BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kehamilan adalah pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan. Aborsi merupakan salah satu topik yang selalu hangat dan
menjadi perbincangan di berbagai kalangan masyarakat, di banyak tempat dan di
berbagai negara, baik itu di dalam forum resmi maupun forum-forum non-formal
lainnya. Sebenarnya, masalah ini sudah banyak terjadi sejak zaman dahulu, di
mana dalam penanganan aborsi, cara-cara yang digunakan meliputi cara-cara yang
sesuai dengan protokol medis maupun cara-cara tradisional, yang dilakukan oleh
dokter, bidan maupun dukun beranak, baik di kota-kota besar maupun di daerah terpencil.
Aborsi merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah
perdarahan ,infeksi dan eklampsia. Hal itu terjadi karena hingga saat ini
aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak
aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung
menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini
terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di
masyarakat.
B.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui
pengertian dari aborsi.
2. Untuk
mengetahui etiologi dari aborsi.
3. Untuk
mengetahui patofisiologi dari aborsi.
4. Untuk
mengetahui penggolongan dari aborsi.
5. Untuk
mengetahui penatalaksanaan dari
aborsi.
6.
Untuk
mengetahui penanganan dari aborsi.
7. Untuk mengetahui efek dari aborsi.
8.
Untuk
mengetahui resiko dari aborsi.
9.
Untuk mengetahui dampak dari aborsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Gugur kandungan atau aborsi
(bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin; melakukan abortus
sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal
bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran
kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja
maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan
ke empat masa kehamilan).
Aborsi adalah Berakhirnya suatu
kehamilan ( oleh akibat – akibat tertentu ) sebelum buah kehamilan tersebut
mampu untuk hidup di luar kandungan / kehamilan yang tidak dikehendaki atau
diinginkan.
Aborsi
itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Aborsi
spontan adalah aborsi yang terjadi secara alami tanpa adanya upaya - upaya dari
luar ( buatan ) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
2. Aborsi buatan adalah aborsi yang terjadi akibat
adanya upaya - upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan.
B. Etiologi
Penyebab akibat segera dari aborsi
spontan adalah kematian dini embrio atau janin pada kehamilan atau gangguan
pada tempat implantasi, beberapa alasannya adalah kelainan plasma germinal,
kelainan implantasi, penyakit maternal atau defisiensi nutrisi, abnormalitas
organ-organ reproduksi, trauma fisik atau psikis, defesiensi endokrin,
diskrasias golongan darah seperti factor Rh.
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan
desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih
dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
D. Penggolongan Aborsi
Aborsi
digolongkan menurut berbagai kriteria, sebagai berikut ;
a. Threatened
: perdarahan dalam jumlah kecil sampai sedang dengan serviks tertutup.
b. Imminent
: perdarahan dalam jumlah yang besar dengan kram uterus dan serviks terbuka
sebagian.
c. Complete
: keluarnya semua hasil konsepsi setalahnya perdarahan terhenti dan tidak
terlihat gejala-gejala.
d. Incomplete
: perdarahan teru-menerus, terdapat keluaran berupa jaringan, kram, dan serviks
terbuka.
e. Septic
: konsepsi terinfeksi dengan uterus lunak nyeri tekan, keluaran yang berbau,
perdarahan terus-menerus, demam dan
nyeri.
f. Missed
: tidak diketahuui adanya aborsi, perdarahan tidak teratur, anemia; keadaan
mungkin bertahan untuk beberapa tahun.
g. Habitual
: terjadi pada wanita yang telah mengalami aborsi lebih dari tiga kali, sering
disebabakan oleh serviks inkompeten.
E. Penatalaksanaan
Tujuan pelaksanaan adalah untuk mencegah
kerusakan pada ibu dan menyelamatkan kehamilan. Sampai saat tersebut berakhir,
penatalaksanaan meliputi observasi ketat terhadap semua keluaran vagina,
dukungan emosional, tindakan untuk meningkatkan relaksasi, dan lingkungan yang
aman dan tenang. Bila aborsi spontan adalah incomplete, dilakukan persiapan
untuk mengeluarkan semua hasil konsepsi dari dalam uterus. Biasanya dilakukan
tindakan bedah kuretase dan dilatasi (K dan D). Dengan pasien dianestesi,
serviks dibuk dengan sonde tumpul, atau dengan dilator, utnuk memperbesar
ukuran. Kavitas uterus dikerok dengan alat kuret untuk meruntuhkan jaringan
yang menyebabkan sinus-sinus darah terbuka. Posoperatif, pasien diawasi dengan ketat terhadap tanda-tanda
perdarahan, infeksi, rasa nyeri, retensi urine, nafsu makan, dan proses
berkabung. Diberikan cairan, obat-obat analgesic, makanan ringan, aktivitas ringan,
dan dukungan emosional. Wanita yang mengalami aborsi hibitus karena inkompeten
serviks mungkin menjalani operasi shirodkar-Barter. Operasi ini dilakukan pada
usia gestasi sekitar 15-18 minggu, saat suture purse-string dipasang disekitar
serviks. Suture tersebut mungkin dilepaskan untuk memungkinkan persalinan
pervagina atau tetap dibiarkan, kalau dilakukan persalinan cesarean. Bila
infasi organism pathogen manyebabkan aborsi septic, pasien diberikan tirah
baring dengan terapi cairan intravena dan antibiotic. Bila kondisinya telah
stabil, D dan K dilakukan untuk membuang jaringan yang terinfeksi.
F. Penanganan
Setelah diagnosis missed abortion
dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan.
Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi
apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor
mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang
bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati,
dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
G. Efek
Aborsi
Pada
kasus aborsi terdapat efek dari aborsi. Efek aborsi di bagi menjadi 2 yaitu :
1.
Efek Jangka Pendek
Rasa sakit yang intens, terjadi kebocoran
uterus, pendarahan yang banyak, infeksi, bagian bayi yang tertinggal di dalam,
shock/Koma, merusak organ tubuh lain, kematian.
2.
Efek Jangka Panjang
Tidak dapat hamil kembali, keguguran kandungan,
kehamilan tubal, kelahiran premature, gejala peradangan di bagian pelvis,
hysterectomy.
H. Resiko
aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang
berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita.
Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia ” tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang “. Resiko kesehatan terhadap wanita
yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan
gangguan psikologis.
Risiko kesehatan dan keselamatan fisik
yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah
melakukan aborsi adalah ; kematian mendadak karena pendarahan hebat, kematian
mendadak karena pembiusan yang gagal, kematian secara lambat akibat infeksi
serius disekitar kandungan, rahim yang sobek (Uterine Perforation), kerusakan leher
rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya,
kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita), kanker
indung telur (Ovarian Cancer), kanker leher rahim (Cervical Cancer), kanker
hati (Liver Cancer), kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan
berikutnya, menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic
Pregnancy), infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease), infeksi pada
lapisan rahim (Endometriosis).
I.
Dampak Aborsi
1.Timbul luka-luka dan infeksi-infeksi pada dinding
alat kelamin dan merusak organ-organ di dekatnya seperti kandung kencing atau
usus.
2.Robek mulut rahim sebelah dalam (satu otot lingkar).
Hal ini dapat terjadi karena mulut rahim sebelah dalam bukan saja sempit dan
perasa sifatnya, tetapi juga kalau tersentuh, maka ia menguncup kuat-kuat.
Kalau dicoba untuk memasukinya dengan kekerasan maka otot tersebut akan menjadi
robek.
3.Dinding rahim bisa tembus, karena alat-alat yang
dimasukkan ke dalam rahim.
4.Terjadi pendarahan. Biasanya pendarahan itu
berhenti sebentar, tetapi beberapa hari kemudian/ beberapa minggu timbul
kembali. Menstruasi tidak normal lagi selama sisa produk kehamilan belum
dikeluarkan dan bahkan sisa itu dapat berubah menjadi kanker.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abortus adalah
berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup di luar kandungan.Abortus ada 2 macam, baik itu spontan maupun buatan.
Dan masing-masing dari abortus ini terbagi lagi. Sehingga ada banyak
bentuk-bentuk abortus yang kita temui.
Ada
banyak faktor yang mempengaruhi abortus dalam kehamilan baik itu dari faktor
ibu, bapak, janin dan faktor-faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya
abortus atau kehamilan yang tidak dapat dipertahankan.
B. SARAN
Adapun
saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1.
Kepada mahasiswa dapat lebih meningkatkan
pengetahuannya mengenai hal-hal yang patologi dalam kehamilan khususnya abortus
dalam kehamilan.
2. Kepada
instansi kesehatan maupun pemerintah dapat meningkatkan program kesehatan
masyarakat, seperti penyuluhan dan upaya deteksi dini terhadap kehamilan-kehamilan
yang beresiko.
DAFTAR PUSTAKA
Persis Mary Hamilton. 2007. Dasar-dasar keperawatan
maternitas edisi 6. Buku kedokteran. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar