubuh
karena kemampuan ereksi penis kurang atau tidak ada, walaupun libido tetap ada.
Hamper selalu gangguan ini merupakan neurosis seksual yang biasanya disebabkan
karena kegagalan atau karena ketakutan akan kegagalan dalam koitus. Setelah
benar-benar dialami kegagalan,maka neurosisnya menjadi lebih berat, sehingga
terbentuklah lingkaran setan (circulus vitious) sampai terjadi impotensi
lengkap.
v Impotensia ejakulandi
Impotensia ejakulandi dartikan sebagai, bahwa seorang pria
memiliki libido, dapat bererksi dan bersetubuh, akan tetapi tidak dapat
mencapai ejakulasi dan orgasme. Apabila ejakulasi tidak disertai orgasme, atau
orgasme kurang / hampir tidak dirasakan, maka itu dianamakan impotensia
satisfaksionis.
v Ejakulasio prekoks
Yakni pengeluaran sperma yang terlampau cepat,yaitu sebelum
atau segera penetrasi penis. Apabila peristiwa ini sifatnya sementara, misalnya
pada koitus pertama atau pada koitus setelah abstinensi lama, maka ini masih
dianggap dalam batas-batas normal dan biasa hilang dengan sendirinya.
Kelainan seksualitas
Abnormalitas hubungan seksual yang lebih berat sifatnya dan
tidak mudah diperbaiki lazim disebut perversitas seksual, yang lebih banyak
diderita oleh pria dari wanita.Biasanya yang menjadi dasar ialah factor
psikologis yang sudah berakar dalam sejak masa lampau, sejak masa kanak-kanak,
konstitusional atau penyakit jiwa.Biasanya penderita-penderita ditangani oleh
psikiater baik sebagai penderita penyakit jiwa ataupun pelanggar hokum (sex
offenders).
v Sadisme
Istilah sadism berasal dari bangsawan Prancis, Marquis de
sade (1740-1814) yang melakukan kebiasaan itu, dan berarti sebagai suatu
perversi seksual dimana seseorang memperoleh kepuasaan / kenikmatan seksual
dengan menyiksa / menganiaya/ menyakiti partnernya.
v Masochisme
Masochisme (Leopold von sacher-Masoch, seorang ahli sejarah
dan penulis Austria, 1836-1895) ialah sebaliknya dari sadisme. Sesoarang akan
mencapai kepuasan / kenikmatan seksual apabila ia disiksa.
v Ekshibisionisme
Ialah suatu kecenderungan abnormal yang tidak terkuasai
untuk menunjukkan alat kelaminnya secara sadar atau tidak sadar, untuk menarik
perhatian, perversitasini hanya dijumpai pada pria.
v Voyeurisme
Ada orang-orang yang mempunyai keinginan untuk melihat alat
kelamin orang lain atau mengintip (peeping tom) orang bersetubuh, yang
dapat memberinya kepuasan seksual.
v Bestialisme
Apabila seseorang berhubungan kelamin dengan binatang
v Sodomi
Istilah sodomi dikaitkan dengan kota Sodom dalam kitab
Injil, yang hancur karena kebakaran dan rakyatnya mengalami kehancuran dan
rusak moralnya. Sodomi tidak memiliki arti yang tegas kadang-kadang dipakai
untuk hubungan kelamin dengan hewan atau juga dipakai untuk hubungan kelamin
yang abnormal antara 2 orang sejenis kelamin, misalnya melalui anus.
v Fethikisme
Fetikhisme atau fetisisme ialah pemujaan atau mencintai
suatu benda bekas milik seseorang yang dicintai, misalnya rambut, sapu tangan,
pakaian dan lain-lain.Seorang fetish dapat memperoleh kenikmatan erotic dari
dari suatu benda fetish.
v Nekrofilia
Nekrofilia beararti kecenderungan abnormal untuk berhubungan
seksual dengan mayat.
v Insestus
Insestus ialah hubungan kelamin antara orang-orang yang
sangat dekat dengan hubungan keluarganya, misalnya antara saudara kandung dan
antara ayah dan putrinya.
v Transvestisme
Transvestisme atau eonisme ialah kebiasaan / kesukaan untuk
mengenakan pakaian dari lawan jenis kelaminnya. Secara mental ia masih merasa
sesuai dengan jenis kelamin fisiknya. Suami yang transverstit akan memakai
pakaian istrinya untuk mendapat kepuasan seksual. Koitus biasa masih dilakukan
karena unsusr heteroseksual masih ada.
v Pedofilia erotika
Pedofilia berarti kesukaan pada anak-anak, akan tetapi
pedofilia erotica berarti kesukaan untuk melampiaskan nafsu birahi pada
anak-anak. Pelaku pedofilia erotica menderita kelainan jiwa dan biasanya
mempunyai ibu yang dominan, agresif dan castrating dan istri seorang
yang galak dan selalu mencela setiap gera-gerik suami.
v Perkosaan
Perkosaan ialah penetrasi alat kelamin wanita oleh penis
pria dengan paksaan, baik oleh satu maupun oleh beberapa orang pria, atau
dengan ancaman.Seandainya unsur paksaan / ancaman dihilangkan, maka hubungan
kelamin tersebut tidak dari koitus biasa, hanya dilakukan diluar
perniahan.Perkosaan yang sebenarnya jarang terjadi, dapat dibagi dalam 2
golongan, yaitu common low rape (si korban sudah cukup umur) dan statutory
rape (si korban dibawah umur).
v Lust murder
Perkosaan yang disertai pembunuhan.Biasanya perkosaan
dilakukan lebih dahulu dan pembunuhannya terjadi selama atau setelah perkosaan.
Pendidikan Dan Penyuluhan Seksual
Berbagai definisi telah diberikan untuk pengertian
pendidikan seksual (sex education). Salah satu definisi diberikan oleh Scarbath
sebagai berikut :“sex education is a planned influence on learning processes
directly or indirectly related to the patterning of a value system concerning
sexuality”. Pada waktu ini cara-cara pendidikan seksual didasari oleh dua
pandangan dan pendekatan yang sangat berbeda, yaitu : (1) pendekatan
psikoanalitik, yang hanya mengakui bahwa perkembangan psiko-seksual ditentukan
oleh pembawaan yany untuk sebagian besar sifatnya autonom. (2) pendekatan
sosiologik (sociological or social learning approach), yang mengakui
adanya pengaruh dari lingkungan. Yang mempunyai banyak pengikut adalah
pandangan ke dua.
Pendidikan seksual sebaiknya sudah dimulai sedini-dininya, dalam masa
kanak-kanak dengan peranan utama dipegang oleh para orang tua, sedang
penyuluhan seksual sangat baik dan bermanfaat bagi muda-mudi, bagi pasangan
yang menginjak jenjang pernikahan, bagi wanita hamil, pasangan yang mengingini
keturunan, orang-orang yang mengalami gangguan seksual dan penderita-penderita
penyakit / kelamin tertentu.
v Penyuluhan muda-mudi
Dalam penyuluhan muda-mudi perlu dibahas anatomi fisiologi
alat kelamin, serta fisiologi hubungan seksual.Juga variasi dan penyimpangannya
yang masih dianggap dalam batas-batas normal.Semua itu dilakukan dengan latar
belakang norm-norma yang berlaku, termasuk agama dan pandangan masyarakat.
Terutam masturbasi, lesbianism, dan homoseksualitas perlu
dibahas lebih jauh dan bijaksana; begitu halnya dengan hubungan seksual diluar
pernikahan dengan segala konsekuensinya, seperti penyakit kelamin, kehamilan,
pertentangan dengan orang tua, putusnya pendidikan dan pekerjaan, dengan
sebagainya.
v Penyuluhan pernikahan (marriage
cuonseling)
Apabila sepasang calon suami-istri dating untuk memeriksakan
diri dan meminta nasehat, maka kedua-duanya diwawancarai dan diperiksa
badannya, termasuk alat kelaminnya dan pemeriksaan laboratorium.Setelah
semuanya selesai baru diberikan penyuluhan.
Hubungan kelamin yang telah atau belum terjadi harus
ditinjau dalam hubungan dengan perubahan zaman dan norma-norma yang sedang
berlaku.Nasehat-nasehat tentang kontrasepsi diberikan apabila dianggap
perlu.Perhatian khusus perlu dicurahkan pada malam pertama pernikahan (koitus
pertama dan deflorasi), apabila si calon istri muda usianya.
v Penyuluhan dalam kehamilan
Hubungan kelamin tidak dilarang dalam kehamilan, kecuali 6
minggu sebelum dan 6 minggu setelah persalinan.Gravida dengan riwayat
infertilitas atau abortus habitualis dan primi tua sebaiknya dianjurkan tidak
berhubungan kelamin dalam kehamilan muda.Perdarahan, walaupun sedikit pada
merupakan kontraindikasi bagi koitus.
Telah dijelaskan sebelumnya dalam pembicaraan posisi koitus
dalam kehamilan trimester III, apabila tidak bias dilarang setelah kehamilan 34
minggu, dianjurkan posisi lutut-siku bagi si wanita dan si pria dibelakangnya
(iritasi serviks uteri kurang).
v Penyuluhan pada penderita –
penderita PMS
Pada suami atau istri yang mengidap PMS hendaklah si suami
memakai kondom karena kondom dapat melindung penyebaran penyaki dan mengurangi
risiko kehamilan.
v Penyuluhan pada pasutri ingin anak
(Infertiltas)
Posisi senggama telah dibicarakan di depan. Salah satu
penyebab dari pasutri yang tidak mempunyai anak adalah stress psikologis
(ketegangan hidup) dari pihak istri, sehingga spermatozoa mengalami aglutinasi
(penjendalan) waktu bertemu dengan lender serviks. Penanganan dengan cara
menghilangkan ketegangan hidup dari istri.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Seksologi adalah ilmu pengetahuan tentang reaksi dan tingkah
laku seksual manusia yang sifatnya universal dan multidisipliner.Seksilogi
tidak mempunyai definisi yang jelas dan konvensional. Disebut universal karena
ilmu ini berlaku di seluruh dunia, baik bagi penduduk yang paling primitf,
maupun bagi orang – orang yang paling tinggi tingkat kebudayaannya, sedangakan
istilah multidisipliner menunjukkan bahwa ilmu ini bergerak dibanyak bidang
ilmu pengetahuan lain.
Hubungan seksual yang dianggap normal (fisiologik) adalah
hubungan heterosekual yang lazim dilakukan oleh umat manusia yang ikut
ditentukan oleh pandangan hidup (moral), kebudayaan, kepercayaan dan
agama.Setiap penyimpangan baik dalam perkembangan vita seksual maupun
penyalurannya dianggap patologik.
Gangguan hubungan seksual, baik pada wanita maupun
pria, dipengaruhi oleh factor psikologik, misalnya akibat kekurangan /
kesalahan pendidikan dan penyuluhan seksual, hubungan seksual yang tidak
sempurna, pandangan hidup yang salah tentang seks, ketakutan akan akibat-akibat
hubungan seksual (kehamilan, penyakit venerik) pengalaman buruk dari hubungan
seksual di masa lampau, hubungan suami-istri yang tidak harmonis, dan
sebagainya. Jarang kelainan organic pegang peranan yang menentukan.
Pendidikan seksual sebaiknya sudah dimulai sedini-dininya,
dalam masa kanak-kanak dengan peranan utama dipegang oleh para orang tua,
sedang penyuluhan seksual sangat baik dan bermanfaat bagi muda-mudi, bagi
pasangan yang menginjak jenjang pernikahan, bagi wanita hamil, pasangan yang
mengingini keturunan, orang-orang yang mengalami gangguan seksual dan
penderita-penderita penyakit / kelamin tertentu
- Saran
- Dapat
mengetahui tentang seksologi
- Dapat
mengetahui variasi, gangguan dan kelainan seksualitas
- Memberikan
pendidikan dan penyuluhan seksual
DAFTAR
PUSTAKA
Prawirohardjo Sarwono: Ilmu
Kandungan. PT. Bina Pustaka.Edisi 4 cetakan 3. Jakarta. 2010
Wimpie Pangkahila : Peranan seksologi dalam kesehatan
reproduksi. Obginsos, YBP-SP, 2005 : 64-89
Seksologi.
http//www.k-rezkie.blogspot.com/2008/01/seksologi.html
Sekilas
tentang seksologi. http//www.vitasexual.wordpress.com/2008
Tehnik-tehnik
persetubuan. Syokkahwin.com. 2008
posisiseksual.http//www.panduankesehatan.blogspot.com/2008/08/01/archive.html