Sabtu, 09 Agustus 2014

PEMASANGAN GIPS

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini menimbulkan dampak positif maupun negatif.Misalnya saja bidang transportasi yang memberikan kemudahan, kenyamanan,efektivitas dan efisiensi waktu bagi masyarakat. Namun di sisi lain juga mempunyaidampak negatif, misalnya peningkatan angka kecelakaan lalu lintas yang sering sekalimenyebabkan terjadinya fraktur.Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 jutaorang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalamikecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggiyakni insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yangterjadi dilakukan pemasangan gips.
Departemen Perhubungan mengumumkan angka kecelakaan di jalan rayayang ada di Indonesia masih cukup tinggi, dan bila dibandingkan dengan kondisitahun 2008 maka angka kecelakaan tahun 2009 mengalami sedikit peningkatan. Kalau tahun 2008 tercatat 18.000 kecelakaan, maka untuk tahun 2009 ada peningkatan menjadi 19.000 kasus. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyusun makalah tentang Pemasangan Gips.

B.     Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui Pengertian Pemasangan Gips
b.      Untuk mengetahui Tujuan Pemasangan Gips
c.       Untuk mengetahui Jenis-Jenis Pemasangan Gips
d.      Untuk mengetahui Bahan-Bahan Pemasangan Gips
e.       Untuk mengetahui Bentuk-Bentuk Pemasangan Gips
f.       Untuk mengetahui Indikasi Pemasangan Gips
g.      Untuk mengetahuiKomplikasi yang berhubungan dengan imobilisasi pada penggunaan gips
h.      Untuk mengetahui Tekhnik Pemasangan Gips
i.        Untuk mengetahui Tekhnik Pelepasan Gips
j.        Untuk mengetahuiHal-hal yang perlu diperhatikan dalam Pemasangan Gips
k.      Untuk mengetahui Kelebihan Pemasangan Gips
l.        Untuk mengetahui Kekurangan Pemasangan Gips
m.    Untuk mengetahui Perawatan Gips
n.      Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Umum pada Pemasangan Gips



















BAB II
PEMBAHASAN
A.      KONSEP TEORI
1.      Pengertian Pemasangan Gips
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras area yang mengalami patah tulang.
Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh tempat gips dipasang. (Brunner dan Suddart, 2002).
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk immobilisasi bagian tubuh dengan menggunakan bahan gips tipe plester dan fiberglass.(Barbara Engram ,1999)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gips adalah alat immobilisasi eksternal yag terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.

2.      Tujuan Pemasangan Gips
Untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang patah tersebut dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak didalamnya.
a.       Imobilisasi kasus pemasangan dislokasia sendi.
b.      Fiksasi fraktur yang telah direduksi.
c.       Koreksi cacat tulang (misalnya skoliosis).
d.      Imobilisasi pada kasus penyakit tulang satelah dilakukan operasi (misalnya spondilitis)
e.       Mengoreksi deformitas.

3.      Jenis-Jenis Pemasangan Gips
Kondisi yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalangips yang dipasang. Jenis-jenis gips sebagai berikut:
a.       Gips lengan pendek
Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan, dan melingkar erat didasar ibu jari.
b.      Gips lengan panjang
Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah proximal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak lurus.
c.       Gips tungkai pendek
Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral.
d.      Gips tungkai panjang
Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
e.       Gips berjalan
Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat disertai telapak untuk berjalan.
f.       Gips tubuh
Gips ini melingkar di batang tubuh.
g.      Gips spika
Gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas (gips spika tunggal atau ganda).
h.      Gips spika bahu
Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku.
i.        Gips spika pinggul
Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah (gips spika tunggal atau ganda).

4.      Bahan-Bahan Pemasangan Gips
a.       Plester
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus. gulungan krinolin diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus (Kristal gypsum). Jika basah terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan pembalut yang kaku. kekuatan penuh baru tercapai setelah kering, memerlukan waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang kering bewarna mengkilap, berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan kusam, perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.
b.      Nonplester
Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajutan terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit.
c.       Nonplester Berpori-pori
Sehingga masalah kulit dapat di hindari . Gips ini tidak menjadi lunak jika terkena air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan pengering rambut.

5.      Bentuk-Bentuk Pemasangan Gips
a.       Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga lingkaran permukaan anggota gerak.
b.      Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-posterior anggota gerak sehingga merupakan gips yang hampir melingkar.
c.       Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak.
d.      Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk menumpu atau berjalan pada patah tulang anggota gerak bawah.

6.      Indikasi Pemasangan Gips
a.       Untuk pertolongan pertama pada fraktur (berfungsi sebagai bidal).
b.      Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya gips korset pada tuberkulosis tulang belakang atau pasca operasi seperti operasi pada skoliosis tulang belakang.
c.       Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama pada anak-anak dan fraktur tertentu pada orang dewasa.
d.      Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada talipes ekuinovarus kongenital atau pada deformitas sendi lutut oleh karena berbagai sebab.
e.       Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
f.       Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah suatu operasi misalnya pada artrodesis.
g.      Imobilisas setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya setelah operasi tendo Achilles.
h.      Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai atau protesa.

7.      Komplikasi yang berhubungan dengan imobilisasi pada penggunaan gips
a.       Rasa sakit akibat tekanan
Rasa sakit dapat timbul akibat tekanan pada tonjolan-tonjolan tulang, berasal dari permukaan dalam gips yang tidak rata, atau berasal darai takanan benda asing diantara gips dan tungkai. Gajala yang sering tarjadi adalah selama beberapa hari penderita mengeluh tidak enak akan tempat keras yang menetap, jika keluhan tersebut tidak dihiraukan gejala akan berlanjut, kemudian jaringan yang tertekan menjadi hilang rasa dan mulai mengelupas, dan lapisan gips benoda dan cairan akan menumpuk dan sekret bertambah banyak.
Cara mengatasi rasa sakit akibat tekanan dengan cara membuat lubang ventilasi pada gips pada bagian yang dimaksud dengan gergaji gips bersudut dan kecil. Jika tidak ada ulkus, bersihkan tempat tersebut dan balut, jika terdapat lesi yang serius, tutupi lubang ventilasi dengan bantalan katun wol yang seragam. Pada semua kasus, guanakan sepotong gips dan pasanglah pembalut halus diatasnya untuk menghindari edema dari jaringan lunak yang tidak tersokong didaerah ventilasi.
b.      Edema pada distal garis gips
Edema akibat cidera biasanya hilang dalam waktu dua sampai tiga hari dengan menaikkan  tungkai dan melakukan latihan aktif berulang pada sendi-sendi yang tidak bergips. Jika setelah 2-3 hari edema tidak hilang, mungkin edema tersebut disebabkan oleh gips yang kencang. Pada kasus demikian, belah gips sepanjang gips dan potong pembalut atau stockinet sampai ke permuakaan kulit. Usahakan gips membuka 1-2 cm sepanjang-panjang gips tersebut. Angkat tungkai dan lanjutkan latihan aktif.
c.       Kulit melepuh
Kekeringan dan bersisik tidak dapat dihindari pada kulit yang dibungkus gips karena epitel-epitel yang lepas tidak dapat dibersihkan. Kadang-kadang kulit dapat alergi tehadap gips dan dapat berkembang menjadi dematitis jika hal ini dibiarkan akan menimbulkan nyeri hebat dan dermatitis purulenta. Cara mengatasi dengan pemberian antihistamin, antibiotika sistemik dan mengangkat tungkai dapat menghilangkan sebagian nyeri dalam waktu 48 jam.
d.      Gangren
Terjadinya gangren setelah fraktur biasanya disebabkan oleh kerusakan sistem vaskular pada tungkai yang cidera, tetapi dengan pengontrolan yang hati-hati terhadap sirkilasi kapiler (dan denyut nadi jika memungkinkan) baik sebelum atau sesudah pemasangan gips dapat menghindari terjadinya gangren atau kontraktur Volkmann akibat lilitan yang keras dan tidak diberi bantalan.

8.      Tekhnik Pemasangan Gips
a.       Persiapan Alat
1)      Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
2)      Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips)
3)      Baskom berisi air hangat
4)      Gunting perban
5)      Bengkok
6)      Perlak dan alasnya
7)      Waslap
8)      Pemotongan gips
9)      Kasa dalam tempatnya
10)  Alat cukur
11)  Sabun dalam tempatnya
12)  Handuk
13)  Krim kulit
14)  Spons rubs
15)  Padding
b.      Prosedur Kerja
1)      Siapkan klien dan jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
2)      Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips.
3)      Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan dicuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberi krim kulit.
4)      Sokong ekstremiras atau bagian tubuh yang akan digips.
5)      Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang ditentukan dokter selama prosedur.
6)      Pasang spongs rubbs (bahan yang menyerap keringat) pada bagian tubuh yang akan dipasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan (padding) di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf.
7)      Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai gelembung – gelembung udara dari gips harus keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi jumlah air dalam gips.
8)      Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendur atau terlalu ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpah tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap. Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang constant dengan bagain tubuh.
9)      Setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotongan gipa atau cutter.
10)  Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang.
11)  Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips.

9.      Tekhnik Pelepasan Gips
a.       Alat yang diperlukan untuk pelepasan gips
1)      Gergaji listrik/pemotongan gips
2)      Gergaji kecil manual
3)      Gunting besar
4)      Baskom berisi air hangat
5)      Gunting perban
6)      Bengkok dan plastic untuk tempat gips
7)      Sabun dalam tempatnya
8)      Handuk
9)      Perlak dan alasnya
10)  Waslap
11)  Krim atau minyak
b.      Cara  pelepasan gips
1)      Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan.
2)      Yakinkan klien bahwa gergaji listrik atau pemotongan gips tidak akan mengenai kulit.
3)      Gips akan dibelah dengan menggunakan gergaji listrik.
4)      Gunakan pelindung mata pada klien dan petugas pemotong gips.
5)      Potong bantalan gips dengan gunting.
6)      Sokong bagian tubuh ketika gips dilepas.
7)      Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut, oleskan krim atau minyak.
8)      Ajarkan klien secara bertahap melakukan aktivitas tubuh sesuai program terapi.
9)      Ajarkan klien agar meninggikan ekstremitas atau menggunakan elastis perban jika perlu untuk mengontrol pembengkakan.

10.  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Pemasangan Gips
a.       Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan.
b.      Gips patah tidak bisa digunakan.
c.       Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
d.      Jangan merusak / menekan gips.
e.       Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk.
f.       Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.

11.  Kelebihan Pemasangan Gips
a.       Mudah didapatkan.
b.      Murah dan mudah dipergunakan oleh setiap dokter.
c.       Dapat diganti setiap saat.
d.      Dapat dipasang dan dibuat cetakan sesuai bentuk anggota gerak.
e.       Dapat dibuat jendela/lubang pada gips untuk membuka jahitan atau perawatan luka selama imobiliasi.
f.       Koreksi secara bertahap jaringan lunak dapat dilakukan membuat sudut tertentu.
g.      Gips bersifat rediolusen sehingga pemeriksaan foto rontgen tetap dapat dilakukan walaupun gips terpasang.
h.      Merupakan terapi konservatif pilihan untuk menghindari operasi.

12.  Kekurangan Pemasangan Gips
a.       Pemasangan gips yang ketat akan memberikan gangguan atau tekanan pada pembuluh darah, saraf atau tulang itu sendiri.
b.      Pemasangan yang lama dapat menyebabkan kekakuan pada sendi dan mungkin dapat terjadi.
1)      Disus osteoporosis dan atrofi
2)      Alergi dan gatal-gatal akibat gips
3)      Berat dan tidak nyaman dipakai oleh penderita

13.  Perawatan Gips
a.       Gips tidak boleh basah oleh air atau bahan lain yang mengakibatkan kerusakan gips.
b.      Setelah pemasangan gips harus dilakukan follow up yang teratur, tergantung dari lokalisasi pemasangan.
c.       Gips yang mengalami kerusakan atau lembek pada beberapa tempat, harus diperbaiki.


B.      PROSES KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Adanya faktor-faktor yang memperberat kebutuhan terhadap pemasangan gips (sebagai contoh, fraktur, untuk koreksi deformitas tulang, peregangan berat, dislokasi tulang)
b.      Lakukan pengkajian neurovaskular (apendiks D) setelah gips dipasang. Pengkajian nadi di daerah distal tidak mungkin dilakukan jika tangan atau kaki tertutup oleh gips.
c.       Kaji tepi gips untuk memastikan bantalan dan lapisan stoking melebihi tepi gips dan tepi yang kasar tidak bergesekan dengan kulit pasien
d.      Kaji pengetahuan terhadap pasien tentang perawatan gips dan perawatan kulit setelah gips dilepaskan.
e.       Kaji kebutuhan terhadap bantuan dalam AKS (makan, mandi, membalikkan tubuh, barjalan, kekamar mandi, berpakaian, menulis).

2.      Dignosa keperawatan
a.       Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah berhubungan dengan kurang pengetahua tentang perawatan gips dan perawatan kulit setelah gips dilepaskan
b.      Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan sindrom kompartemen sekunder terhadap gips yang telalu ketat
c.       Resiko tinggi terhadap defisit perawatan diri (area khusus) berhubungan dengan gips ektremitas
3.      Intervensi
a.       Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah berhubungan dengan kurang pengetahua tentang perawatan gips dan perawatan kulit setelah gips dilepaskan
Kriteria hasil: mengungkapkan pemahaman terhadap instruksi, melakukan latihan-latihan yang telah dianjurkan, mengikuti insriksi cara perawatan kulit
Intervensi
Rasional
1.
Berikan instruksi tertulis untuk perawatan gips dirumah :
a.  Laporkan pada dokter tentang terjadinga hal berikut :
  Objek yang jatuh didalam atau menyisip kedalam gips.
  Bau tak sedap dari bagian gips.
  Gipslemah,pecah,longgar,atau sangat ketat.
  Bengkak berlebihan tidak hilang dengan meninggikan ekstremitas yang di gips dan pemberian kantung es.
  Peningkatan nyeri tidak hilang dengan obat-obatan.
  Kebas,kesemutan, atau rasa terbakar  tidak hilang setelah menggunakan obat nyeri dan meninggikan ekstremitas selama kira-kira 20 menit.
  Penurunan gerakan atau kehilangan gerak pada jari atau ibu jari atau keduanya.
b.  Jangan pernah membasahi gips bahkan bila dengan gips fiberglass tahan air .stoking dan bantalan katun di bawah gips tidak tahan air dan mungkin tidak kering menyeluruh, sehingga mencetuskan pasien terhadap kerusakan kulit.
c.   Jangan memotong atau membuang bagian mana pun dari gips
d.  Dalam beberapa hari, kulit dibawah gips dapat mulai gatal dan mengalami sedikit bau karena sekresi minyak tubuh dan keringat di bawah gips. jangan pernah menaruh apapun ke dalam gips untuk menghilangkan gatal-gatal dapat hilang dengan :
  Menaruh kantung es di atas gips
  Menggunakan kipas angin atau pengering rambut pada lingkungan dingin untuk ventilasi udara dingin di bawah gips.
e.   Jangan menaruh bedak dibawah gips. Ini dapat mengumpul dan menimbulkan iritasi kulit.
Instruksi verbal dapat dengan mudah di lupakan penyuluhan kesehatan penting untuk menjamin keamanan pada perawatan diri terhadap gips.









































2.
Setelah gips dilepaskan, berikan instruksi tertulis tentang perawatan kulit:
  Latihan ekstremitas bertahap untuk membantu menghilangkan nyeri kaku karena imobilisasi lama dari ekstremitas pada satu posisi dan atropi otot karena disuse
  Bersihkan kulit setiap hari. Dengan perlahan gunakan air hangat dan sabun ringan diikuti dengan losion emolin untuk membantu kulit kembali pada penampilan normalnya.
  Hindari menggosok kulit untuk mengeringkannya. Keringkan dengan kertas hisap.
  Hindari menggaruk kulit
  Tinggikan ekstremitas di atas tinggi dada bila bengkak terjadi. Jelaskan bahwa bengkak dapat terjadi karena redistribusi cairan ke area yang tertekan sebelumnya.
Kulit di bawah gips rapuh dan tangani dengan perlahan untuk mencegah kerusakan kulit. Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan.

b.      Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan sindrom kompartemen sekunder terhadap gips yang telalu ketat.
Kriteria hasil : Tak adanya manifestasi sindrom kompartemen
Rasional
1.
Monitor status neuromuskuler (Apendiks D) setiap jam selama 24 jam pertama setelah pemasangan gips, kemudian setiap 4 jam
Untuk mendeteksi temuan dini dari sindrom kompartemen

2.
Pertahankan ektremitas tinggi di atas tinggi dada, berikan kantung es
Peninggian meningkatkan drainase vena dan limfatik oleh gravitasi
3.
Bila gejala-gejala sindrom kompartemen terjadi. Beri tahu dokter, hubungi teknisi ortopedik untuk membelah gips bila dipesankan
Normalnya, pembengkakan terjadi setelah  pemesangan gips. Pembengkakan berlebihan dapat menyebabkan sindrom kompartemen. Kerusakan saraf dan jaringan bila tekanan tidak dihilangkan.
4.
Hindari penggunaan panas untuk mengeringkan gips basah
Ini dapat menyebabkan luka bakar di bawah gips. Juga dapat menyebabkan gips lunak pada beberapa tempat
5.
Bila menangani gips bawah, gunakan palmar daripada jari
Dengan menggunakan jari dapat menciptakan cekungan pada gips yang dapat menjadi potensial area tekanan bila gips mengering 
6.
Hindari membasahi gips selama dan setelah periode pengeringan
Bentuk gips bisa berubah bila basah
7.
Reposisikan bagian gips setiap 2 jam selama 24 jam pertama
Untuk meningkatkan pengeringan merata dari gips dan mengurangi tekanan kontinu dapa area tergantung.

c.       Resiko tinggi terhadap defisit perawatan diri (area khusus) berhubungan dengan gips ektremitas
Kriteria hasil : melaporkan bahwa AKS terpenuhi, melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan
Intervensi
Rasional
1.
Bantupasien denga AKS sesuai kebutuhan. Ajarkan pasien bagaimana melakukan aktivitas perawatan diri dalam keterbatasan yang ditimbulkan oleh gips.
Dorongan partisipasi aktif pada AKS membantu mempertahankan fleksibelitas sendi dan harga diri

2.
Atur konsul dengan terapi okupasi untuk membantu pasien dalam belajar bagaimana menjadi dalam AKS bila diperlukan
Terapis okupasi adalah spesialis yang dapat membantu pasien dalam adaptasi tertentu tertentu untuk melakukan AKS
3.
Sediakan waktu untuk pasien melakukan tugas pada kemampuan yang paling penuh.
Untuk mengurangi frustasi yang sering menyertai kesulitan yang dihadapi bila belajar untuk adaptasi terhadap keterbatasan.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Gips adalah alat immobilisasi eksternal yag terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.
2.      Untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali.
3.      Jenis-jenis pemasangan Gips yaitu Gips lengan pendek, Gips lengan panjang, Gips tungkai pendek, Gips tungkai panjang, Gips berjalan, Gips tubuh, Gips spika, Gips spika bahu, dan Gips spika pinggul.
4.      Bahan-bahan pemasnagan Gips yaitu Plester, Nonplester, dan Nonplester Berpori-pori.
5.      Komplikasi yang berhubungan dengan imobilisasi pada penggunaan gips yaitu rasa sakit akibat tekanan, edema pada distal garis gips, kulit melepuh, dan gangren.
B.     Saran
Sebaiknya dalam melakukan pemasangan Gips perlu diperhatikan Gips tidak boleh basah oleh air atau bahan lain karena dapat mengakibatkan kerusakan gips. Dan setelah pemasangan gips harus dilakukan follow up yang teratur, tergantung dari lokalisasi pemasangan.











DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Penerbit: EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Vol. 3. Penerbit: EGC. Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar