A.
KONSEP MEDIS
1.
Pengertian
Isolasi
sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan
dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya secara wajar dalam
khalayaknya sendiri yang tidak realistis. Isolasi sosial adalah
suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain mengatakan sikap negatif atau mengancam (Dalami
dkk, 2009).
Gangguan hubungan sosial merupakan suatu ganggguan
hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang
dalam berhubungan sosial (Riyadi Sujono, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang
individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya (Dr.Keliat, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami penurunan atau bahkaan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya (Yosep, 2007).
2.
Etiologi
Terjadinya
gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya perkembangan dan
sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya pada orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.
Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengn orang
lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan
sehari-hari terabaikan.(farida, 2010).
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang
maladaptif. Menurut Stuart & Sundeen (1998), belum ada suatu kesimpulan
yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan
interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
isolasi sosial adalah:
1) Faktor
Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan
seseorang untuk berhubungan social berkembang sesuai dengan proses tumbuh
kembang mulai dari usia bayi sampai usia lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang positif,
diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan sukses. Sistem
keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon social maladaptif.
2)
Faktor
Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi
dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah
laku.
Ø
Sikap bermusuhan/hostilitas
Ø Sikap mengancam, merendahkan dan
menjelek-jelekkan anak
Ø Selalu mengkritik, menyalahkan,
anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya.
Ø Kurang kehangatan, kurang
memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak, hubungan yang kaku antara
anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
Ø
Ekspresi emosi yang tinggi
Ø
Double bind (dua pesan yang
bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya
meningkat)
3)
Faktor
Sosial Budaya
Isolasi
sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif
diasingkan dari lingkungan sosial.
4)
Faktor
Biologis
Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi
skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia.
Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya
menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya
8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
Stresor sosial budaya dapat memicu
kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia
tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara.
Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
1. Stresor Biokimia
a) Teori
dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus
saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b) Menurunnya
MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan dopamin dalam otak.
Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin,
maka menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c) Faktor
endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia.
Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin.
Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical
seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
d) Viral
hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
2. Stresor
Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia
sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
3. Stresor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan
yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada
tipe psikotik. Menurut teori psikoanalisa perilaku skizofrenia disebabkan
karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas
yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas
untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara
hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis
individu terhambat.
3.
Tanda dan Gejala
a. Menyendiri
dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri,
tidak melakukan kontak mata
c.
Sedih, afek datar
d. Perhatian
dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya.
e. Berpikir
menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna.
f. Mengekspresikan
penolakan atau kesepian pada orang lain.
g. Tidak
ad asosiasi antara ide satu dengan yang lainnya.
h. Menggunakan kata-kata simbolik
(neologisme).
i.
Menggunakan
kata yang tak berarti.
j.
Kontak
mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara Klien cenderung menarik diri dari
lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri (Farida, 2010).
4.
Proses Terjadinya
Salah
satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien
dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan
dan kecemasan.
perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin
sulit dalam mengembangakan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.
klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah
laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang austik
dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut
menjadi halusinasi (Dalami, 2009).
5.
Rentang Respon
Solitude Kesepian Manipulasi
Autonom Menarik
Diri Implusif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling Ketergantungan
Keterangan rentang respon :
a. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan
kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.
Adapun respon rentang adaptif tersebut :
1) Solitude
atau menyendiri
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang
telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri
dan menentukan langkah berikutnya.
2) Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran dan perasaan dalam hubungan sosia. Individu mampu
menetapkan diri untuk inetrdependen dan mengatur diri.
3) Mutuality
atau Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana
individu tersebut mampu untuk memberi dan menerima.
4) Interdependen
atau Saling ketergantungan
Saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam hubungan interpersonal.
b. Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah ysng menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan
suatu tempat.
Karakteristik diri perilaku maladaptif tersebut adalah :
1) Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan
untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketengan sementara
waktu.
2) Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebagai objek dan bberorientasi pada diri sendiri
atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
3) Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan
kemampuan yang dimiliki.
4) Implusif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk
dan cenderung memaksakan kehendak.
5) Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan
marah jika orang lain tidak mendukung (Dalami, 2009).
6.
Mekanisme Koping
Individu
yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam
upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis
masalah hubungan yang spesifik (Gail, W Staurt
2006). Koping yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian antisosial antara lain proyeksi, splitting dan merendahkan orang
lain, koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang splitting,
formasi reksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain
dan identifikasi proyeksi.
7.
Perilaku
Pada klien gangguan sosial menarik diri yaitu:
kurang sopan, apatis, sedih, afek tumpul, kurang perawatan diri, komunikasi
verbal turun, menyendiri, kurang peka terhadap lingkungan, kurang energy, harga
diri rendah dan sikap tidur seperti janin saat tidur. Sedangkan perilaku pada
gangguan sosial curiga meliputi tidak mempercayai orang lain, sikap bermusuhan,
mengisolasi diri dan paranoia. Kemudian perilaku pada klien dengan gangguan sosial
manipulasi adalah kurang asertif, mengisolasi diri dari lingkungan, harga diri
rendah, dan sangat tergantung pada orang lain.
8.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis:
a.
Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy
(ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak
dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala
(pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang
berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan
listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam
otak.
Indikasi :
1) Depresi
mayor
Ø
Klien depresi berat dengan retardasi
mental, waham, tidak ada perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya,
kehilangan berat badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang menetap.
Ø
Klien depresi ringan adanya riwayat
responsif atau memberikan respon membaik pada ECT.
Ø
Klien depresi yang tidak ada respon
terhadap pengobatan antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan.
2) Maniak
Klien maniak yang tidak responsif
terhadap cara terapi yang lain atau terapi lain berbahaya bagi klien.
3) Skizofrenia
Terutama
akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada
skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang
relatif cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses terapeutik, upaya
dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya,
memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan dan jujur kepada klien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni
untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas
yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan
meningkatkan harga diri seseorang.
Penatalaksanaan
Keperawatan:
Terapi Modalitas
Keperawatan yang
dilakukan adalah:
Ø
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
a. Pengertian
TAK merupakan salah satu
terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama.
b. Tujuan
Membantu anggotanya
berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan
maladaptif.
c.
Terapi aktivitas kelompok yang
digunakan untuk pasien dengan isolasi sosial adalah TAK Sosialisasi dimana
klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal,
kelompok dan massa.
B.
PROSES KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Data yang dikaji
1) Wawancara
Ø
Merasa sepi
Ø
Merasa tidak aman
Ø
Hubungan tidak berarti
Ø
Bosan dan waktu terasa lambat
Ø
Tidak mampu konsentrasi
Ø
Merasa tidak berguna
Ø
Tidak yakin hidup
Ø
Merasa ditolak.
2) Observasi
Ø
Banyak diam
Ø
Tidak mau bicara
Ø
Menyendiri
Ø
Tidak mau berinteraksi
Ø
Tampak sedih
Ø
Ekspresi datar dan dangkal
Ø
Kontak mata kurang.
b.
Masalah keperawatan
1) Isolasi
sosial: menarik diri
2) Gangguan
sensori/persepsi: halusinasi pendengaran
3) Risiko
perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
4) Gangguan
konsep diri: harga diri rendah kronis
5) Ketidakefektifan
penatalaksanaan program teraupetik
6) Defisit
perawatan diri: mandi dan berhias
7) Ketidakefektifan
koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
8)
Gangguan pemeliharaan kesehatan.
c.
Analisa data
1.
Data subjektif
a) Klien
mengatakan malas berinteraksi
b) Klien
mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
c) Klien
merasa tidak berguna
2.
Data objektif
a) Klien
terlihat menyendiri
b) Klien
tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
c) Klien
terlihat mondar-mandir tanpa tujuan
d) Klien tidak berinisiatif
berinteraksi dengan orang lain
e) Afek tumpul dan kontak mata kurang
d.
Pohon masalah
Berdasarkan data-data
diatas dapat dibuat pohaon masalah sebagai berikut:
HARGA DIRI RENDAH
2.
Diagnosa
a) Resiko
perubahan sensori persepsi halusinasi
b) Isolasi
sosial
3.
Intervensi
a)
Standar SP(Strategi Pelaksanaan)
Pasien
1) SP 1
Ø
Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
Ø Berdiskusi
dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
Ø Berdiskusi
dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Ø Mengajarkan
pasien cara berkenalan dengan satu orang
Ø Menganjurkan
pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam
kegiatan harian
2) SP 2
Ø Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien
Ø Memberikan
kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
Ø Membantu
pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian
3) SP 3
Ø Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien
Ø Memberikan
kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih
Ø Menganjurkan
klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
1) SP 1
Ø Mendiskusikan
masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
Ø Menjelaskan
pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
Ø Menjelaskan
cara - cara merawat pasien isolasi sosial
2) SP 2
Ø Melatih
keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
Ø Melatih
keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial
3) SP 3
Ø
membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk
minum obat (Discharge planning)
Ø menjelaskan
follow up pasien setelah pulang.
b)
Tuk dan Rasional
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan Dan Kriteria
Evaluasi
|
Intervensi
|
Rasional
|
Isolasi sosial: menarik diri b.d. harga diri rendah
|
TUM : klien dapat berinteraksi dengan orang
lain
|
|
|
|
TUK 1 :
klien dapat membina
hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dengan perawat
|
1. membina hubungan saling percaya :
· Beri salam setiap interaksi.
· Perkenalkan nama dan panggilan
nama perawat
· Sampaikan tujuan pertemuan,
tanyakan nama lengkap kliendan panggilan nama kesukaan klien
· Tunjukkan sikap jujur dan
menempati janji setiap kali berinteraksi
· Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
· Buat kontrak interaksi yang jelas
dan dengarkan penuh perhatian
|
A.
Hubungan saling percaya
merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya
B.
C.
|
|
TUK
2 :
Klien
mampu menyebutkan penyebab menarik diri
Kriteria
evaluasi :
Pasien
dapat menyebutkan penyebab dan tanda menarik diri
|
D.
Membantu
pasien mengenal penyebab isolasi
sosial dengan cara :
a. Tanyakan kebiasaan pasien tentang
kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
b.
Tanyakan penyebab pasien
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
c.
Diskusikan
dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain.
d. Berikan pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan perasaannya.
|
Dengan mengetahu tanda-tanda dan gejala, kita dapat menentukan langkah
intervensi selanjutnya
|
|
TUK 3:
Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
isolasi sosial
Kriteria
evaluasi :
klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial
|
a.
Tanyakan
pada kliententang manfaat hubungan sosial dan kerugian isolasi sosial.
b.
Beri
pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkanperasaannya.
|
Reinforcement dapat meningkatkan harga diri klien
|
|
TUK
4 :
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Kriteria evaluasi :
setelah 2x kali berinteraksi , klien dapat melaksanakan hubungan
sosial secara bertahap dengan perawat, perawat lain, klien lain atau
kelompok.
|
a. Observasi perilaku klien saat
berhubungan sosial , beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan.
b. Diskusikan atau berkomunikasi dengan perawat lain,
klien lain, kelompok.
c. Libatka klien dalam terapi
aktifitas kelompok sosialisasi.
d. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi.
e. Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
f. Beri pujian terhadap kemampuan
klien memperluas pergaulannya melalui aktifitas yang dilakukan.
|
Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang
lain
|
|
TUK
5 :
Klien mampu menjelaskan perasannya setelah berhubungan sosial
Kriteria evaluasi :
setelah satu kali berinteraksi klien dapat menjelaskan perasaannya
setelah berhubungan sosial dengan orang lain.
|
a.
Diskusikan
dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan orang
lain, kelompok.
b.
Beri
pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
|
Agar klien lebih percaya diri untuk berhungan dengan orang lain
|
|
TUK
6 :
Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
Kriteria evaluasi :
Setelah satu kali pertemuan klien, keluarga dapat menjelaskan tentang
pengertian isolasi sosial, tanda dan gejala isolasi sosial.
|
a. Diskusikan tentang pentingnya
peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri.
b. Diskusikan potensi keluarga untuk
membantu klien mengatasi perilaku isolasi sosial.
c. Jelaskan pada keluarga tentang
pengertian isolasi sosial, tanda dan gejala isolasi sosial, cara merawat
klien isolasi sosial.
d. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang dilatihkan, beri motivasi keluarga untuk membantu
klien bersosialisasi.
e. Beri pujian pada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien.
|
Agar klien lebih percaya diri untuk berhungan dengan orang lain
|
|
TUK 7 :
klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria evaluasi :
Setelah satu temuan, klien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian
tidak minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat.
|
a. Diskusikan dengan klien tentang
manfaat obat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek
samping penggunaan obat.
b. Bantu klien saat minum obat. Beri
pujian jika klien menggunakan obat dengan benar. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
c. Anjurkan klien untuk konsultasi
kepad perawat
|
Minum obat dapat menyembuhkan penyakit klien
|
4. Implementasi
Pada
tahap implementasi asuhan keperawatan yaitu diberikan pada klien dengan Isolasi
Sosial sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan yang telah ditetapkan
sebelumnya, berdasarkan teori kasus dengan melihat kondisi dan kebutuhan. Di
dalam diagnosa keperawatan Isolasi Sosial, tindakan yang sudah tercapai yaitu
membina hubungan saling percaya, SP1 p, yaitu Mengidentifikasi penyebab isolasi
sosial klien dengan cara: Menanyakan orang yang tinggal serumah dengan klien
atau teman sekamar klien menanyakan kepada klien orang yang paling dekat dengan
klien dirumah atau diruang perawatan, menanyakan apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut, menanyakan orang yang tidak dekat dengan klien dirumah
atau diruang perawatan, menanyakan apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang
tersebut, berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain dan kerugian jika tidak
berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang
dengan cara mendemonstrasikan dengan klien, menganjurkan klien memasukan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain dalan jadwal kegiatan harian. SP2
p yaitu: Mengevaluasi jadwal kegiatan harian kien, memberikan kesempatan kepada
kllien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang yang klien suka,
membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian.Pada SP3p, kami sudah melakukan yaitu dengan
memberikan kesempatan kepada klien untuk berkenalan dengan dua orang.
5. Evaluasi
a) Evaluasi proses (Formatif)
Formatif yaitu yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan keperawatan.
b) Evaluasi hasil (Sumatif)
Sumatif yaitu dilakukan dengan cara membandingkan
respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan.
c) Standar evaluasi
S: Respon
subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O: Respon
objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A: Analisis
terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih ada atau telah teratasi atau muncul
masalah baru.
P: Perencanaan tindak
lanjut berdasarkan hasil analisis respons klien.
d)
Hasil yang diharapkan
1. Pada
klien
Ø
Klien dapat membina hubungan
saling percaya
Ø Klien dapat menyebutkan penyebab
isolasi sosial
Ø Klien dapat menyebutkan keuntungan
dan kerugian dari isolasi sosial
Ø Klien dapat berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
2. Pada
keluarga
Ø Keluarga mampu berkomuniokasi
dengan klien secara teraupeutik
Ø Keluarga mampu mengurang penyebab
klien menarik diri
e) TAK(Terapi Aktivitas Kelompok)
Terapi aktivitas kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS)
adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.
1. Tujuan
Tujuan umum TAKS, yaitu klien dapat meningkatkan
hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sementara, tujuan khususnya
adalah:
a) Klien mampu memperkenalkan diri
b) Klien mampu berkenalan dengan
anggota kelompok
c) Klien mampu bercakap-cakap dengan
anggota kelompok
d) Klien mampu menyampaikan dan
membicarakan topik percakapan
e) Klien mampu menyampaikan dan
membicarakan masalah pribadi pada orang lain
f)
Klien
mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
g) Klien mampu menyampaikan pendapat
tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
2. Aktifitas dan Indikasi
Aktivitas TAKS dilakukan tujuh sesi yang melatih
kemampuan sosialisasi klien. Klien yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien
dengan gangguan hubungan dengasn sosial berikut:
a) Klien menarik diri yang telah mulai
melakukan interaksi interpersonal.
b) Klien kerusakan komunikasi verbal
yang telah berespons sesuai dengan stimulus.
SESI 1: TAKS
1. Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan:
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
2. Setting
Ø Klien dan terapis duduk bersama
dalamlingkaran
Ø Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
Ø Tape
recorder
Ø
Kaset: "marilah
kemari" (Titiek Puspa)
Ø
Bola tenis
Ø
Buku catatan dan pulpen
Ø
Jadwal kegiatan klien
4. Metode
Ø Dinamika kelompok
Ø Diskusi dan tanya jawab
Ø Bermain peran/simulasi
5. Langkah kegiatan
a) Persiapan
b) Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
1. Memberi salam teraupetik :
salam dari terapis
2. Evaluasi/vslidasi : Menanyakan
perasaan klien saat ini.
3. kontrak
c) Tahap kerja
Ø Jelaskan kegiatan, yaituy kaset
pada tape recorder akan dihidupkan
serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu ke arah kiri) dan
pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan
dirinya.
Ø
Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam.
Ø
pada saaat tape dimatikan,
anggota kelompok yang memegang bola dapat giliran untuk menyebutkan: salam,
nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis sebagai
contoh.
Ø
Tulis nama panggilan pada
kertas/papan nama dan tempel/pakai
Ø
Ulangi b,c, dan dsampai semua
anggota kelompok mendapat giliran.
Ø
Beri pujian tiap keberhasilan
anggota kelompok dengan member tangan
d) Tahap terminasi
1) Evaluasi
2) Rencana tindak lanjut
3) Kontrak yang akan datang
6. Evaluasi dan Dokumentasi
evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK
berlangsung,khususnya pada tahap kerja untukk mmenilai kemampuan klien
melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK sesi 1, dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri
secara verbal dan nonverbal dengan menggunakan formolir evaluasi berikut.
Sesi 1 : TAKS
Kemampuan
memperkenalkan diri
a. Kemampuan verbal
NO
|
Aspek yang dinilai
|
|
Nama
|
klien
|
|
|
|
|
|
|
|
||
1.
|
Menyebutkan nama
lengkap
|
|
|
|
|
|
2.
|
Menyebutkan nama panggilan
|
|
|
|
|
|
3.
|
Menyebutkan asal
|
|
|
|
|
|
4.
|
Menyebutkan hobi
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
b. Kemampuan nonverbal
NO
|
Aspek yang
dinilai
|
|
Nama
|
klien
|
|
|
|
|
|
|
|
||
1.
|
Kontak mata
|
|
|
|
|
|
2.
|
Duduk tegak
|
|
|
|
|
|
3.
|
Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
|
|
|
|
|
|
4.
|
Mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
Petunjuk :
1. Dibawah judul ada nama klien, tulis
nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua askep
dimulai dengan memberi tanda benar jika ditemukan pada klien atau tanda salah
jika tidak ditemukan
3. Jumlah kemampuan yang ditemukan,
jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nilai 0,1 atau 2 klien belum mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika
TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikuti Sesi
1 TAKS, klien mampu memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal,
dianjurkan klien memperkenalkan diri pada klien lain di ruang rawat (buat
jadwal).
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ernawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan: Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Info Media
Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Kusumawati, Farida, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Riyadi, Sujono, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yosep,
Iyus. 2007. Keperatan Jiwa (Edisi Revisi).
Bandung: PT Refika
Aditama
Saya Termasuk Orang yang memiliki Masalah Isolasi Diri , Kontak Nomor hp saya 089651018173 Please Bantu saya ..
BalasHapusSemoga anda bisa membantu Aammiinn .
Facebook saya : Muhammad Zidan Seful Milah
Blog Saya : Www.Pcunik.Blogspot.Co.Id
Info Tentang Saya / About ME : Cek di Blog saya : Cek klik Info Blog PCunik dan ada Link ABOUT ME
Please bantu saya Mengatasi Masalah IsolasiSosial .