Sabtu, 09 Agustus 2014

INFEKSI NIFAS

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangusng kira-kira 6 minggu. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan.
 Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan,dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas.
AKI di Indonesia masih tertinggi di Negara ASEAN yaitu AKI di Malaysia 41 per 100.000 kelahiran hidup, Singapura 6 per 100.000, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) AKI di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 yaitu 270 per 100.00 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target Millenium Development Goalds (MDGs) AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup (Barata, 2008).
Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu di Indonesia dalam bidang obstetri adalah perdarahan (45%), infeksi (15%) dan pre eklampsia (13%) (DepKes RI, 2007). Menurut data kesehatan Propinsi Jawa Timur terakhir pada tahun 2009 Angka Kematian Ibu sebesar 260 per 100.000 kelahiran hidup dan tiga penyebab Angka Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur yaitu perdarahan (34,62%), pre eklampsia (14,01%) dan infeksi (3,02%).
Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Derajat komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan.
Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa nifas; memberikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas; melanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun persalinan; jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampau; memberi catatan atau intruksi untuk asuhan mandiri di rumah, gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera serta memberikan hidrasi oral atau IV secukupnya.

B.       Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari infeksi nifas
2.      Untuk mengetahui etiologi dari infeksi nifas
3.      Untuk mengetahui faktor predisposisi dari infeksi nifas
4.      Untuk mengetahui tanda dan gejala dari infeksi nifas
5.      Untuk mengetahui cara terjadinya infeksi
6.      Untuk mengetahui patologi dari infeksi nifas
7.      Untuk mengetahui manifestasi klinik dari infeksi nifas
8.      Untuk mengetahui pencegahan infeksi dari infeksi nifas




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
           
A.      Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangusng kira-kira 6 minggu.
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan.
Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut commitee on maternal walfare (Amerika Serikat) definisi morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu sampai 38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, dengan mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur dari mulut sedikit-sedikitnya 4 kali sehari.

B.       Etiologi
Menurut Lusa (2011), Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:
1.  Ektogen (kuman datang dari luar)
2.  Autogen (kuman dari tempat lain)
3.  Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)


          Selain itu, infeksinifas dapat disebabkan oleh:
1.       Streptococcus Haemolyticus Aerobic
Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2.      Staphylococcus Aerus
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak sehat.
3.      Escheria Coli
Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.
4.      Clostridium Welchii
Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong dukun.

C.       Faktor Predisposisi
Menurut Saiffudin dan Helen Varney (2008) faktor predisposisi dari infeksi nifas, antara lain :
1.    Kurang gizi atau malnutrisi
2.    Anemia
3.    Higiene
4.    Kelelahan
5.    Proses persalinan bermasalah, yaitu :
a.    Partus lama (macet)
b.    Persalinan lama khususnya dengan pecah ketuban
c.    Manipulasi intra uteri
d.   Trauma jaringan yang luas  seperti laserasi yang tidak diperbaiki
e.    Hematoma
f.     Hemoragi
g.    Korioamnionitis
h.    Persalinan traumatik
i.      Retensi sisa plasenta
j.      Teknik aseptik tidak sempurna
6.    Perawatan perineum tidak memadai
7.    Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak ditangani.

D. Tanda dan Gejala Infeksi nifas
1.    Peningkatan suhu tubuh (38ºC atau lebih) yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum
2.    Tachicardia      
3.    Malaise umum
4.    Nyeri
5.    Lochea berbau tidak sedap

E. Cara Terjadinya Infeksi
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
1.      Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat –alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman – kuman.
2.      Droplet infection. Sarung tangan atau alat – alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu – pembantunya. Oleh karena itu hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
3.      Dalam rumah sakit selalu banyak kuman – kuman patogen, berasal dari penderita – penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman – kuman ini bias dibawa oleh aliran udara ke mana – mana, antara lain ke handuk, kain dan alat – alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4.      Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya air ketuban.
5.      Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala – gejala pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada partus lama, apabila jika ketuban sdah lama pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala – gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia, denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman – kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.

F.  Patologi
Setelah persalinan, tempat bekas perlekatan plasenta pada dinding rahim merupakan luka yang cukup besar untuk masuknya mikroorganisme.
Patologi infeksi puerperalis sama dengan infeksi luka. Infeksi itu dapat:
·         Terbatas pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks, atau endometrium).
·         Infeksi itu menjalar dari luka jaringan sekitarnya (tromboflebitis, parametritis, salpingitis, dan peritonitis).
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira – kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol – benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman –kuman dan masuknya jenis – jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina, dan perineum, yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman – kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka – luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.

G.  Manifestasi klinik
Infeksi nifas dibagi atas 2 golongan yaitu :
1.      Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina dan endometrium
Infeksi perineum, vulva, vagina dan serviks
Tanda dan gejala :
·         Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria dengan atau tanpa distensi urin
·         Jahitan luka mudah lepas, merah dan bengkak
·         Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat. Suhu sekitar 38  C, nadi kurang dari 100 X / menit
·         Bila luka terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa meningkat sampai 39 – 40  C, kadang – kadang disertai menggigil
Penyebaran infeksi nifas pada perineumvulvavaginaserviks dan endometrium meliputi:
a.       Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
b.      Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vaginaVaginitis pada ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus.



c.       Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Lukaserviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkaninfeksi yang menjalar ke parametrium.
d.  Endometritis
- Kadang – kadang lochea tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut locheometra
- Pengeluaran lochea bias banyak / sedikit, kadang – kadang berbau / tidak, lochea berwarna merah / coklat
- Suhu badan meningkat mulai 48 jam post partum, sering kali dengan pola gigi gergaji (38,5 – 40  C) menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu badan
- Sakit kepala, sulit tidur, anoreksia
- Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, HIS susulan biasanya sangat mengganggu
- Leukositosis dapat berkisar antara 10.000 – 13.000 /
2.      Penyebaran dari tempat – tempat infeksi melalui vena – vena, jalan limfe dan permukaan endometrium.
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah yaitu :
·         Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit dan lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih; suhu meningkat antara 39-40; tekanan darah turun, keadaan umum memburuk; sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.



·         Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang diserangnya.
Tidak lama post partum pasien sudah merasa sakit, perut nyeri, suhu tinggi, menggigil setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum. Ciri khas: Berulang – ulang suhu meningkat disertai menggigil, diikuti oleh turunnya suhu lambat akan timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis
·         Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis femoralis. Tromboflebitispelvis yang sering meradang adalah pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis femoralis dapat menjaditromboflebitis vena safena magna atau peradangan vena femoralis sendiri,penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran darah lambat pada lipat paha karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar fibrinogenmeningkat pada masa nifas.

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain :
·         Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis).
- Peritonitis umum : Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan (defence muskulare), pucat, mata cekung yang disebut dengan muka hipokrates (facies hipocratica), kulit dingin
- Peritonitis yang terdapat dipelvis : Pasien demam, nyeri perut bawah, nyeri periksa dalam kavum douglasi menonjol karena adanya abses
·         Selvitis pelvika (parametrisis)
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri dikiri / di kanan dan nyeri pada periksa dalam. Pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus. Ditengah jaringan yang mengandung bisa timbul abses. Dalam keadaan ini suhu yang mula – mula tinggi menetap menjadi naik turun disertai menggigil.

Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah salfingitis dan ooforitis.Gejala salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan pelvio peritonitis.

H.  Pencegahan Infeksi Nifas
Lusa mengemukakan bahwa, infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga pencegahannya berbeda.
1.      Selama kehamilan
Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:
·         Perbaikan gizi.
·         Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.
2.      Selama persalinan
Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:
·         Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.
·         Membatasi perlukaan jalan lahir.
·         Mencegah perdarahan banyak.
·         Menghindari persalinan lama.
·         Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.

3.      Selama nifas
Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:
·         Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
·         Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
·         Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
·         Membatasi tamu yang berkunjung.
·         Mobilisasi dini.






















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangusng kira-kira 6 minggu.
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan.
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:
1.  Ektogen (kuman datang dari luar)
2.  Autogen (kuman dari tempat lain)
3.  Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)

B.       Saran
Bagi para petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan harus memperhatikan kesterilan alat-alat dan kebersihan lingkunagn sekitar tempat persalinan.










DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Infeksi nifas. Dikutip dari : http://www.lusa.web.id/infeksi-masa-nifas/. pada tanggal 24 februari 2013.


Anonymous. Infeksi nifas. Dikutip dari : http://www.duniabunda.com/kenali-gejala-awal-penyebab-infeksi-nifas/. pada tanggal 24 februari 2013

Walsh, Linda (2008) Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta, EGC

Varney, Helen, dkk. (2008)Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta, EGC

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar