BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Setiap kehamilan pada seorang calon ibu merupakan
tanda kehadiran sang buah hati yang sedang bertumbuh di dalam rahim. Namun, tak
semua kehamilan dapat berlangsung sukses. Pada keadaaan tertentu buah kehamilan
ada yang mengalami gangguan dalam proses pertumbuhan dan akhirnya gugur. Bila
hasil pembuahan tersebut berhasil menjadi janin dan gugur, tindakan yang
dilakukan oleh dokter adalah melakukan kuretase atau memberikan obat untuk
membersihkan rahim yang janinnya telah gugur.
Pada kasus hamil anggur atau secara medis di sebut molahidatidosa,
proses kehamilan mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal di
mana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah
menjadi gelembung-gelembung yang berbentuk bergerombol menyerupai buah
anggur.
Frekwensi mola umumnya pada wanita di
Asia lebih tinggi (1 atas 120 kehamilan) daripada wanita di Negara-negara barat
(1 atas 2000 kehamilan). Guru Besar Tetap
FKUI, Prof Dr dr Andrijono, SpOG (K) menjelaskan, Kasus hamil
anggur di Indonesia dikabarkan cukup besar terjadi. Sekitar satu dari 40 hingga
400 kehamilan terjadi hamil anggur.
Namun,
dengan semakin cepatnya deteksi dini pada kehamilan yang bermasalah pada
trimester pertama dengan alat USG, maka seringkali buah
kehamilan yang kosong segera diketahui dan tidak sampai terjadi hamil
anggur.Tentang nasibnya kehamilan tidak normal ini dapat dikatakan,bahwa mola
keluar sendiri atau dikeluarkan dengan suatu tindakan; pengeluaran sendiri
biasanya disertai dengan perdarahan banyak.
Menurut Andrijono,
karena hamil anggur merupakan kehamilan yang bersifat abnormal maka perempuan
yang mengalaminya harus segera mengeluarkan kandungannya. Yang juga perlu
dipahami, perempuan yang mengalami hamil anggur juga dapat mengalami
komplikasi. Misalnya perdarahan, infeksi, dan munculnya kanker.
B. Tujuan
1. Tujuan
umum
Untuk
mengetahui tentang penyakit Mola
Hidatidosa atau Hamil Anggur
2. Tujuan
khusus
a. Untuk
mengetahui definisi dari penyakit Mola
Hidatidosa atau Hamil Anggur
b. Untuk
mengetahui Etiologi dari penyakit Mola
Hidatidosa atau Hamil Anggur
c. Untuk
mengetahui gejala dari penyakit Mola
Hidatidosa atau Hamil Anggur
d. Untuk
mengetahui pathogenesis dari penyakit Mola
Hidatidosa atau Hamil Anggur
e. Untuk
mengetahui diagnosis dari penyakit Mola
Hidatidosa atau Hamil Anggur
f. Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnostik dari penyakit Mola Hidatidosa atau Hamil
Anggur
g. Untuk
mengetahui penanganan dari penyakit Mola
Hidatidosa atau Hamil Anggur
h. Untuk
mengetahui pengamatan lanjutan dari penyakit Mola Hidatidosa atau Hamil
Anggur
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Mola hidatidosa ialah kehamilan
abnormal, dengan cirri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan
edematous. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar
dan edematous itu hidup dan tumbuh terus; gambaran yang diberikan ialah sebagai
segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada villus kadang-kadang
berploriferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormone, yakni human chorionic gonadotrophin (HCG)
dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Mola hidatidosa adalah perubahan
abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang
dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya
uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton,
C. Mary, 1995 : 104)
Prof Dr dr
Andrijono, SpOG menjelaskan Hamil anggur (mola hidatidosa) adalah kehamilan
abnormal berupa pertumbuhan yang berlebihan dari sel-sel plasenta atau ari-ari
yang berbentuk gelembung-gelembung seperti buah anggur. Istilah hamil anggur
digunakan karena bentuk bakal janin mirip dengan gerombolan buah anggur. Pada
kehamilan anggur janin tidak bisa tumbuh dengan sempurna. Dan ini akan
mengakibatkan rahim kosong ( blighted ova ) dan janin yang belum terbentuk tadi
terserap masuk kedalam tubuh. Akibatnya saluran yang mengalirkan darah dan
nutrisi atau yang di sebut jonjot di rahim tetap tumbuh dan menggelembung. Dan
gelembung yang mirip buah anggur ini akan membesar seiring dengan meningkatnya
usia kehamilan.
B. Etiologi
Hingga saat ini masih belum banyak
diketahui secara pasti penyebab hamil anggur. Tapi ada beberapa pendapat ahli
yang menduga bahwa penyebab hamil anggur adalah :
1. Gangguan
gizi dan nutrisi pada janin.
Berdasarkan sebuah penelitian yang
dilakukan guru besar Obstetri dan Ginekologi FKUI, Prof. Dr. dr. Andrijono SpOG
(K), menyimpulkan bahwa kekurangan vitamin A dapat menyebabkan hamil anggur.
Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa kadar vitamin A dalam darah
penderita hamil anggur lebih rendah dibandingkan wanita dengan hamil normal.
Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa risiko seorang perempuan hamil
menderita hamil anggur 6,8 kali lebih besar jika kadar vitamin A dalam darahnya
kurang. Bahkan risiko bisa meningkat 7 kali jika kehamilan tersebut merupakan
kehamilan pertama. Menurut data yang diteliti, terlihat dari 73,13 % penderita
hamil anggur, deposit vitamin A-nya di bawah normal yang ditandai adanya
gangguan fungsi hati.
2. Gangguan
kekebalan tubuh ( imunologi ).
3. Kelainan
Kromosom.
4. Adanya
riwayat keluarga yang hamil anggur.
C. Gejala
Secara umum gajelanya yaitu Uterus membesar lebih
cepat dari biasa, penderita mengeluh tentang mual dan muntah, tidak jarang
terjadi perdarahan per vagina. Kadang-kadang pengeluaran darah disertai dengan
pengeluaran beberapa gelembung villus, yang memastikan diagnostic mola
hidatidosa.dan dapat juga ditemukan pasien dengan :
- Pada
umumnya tanda kehamilan test urine positif hamil. Ibu mengeluh ada
bercak perdarahan berulang - ulang bahkan bisa menagkibatkan
penurunan kadar sel darah merah ibu ( anemia )
- Ibu
hamil dengan Molahidatidosa juga mengeluh mual muntah yang
berlebihan bahakan hingga pada kondisi keracunan kehamilan ( toksemia
gravidarum ).Mual dan muntah ini akibat tingginya kadar hormon HCG (
Hormon Chorionik Gonadotropin) dalam tubuh ibu.
- Perut
ibu semakin membesar tetapi ibu tidak merasakan gerakan - gerakan janin
dalam kandungannya.
- Besarnya
perut ibu hamil melebihi besar perut ukuran usia hamil yang seharusnya.
- Pada
keadaan lanjut gelembung hamil anggur ikut keluar bersamaan dengan
keluarnya darah dari dalam rahim
D. Patogenesis
Ada
beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :
1. Teori
missed abortion.
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5
minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan
cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
3. Teori
neoplasma dari Park.
Sel-sel trofoblast adalah abnormal
dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan
ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
4. Studi
dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan
lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai
degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima.
Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan
trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.
(Silvia, Wilson, 2000 : 467)
E. Diagnosis
Sudah dikemukakan bahwa uterus pada mola
hidatidosa tumbuh lebih cepat dari pada kehamialan biasa; pada uterus yang
besar ini tidak terdapat tada-tanda adanya janin di dalamnya, seperti
balottemen pada palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin
pada pemeriksaan rontgen, dan adanya denyut jantung pada ultrasonografi.
Perdarahan merupakan gejala yang sering ditemukan.
Kadar hCG pada mola lebih tinggi
daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (B-Scan) member gambaran yang khas
mola hidatidosa.
F. Pemeriksaan
Diagnostik:
1. Rontgen
foto : kalau ada rangka janin maka kemanqkinan terbesar bahwa kehamilan biasa
walaupun pada mola partialia kadang-kadang terdapat janin. Tidak terlihatnya
janin tidak menentukan.
2. Pemeriksaan
kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin
3. Percobaan
sonde ; pada mola sonde mudah masuk ke dalam cavum uteri, pada kehamiilan biasa
ada tahanan oleh janin.
G. Penanganan
mola hidatidosa
Berhubung dengan kemungkinan, bahwa mola
hidatidosa menjadi ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang
sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diingini, ialah histerektomi.
Akan tetapi bagi wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah diagnosis
mola dipastikan, dilakukan pengeluaraan mola dengan kerokan isapan (sunction
curettage) dan disertai dengan pemberian infuse oksitosin intravena. Sesudah
itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa
konseptus; kerokan perlu dilakukan hati-hati berhubung dengan bahaya perforasi.
Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu
dilakukan ulangan dengan kuret tajam agar ada kepastian bahwa uterus
betul-betul kosong, dan untuk memeriksa tingkat poliferasi sisa-sisa trofoblast
yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada
terhadap kemungkinan keganasan.
Sebelum mola dikeluarkan sebaiknya
dilakukan pemeriksaan roentgen paru-paru untuk menentukan ada tidaknya
metastasis di tempat tersebut.
Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan
bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista tekalutein. Kista-kista ini yang tumbuh
pengaruh hormonal, kemudian mengecil sendiri.
Terapi yang diberikan biasanya adalah
antibiotik, tambah darah, obat nyeri, atau sitostatika untuk menghentikan
perdarahan.
Bila tindakan
penanganan dan pengobatan telah dilakukan secara cepat dan tepat, maka ibu
dapat berpeluang untuk hamil kembali. Kontrol rutin tetap harus dijalani sesuai
ketentuan prosedur dari dokter. Bila pemeriksaan kadar hCG dalam darah sampai
tiga kali berturut turut negatif, ibu boleh pulang dengan diberi
konseling penggunaan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.Alat kontrasepsi
pilhan bisa pil, atau IUD.
H. Pengamatan
lanjutan
Pengamatan lanjutan pada wanita dengan
mola hidatidosa yang uterusnya dikosongkan, sangat penting berhubungan dengan
kemungkinan timbulnya tumor ganas (dalam ± 20%). Pada pengamatan lanjutan,
selain memeriksa terhadap kemungkinan timbulnya metastasis, sangat penting
untuk memeriksa kadar hormone koriogonadotropin (hCG) secara berulang.
Pada kasus-kasus yang tidak menjadi
ganas, kadar hCG lekas turun menjadi negative. Pada awal pascamola dapat
dilakukan tes hamil biasa, akan tetapi setelah tes biasa menjadi negative,
perlu dilakukan pemeriksan radio-immunoassay hCG dalam serum. Pemeriksaan yang
peka ini dapat menemukan hormone dalam kuantitas yang rendah.
Pemeriksaan hCG diselenggarakan setiap
minggu sampai kadar menjadi negative satelah tiga minggu, dan selanjutnya tiap
bulan selama enam bulan. Sampai kadar hCG menjadi negative, pemeriksaan
roentgen paru-paru dilakukan tiap bulan. Selama dilakukan pemeriksaan kadar
hCG, penderita diberitahukan agar tidak hamil. Pemberian kontrasepsi berguna
dalam dua hal :
1. Mencegah
kehamilan baru
2. Menekan
pembentukan LH oleh hipofisis,
Yang
dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar hCG. Apabila tingkat kadar hCG tidk turun
dalam tiga minggu berturut-turut atau malah naik, dapat diberi kemoterapi,
kecuali jika penderita tidak menghendaki bahwa uterus dipertahankan; dalam hal
ini dilakukan histerektomi.
Kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian
Methotrexate atau Dactinomycin, atau kadang-kadang dengan kombinasi dua obat
tersebut. Biasanya cukup member satu seri dari obat yang bersangkutan.
Pengamatan lanjutan terus dilakukan, sampai kadar hCG menjadi negative selama
enam bulan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mola
hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan cirri-ciri stroma villus korialis
langka vaskularisasi, dan edematous. Janin biasanya meninggal, akan tetapi
villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus; gambaran
yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada
villus kadang-kadang berploriferasi ringan kadang-kadang keras, dan
mengeluarkan hormone, yakni human
chorionic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada
kehamilan biasa.
2.
Hamil anggur
merupakan kehamilan yang bersifat abnormal maka perempuan yang mengalaminya
harus segera mengeluarkan kandungannya. Yang juga perlu dipahami, perempuan
yang mengalami hamil anggur juga dapat mengalami komplikasi. Misalnya
perdarahan, infeksi, dan munculnya kanker.
3. Berhubung
dengan kemungkinan, bahwa mola hidatidosa menjadi ganas, maka terapi yang
terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumblah
anal yang diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi bagi wanita yang masih
menginginkan anak, maka setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan
pengeluaraan mola dengan kerokan isapan (sunction curettage)ndisertai dengan
pemberian infuse oksitosin intravena.
4.
Bila tindakan
penanganan dan pengobatan telah dilakukan secara cepat dan tepat, maka ibu
dapat berpeluang untuk hamil kembali. Kontrol rutin tetap harus dijalani sesuai
ketentuan prosedur dari dokter. Bila pemeriksaan kadar hCG dalam darah sampai
tiga kali berturut turut negatif, ibu boleh pulng dengan diberi konseling
penggunaan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.Alat kontrasepsi pilhan
bisa pil, atau IUD.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,file:///C:/Users/user/Documents/asuhan-keperawatan-dengan-mola-hidatosa.html,
diakses pada tanggal 22 Februari 2013
Anonim,file:///C:/Users/user/Documents/m5uw78-hamil-anggur-ini-dia-pemicunya.htm,
diakses pada tanggal 23 Februari 2013
Anonim,
file:///C:/Users/user/Documents/pengertian-hamil-anggur-dan-gejalanya.html,
diakses pada tanggal 22 Februari 2013
Prawirohardjo,
Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Parwirohardjo:
Jakarta
Miris juga ya ,mas ketika kehamilan yang ditunggu tiba ternyata hanya memberikan PHP,, penting juga untuk mengetahui ciri-ciri dari hamil anggur ini,
BalasHapusKunjungi jugamas blog sya : http://www.areabumil.com/2016/02/ciri-ciri-hamil-anggur-dan-hamil-normal.html