Sabtu, 09 Agustus 2014

SEKSIOLOGI

BAB I
         PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Seksologi adalah ilmu pengetahuan tentang reaksi dan tingkah laku seksual manusia yang sifatnya universal dan multidisipliner.Seksilogi tidak mempunyai definisi yang jelas dan konvensional. Disebut universal karena ilmu ini berlaku di seluruh dunia, baik bagi penduduk yang paling primitf, maupun bagi orang – orang yang paling tinggi tingkat kebudayaannya, sedangakan istilah multidisipliner menunjukkan bahwa ilmu ini bergerak dibanyak bidang ilmu pengetahuan lain.
Dalam seksologi yang dipelajari adaalah bebagai aspek seksualitas misalnya aspek sosio budaya, klinis, biologis, psikososial,  dan prilaku.
Meskipun terdiri dari berbagai aspek, di dalam kehidupan seksual manusia, aspek – aspek tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Misalnya ketika kita membicarakan kehidupan seksual dari segi biologis atau klinis, aspek lain seperti sosio budaya dan psikososial tidak boleh di lupakan.
Seksualitas merupakan tatanan kehidupan dari manusia baik laki – laki maupun perempuan seperti tubuh dan jiwa yang berkembang, seksualitas juga berkembang sejak dari kanak – kanak, remaja, dan dewasa dan diimplikasikan dalam bentuk perilaku seksual yang terkandung dalam fungsi seksual.

  1. Tujuan Penulisan
a.       Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami tentang seksologi
b.      Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus :
  1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi seksologi
  2. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan seksual
  3. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep Maters dan Jhonson
  4. Mahasiswa mampu menjelaskan Variasi, gangguan dan kelainan seksualitas
  5. Mahasiswa mampu menjelaskan pendidikan dan penyuluhan seksualitas.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Seksologi
Seksologi adalah ilmu pengetahuan tentang reaksi dan tingkah laku seksual manusia yang sifatnya universal dan multidisipliner.Seksilogi tidak mempunyai definisi yang jelas dan konvensional. Disebut universal karena ilmu ini berlaku di seluruh dunia, baik bagi penduduk yang paling primitf, maupun bagi orang – orang yang paling tinggi tingkat kebudayaannya, sedangakan istilah multidisipliner menunjukkan bahwa ilmu ini bergerak dibanyak bidang ilmu pengetahuan lain.
Richard von Krafft-Ebing dengan karya tulisnya yang berjudul psycopathia sexualis (terbitan pertama dalam tahun 1886), yang dipandang sebagai bapak dari seksiologi modern, sangat berjasa dengan  memisahkan ilmu pengetahuan ini sebagai sebagai satu disiplin yang berdiri sendiri, namun masih merupakan bagian dari ilmu kedokteran. Ia menyadari, bahwa selain penderita-penderita penyakit jiwa yang disertai kelainan-kelaianan seksual masih ada lebih banyak orang-orang sehat yang menunjukkan penyimpangan-penyimpangan dari yang dianggap normaldalam kehidupan seksual. Iwan Bloch merupakan orang pertama yang mengikut sertakan ilmu-ilmu pengetahuan laindalam metodologi untuk mempelajari reaksi dan tingkah laku seksual manusia terutama etnologi dan antropologi.
  
B.     Hubungan Seksual
 Definisi
Istilah seks dan seksualitas, yang belum ada sinonimnya dalam bahasa Indonesia, mempunyai arti yang jauh lebih luas dari istilah koitus dalam arti kata yang sempit (bersatunya tubuh antara wanita dan pria).Seksualitas, reaksi dan tingkah laku seksual didasari dan dikuasai oleh nilai-nilai kehidupan manusia yang lebih tinggi, tidak seperti pada hewan.pada hewan bersetubuh semata-mata atas dorongan naluri birahi.Jadi pada manusia seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan dari hubungan antar individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah (psikofisik) menjadi dasar kehidupan bersama antar dua insan manusia.Dengan demikian dalam hubungan seksual tidak hanya alat kelamin yang dan daerah erogen yang pegang peranan, melainkan juga psikis dan emosi.
Hubungan seksual yang dianggap normal (fisiologik) adalah hubungan heterosekual yang lazim dilakukan oleh umat manusia yang ikut ditentukan oleh pandangan hidup (moral), kebudayaan, kepercayaan dan agama.Setiap penyimpangan baik dalam perkembangan vita seksual maupun penyalurannya dianggap patologik.
 Daerah-daerah erogen
Daerah-daerah erogen tubuh adalah daerah-daerah yang dapat menimbulkan rasa erotic nikmat apabila dirangsang dengan sentuhan-sentuhan.Reksi rangsangan pada wanita dan pria sangat bervariasi baik dalam intensitasnya maupun individual.
Daerah-daerah erogen wanita terdapat dikuping bagian bawah, tengkuk leher, mulut, bibir, lidah, payudara, putting susu, bahu, tulang punggung, bokong, daerah sekitar pusat, bagian dalam paha, alat kelamin, mons pubis, dan perineum. Pada pria daerah-daerah erogen itu letaknya terutama dimulut, payudara, bagian dalam paha dan skrotum.
Ujung-ujung dari saraf-saraf sensoris didaerah-daerah tersebut lebih terangsang oleh sentuhan-sentuhan yang lembut dibandingkan dengan manipulasi-manipulasi yang kasar dan tekanan yang keras.
                                                                   
Hubungan kelamin normal
Frekuensi hubungan kelamin (koitus) sangat bervariasi : rata-rata 1 – 4 kali seminggu bagi orang-orang berumur 30 – 40 tahun. Pada wanita libido meningkat dalam masa reproduksi sampai dicapai umur 35 tahun, kemudian menetap sampai umur 45 tahun dan dapat bertahan sampai jauh setelah menopause. Pada pria puncak libido dicapai pada umur 20 – 30 tahun dan libido bertahan sampai umur 50 tahun, kemudian berangsur kurang, akan tetapi tetap ada pada sampai umur lanjut, namun keinginan libido relative lebih besar dari prestasi seksualnya.
Pusat libido letaknya di korteks serebri.Karena itu keadaan jiwa yang positif dapat menahan libido, keadaan jiwa yang tidak tenang dapat menghambatnya.Pria biasanya lebih mudah terangsang dan lebih capat mencapai orgasme dari pada wanita. Perbedaan lain ialah bahwa pria selalu mencapai orgasme dalam siklus seksualis, apabila hal itu tidak dengan sengaja dihindari. Sebaliknya wanita tidak selalu atau jarang mencapai mengalami orgasme pada koitus, bahkan ada wanita yang tidak pernah mengalami orgasme walaupun sudah memilki beberapa anak.Tidak tercapainya orgasme pada wanita dalam siklus seksual tidak banyak mengganggu wanita.
Ukuran penis dalam hubungan dengan ukuran vagina tidak mempunyai arti yang penting dalam fisiologi koitus : vagina yang paling kecilpun dapat cukup melar utuk penis yang besar dan panjang. Pada diskronkuensi yang ekstrem dapat terjadi robekan dinding vagina di forniks posterior, lebih-lebih apabila wanita berpartisipasi sangat aktif waktu koitus.Setelah histerktomia vagina masih cukup panjang untuk koitus, dan hilangnya uterus tidak mempengaruhi orgasme wanita.Apabila bagian vagina cukup luas diangkat seperti pada operasi Wertheim dan operasi schauta, atau setelah terapi dengan radium intravaginal dan intrauterine, maka dapat timbul kesulitan pada koitus karena vagina terlampau pendek atau kurang elastis.Sirkumsisi tidak mempengaruhi rangsangan glans penis.

Posisi koitus
Posisi koitus menunjukkan banyak variasi, dari yang berhadapan muka (vis a vis) dengan wanita dibawah atau diatas, atau kedua-duanya tidur miring, sampai si pria menghadap kepunggung wanita (vis a targo)
Untuk klinik hanya tiga posisi mempunyai arti, yaitu :
  1. Wanita baring telentang, pria diatas;
  2. Pria baring telentang, wanita diatas;
  3. Wanita dalam posisi lutut-siku, pria di belakangnya.
Pada pasangan yang menginginkan anak dengan uterus anteversio-fleksio, maka posisi 1 yang paling baik dipihak lain posisi ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil tua (trimester III) karena sentuhan langsung berulang-ulang dari penis dapat menyebabkan iritasi serviks, bagi pria yang menderita penyakit jantung posisi ini tidak baik, karena pihak pria yang aktif.
Pada posisi 2 dimana akar penis bersentuhan dengan klitoris dan dapat menguntungkan dalam tercapainya orgasme pada wanita, karena wanita yang aktif maka posisi ini baik untuk pria yang gemuk atau yang menderita penyakit jantung, kurang menguntungkan untuk konsepsi.
Pada posisi 3 perineum wanita kurang tertekan.Posisi ini dianjurkan apabila koitus dirasakan nyeri oleh wanita, waktu kotus berlangsung penis tidak terlampau keras menyentuh porsio (iritasi serviks kurang) pada wanita hamil tua, karena uterus gravidus agak berpindah tempatkearah cranial. 
  1. Konsep maters dan Jhonson
Pada awalnya hanya dikenal kelainan-kelaian seksual (perversi) diantara penderita-penderita penyakit jiwa, dan pelanggar-pelanggar kesusilaan (sex offenders), baru belakangan disadari bahwa tidak kalah pentingnya untuk mempelajari dan mengetahui reaksi dan tingkah laku normal (fisiolgik) untuk dapat lebih memahami apa yang tidak normal (patologik) demi untuk member terapi yang lebih memadai dan lebih sesuai.
Adapun tokoh-tokoh yang telah berjasa dalam mempelajari reaksi dan tingkah laku seksual yang dianggap normal diantaranya Van De Velde, Kinsey dkk dan Maters dan Jhonson.
Terutama hasil penyelidikan Maters dan Jhonson yang membagi kedalam empat fase rangsangan seksual menurut urutan terjadinya,yakni :
  1. Masa rangsangan (ekxcitement phse)
  2. Masa dataran tinggi (plateau phase)
  3. Masa orgasme (orgasmic phase)
  4. Masa peredaan (resolution phase)
Empat tersebut merupakan suatu siklus seksual lengkap.Pembagian memiliki keuntungan dalam pemberitaan (deskripsi) secara terperinci dari setiap penyimpangan yang terjadi pada tipa-tiap masa rangsangan seksual.Namun batas-batas diantara masing-masing masa tidak begitu tajam. Adapun fenomena dasar yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam siklus orgasmic yaitu:
  1. Vasokongesti (pengumpulan darah)
  2. Miotonia (peningkatan tonus otot)

Reaksi seksual wanita dalam siklus seksualitas
Masa rangsangan (excitement phase) terjadi sebagai akibat dari rangsangan tubuh atau / dan rangsangan psikis dan merupakan masa yang paling panjang serta lamanya dapat diatur menurut kehendak yang bersangkutan, bahkan dapat dihentikan.Apabila rangsangan diteruskan dan tegangan meningkat, maka masa rangsangan ini berlanjut kemasa berikutnya yaitu masa dataran tinggi. Plateau phase ini dengan spontan beralih ke masa orgasme (orgasmic phase) yang singkat (beberapa detik), yang pada pria disertai penyemprotan air mani dari urethra (ejakulasi). Masa berikutnya adalah masa peredaan (resolution phase), masa kembali kedalam keadaan semula.
Jikalau rangsangan diteruskan setelah orgasme, maka tampak perbedaan yang nyata antara pria dan wanita, dimana wanita dapat mengalami orgasme lagi pada setiap saat dalam masa resolusi, bahkan sampai beberapa kali dalam satu siklus (status orgasmicus), sedangkan pada pria mengalami orgasme lagi dalam masa resolusi tidak mungkin terjadi, masa resolusi harus lewat sepenuhnya, jadi setelah masa resolusi pria mengalami masa refrakter, yaitu pria memerlukan jangka waktu tertentu (sampai selesainya masa perdaan) sebelum ia dapat masuk lagi kedalam masa dataran tinggi yang baru sebagai persiapan untuk orgasme kedua.
 Perubahan – perubahan alat-alat genital wanita dalam siklus seksualitas
Seperti telah tersebut diatas perubahan-perubahan dari alat-alat kelamin berdasarkan vasokongesti dan miotonia.
v  Labium  mayus
Dalam keadaan tidak terangsang kedua tepi kedua labium mayus bertemu digaris tengah dan menutupi labia minora, introitus vaginae, dan orifisium urethrae eksternum.Dengan meningkatnya tegangan dalam masa rangsangan kedua labium mayus seorang nullipara menipis dan mendatar kearah perineum, disertai sedikit perpindahan kedepan dan kesamping.Perubahan-perubahan ini menjadi lengkap pada akhir masa rangsangan atau segera setelah masa dataran tinggi dicapai.Dalam masa peredaan labium mayus kembali kedalam keadaan semula.
Sebaliknya pada multipara dalam masa rangsangan kedua labium mayus membesar akibat berkumpulnya darah vena, tanpa disertai penipsan dan pendataran kearah perineum, sehingga labia menjadi besar lembek dan menggantung seperti tabir menutupi sebagian muara vagina.Karena ada sedikit perpindahan kearah samping akibat dorongan oleh kedua labium minus yang membengkak dan menonjol, maka immisio penis dipermudah.Pada varikosis vulvae vasokongesti dalam labium mayus dapat bertahan lama, sampai 2-3 jam dalam masa resolusi, apabila wanita tidak mencapai orgasme.
Pada dataran tinggi ukuran pembesaran sedikitnya mencapai dua kali bahkan sampai tiga kali ukuran semula. Pembesaran akibat vasokongesti ini disertai dengan perubahan warna labium minus menjadi lebih merah: pada nullipara dari merah jambu sampai merah, pada multipara dari merah sampai merah anggur. Dalam masa resolusi pembengkakan dan peubahan warna dari labia minora menghilang biasanya dalam waktu 10 – 15 detik.

v  Glandula bartholini
Pada awalnya getah lender yang dikeluarkan oleh glandula bartholini dianggap sebagai pelumas untuk mempermudah penetrasi penis dan menghindari rasa nyeri, namun sekarang hal tersebut tidaklah benar.Walaupun glandula bartholini memang mengeluarkan getah lender dalam hubungan seksual, namun itu baru terjadi pada akhir masa rangsangan atau awal masa dataran tinggi, jauh setelah immisio penis.Getah lender yang dikeluarkan sangat sedikit (satu tetes pada nullipara, 2-3 tetes pada multipara).

v  Klitoris
Klitoris merupakan homolog dari penis namun fungsinya dalam hubungan seksual sangat berbeda.Apabila penis merupakan pusat dari segala aktifitas seksual, termasuk pusat kenikmatan pada waktu orgasme, maka klitoris hanya berfungsi sebagai penerima (reseptor) dan pengubah (transformer) dari rangsangan-ransangan seksual.Pembesaran klitoris hanya terjadi pada korpus klitoridis.
Perubahan yang nyata baru tampak dalam masa dataran tinggi dengan mengkerutnya (retraction) klitoris.Pada masa orgasme tidak terjadi perubahan apa-apa.

v  Vagina
Vagina dapat diumpamakan sebagai tabung atau tong yang panjangnya 7-8 cm. dalam keadaan biasa dinding-dindingnya saling bertemu, sehingga tidak terdapat ruangan didalamnya, kecuali bila terisi oleh sesuatu, misalnya oleh darah haid atau oleh penis waktu bersetubuh. Vagina mempunyai fungsi rangkap , yaitu fungsi seksual dan fungsi konsepsi / reproduksi. Perubahan-perubahan yang khas pada vagina terjadi pada awal masa rangsangan.Sepuluh sampai 30 detik setelah rangsangan dimulai terjadi (sweeting phenomenom) diseluruh dinding vagina (walaupun dalam vagina tidak terdapat kelenjar).Pengeluaran getah ini (eksudasi) terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi dan vasokongesti pleksus venosus vaginae, yang sekaligus menyebabkan perubahan warna dinding vagina dari merah muda sampai menjadi kebiru-biruan (livide).
Dalam masa rangsangan, bagian 2/3 proksimal mengembung (menyerupai balon), lebih panjang dan lebih lebar, yang disertai regangan dari selaput lender vagina,sehingga rugae vaginales kurang jelas tampaknya. Pengembungan  bagian proksimal vagina ini menyebabkan perpindahan seviks dan korpus uteri kebelakang dan atas. Bagian 1/3 distal hanya sedikit melebar. Menjelang tibanya masa dataran tinggi, dibagian ini dan juga dibulbus vestibule terjadi vasokongesti, sehingga dinding vagina membengkak dan edematous sehingga terbentuk suatu manset orgastik atau orgasmic platoform: penis seolah-olah dicekam lebih erat. Dalam masa orgasme terjadi kontraksi-kontraksi ritmik dari manset orgastik itu sedikitnya 3-5 kali dengan jarak 0-8 detik dan dapat mencapai sampai maksimal 10-15 kali pada setiap orgasme.
Dalam masa resolusi vagina kembali ke dalam keadaan semula dalam urutan balik timbulnya perubahan-perubahan.
                
v  Uterus
Pada akhir masa rangsangan dan dalam masa dataran tinggi seluruh uterus yang dalam posisi anteversio-fleksio berpindah tempat keatas dan kebelakang sebagai akibat mengembungnya bagian 2/3 proksimal vagina.Uterus menjadi lebih besar akibat terkumpulnya dan terbendungnya darah, lebih-lebih jika masa rangsangan diperpanjang.Dalam masa orgasme korpus uteri berkontraksi ritmik dengan sifat seperti his dalam persalinan, yaitu dimulai dari atas, menjalar ketengah dan terus kebawah.Vasokongesti dan kontraksi-kontraksi ritmik itu kadang-kadang nyeri oleh wanita.
 Reaksi alat-alat genital pria dalam siklus seksualitas
Reaksi alat-alat genital pria terhadap rangsangan-rangsangan seksual lebih sederhana dari pada wanita.

v  Penis
Reaksi pertama pria terhadap rangsanganseksual ialah ereksio penis.Ini biasanya sangat individual dan sering sudah terjadi pada rangsangan paling ringan.Dengan bertambahnya rangsangan penis menjadi lebih besar, lebih panjang, dan lebih tegang.Masa rangsangan dapat diperpanjang atau dihentikan menurut kemauan.
Dalam masa dataran tinggi ereksi penis lebih meningkat dan glans penis  berubah warna menjadi kebiru-biruan (livide) karena pelebaran pleksus venosus. Dalam masa orgasme terjadi ejakulasio akibat kontraksi-kontraksi ritmik dari otot-otot: m. sfingter urethrae, m. bulbokavernosus, m. iskhiokavernosus, dan m. tranversus perinea. Kontraksi-kontaksi itu dimulai dengan jarak waktu 0.8 detik ,setelah 3-4 kali kontraksi yang kuat, maka frekuensi dan intensitas berkurang. Pria merasakan orgasme terpusat pada penis, kurang dibagian prostat dan vesika urinaria.Dalam masa peredaan ereksi penis berkurang; penis berangsur-angsur menjadi lembek dan akhirnya seperti semula.

v  Skrotum
Skrotum menunjukkan perubahan khas dalam masa rangsangan, yaitu menjadi tebal dan regang, sehingga lipatan-lipatan kulit hilang. Akibat vasokongesti local dan kontraksi dari serabut-serabut otot polos, muskulus dortus, skrotum mengecil.Dalam masa peredaan cepat atau lambat skrotum kembali kedalam keadaan semula.

v  Testis
Dalam masa rangsangan kedua testis naik kearah perineum akibat mengkerutnya funikulus spermatikus yang disebabkan oleh kontraksi yang tidak disengaja dari muskulus kremaster. Posisi ini tidak bias bertahan lama, maksimal 5-10 menit, walaupun masa rangsangan berlangsung lama. Akan tetapi naiknya testis dapat berulang beberapa kali jika masa rangsangan sengaja diperpanjang.
\Reaksi ekstragenital wanita dan pria dalam siklus seksual
Reaksi ekstragenital juga didasari oleh dua fenomena tersebut diatas, yakni vasokongesti dan peninggian tonus-tonus otot.

v  Payudara
Reaksi awal payudara terhadap ransangan seksual ialah ereksi dari papilla mammae, lebih jelas pada multipara dari pada nullipara.Pria juga dapat bereaksi serupa dalam kemungkinan 60%.Dalam masa rangsangan payudara wanita membesar yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh-pembuluh dan bertambahnya perfusi.Gambaran vena menjadi lebih jelas dalam masa dataran tinggi, pada multipara lebih intensif.Areola mammae ikut membengkak.

v  Sex Flush
Sebagai akibat dari pelebaran pembuluh-pembuluh kapilar dapat timbul titik titik atau bercak-bercak merah (eritema) dalam masa dataran tinggi (kemungkinan 75%).Eritema mulai timbul didaerah epigastrium, kemudian menjalar kepayudara dan seluruh dada, dan dapat juga menjalar ke perut bagian bawah dan bahu, bahkan dapat ke fossa antekubiti, paha dan punggung.Setelah orgasme sex flush itu menghilanh dalam urutan sebaliknya.

v  Miotonia
Tanpa dikehendaki / dikuasai, penambahan tonus otot baik secara berkala (ritmik) maupun dalalm bentuk spasme, dimulai dalam masa rangsangan dan terus berlangsung dalam masa dataran tinggi.Spasme dapat terjadi dari otot-otot lurik, misalnya tungkai bawah pada wanita yang dalam posisi duduk waktu bersetubuh atau bermasturbasi; atau pada pria dalam posisi diatas terjadi spasme karpopedal (kejang dari otot-otot lengan / tangan dan otot-otot tungkai / kaki).



v  Vesika urinaria, uretra, dan rectum
Reaksi dari alat-alat tubuh di sekitar genitalia didasari juga oleh vasokongesti, dan peningkatan tonus otot, yang disertai dengan iritasi mekanik selama hubungan seksual.
Wanita merasakan ingin kencing sewaktu atau segera setelah koitus.Kadadang-kadang keluhan disuria timbul setelah hubungan kelamin, karena dinding belakang kandung kencing atau urethra terlampau banyak dirangsang.
Konstraksi tak sengaja dari sfingter ani dan m. gluteus maksimus dapat menambah intensitas rangsangan.Dalam masa orgasme m. sfingter ani dapat berkontraksi lebih intensif lagi, yang dapat disamakan dengan kontraksi ritmik bagian 1/3 proksimal dari vagina.

v  Reaksi- reaksi lain
Reaksi-reaksi lain dalam siklus seksual tidak menunjukkan perbedaan antara wanita dan pria.Vasokongesti, peningkatan tonus otot dan rangsangan-rangsangan psikis berjalan bersamaan dengan hiperventilasi, yang dimulai pada akhir masa rangsangan, berlanjut dalam masa-masa berikutnya, dan pernapasan menjadi normal kembali pada masa resolusi.
Juga frekuensi denyut jantung dan cardiac output meningkat. Tekanan darah dapat meningkat pula menjelang dan waktu orgasme: tekanan sistolik dapat meningkat 30-40 mmHg dan tekanan diastolic 20-40 mmHg. 
Variasi seksual dalam batas-batas normal
v  Manipulasi klitoris dengan jari
Telah dibahas sebelumnya bahwa rangsangan dengan jari-jari pria sebelumnya dan sesudah wanita mencapai orgasme dianggap normal, termasuk beberapa variasi dalam pelaksanaan siklus seksual.

v  Manipulasi urogenital
Ada beberapa pria yang suka dan merasa lebih terangsang jika wanita pasangannya mempermainkan alat kelaminnya dengan mulut, birbir, dan lidah disertai dengan gigitan ringan.Manipulasi ini dinamakan fellasio.Sebaliknya si pria dapat merangsang alat kelamin pasanganya dengan bibir dan lidah yng disebut kunnilinksio.

v  Masturbasi (onani)
Pemuasan sendiri secara seksual tanpa koitus, biasanya dengan tangan atau benda lain, sering dilakukan oleh anak-anak dan muda-mudi dalam perkembangan fisik dan psikoseksualnya.Juga orang dewasa dalam keadaan tertentu, biasanya abstinensi, dapat melakukan masturbasi sebagai penyaluran nafsu syahwat.

v  Homoseksual
Hubungan seks antara dua orang pria, cara pamuasan seksual yaitu terutama ditujukan pada rangsangan penis utuk mencapai ejakulasi dan orgasme. Seorang homoseksual dapat mencari sebagai objeknya / mangsanya diantara pria-pria yang tidak bertendensi homoseksual, bahkan diantara anak-anak dibawah umur.
v  Lesbianisme
Hubungan seks antara dua orang wanita, lesbianism dalam batas-batas notertentu tidak dianggap sebagai deviasi seksual, misalnya yang dilakukan diasrams-asrama putrid atau dirumah penjara, karena keadaan yang mendorong pelakunya untuk berbuat demikian, dalam keadaan normal mereka tidak melakukannya lagi.
Pemuasaan seksual diantara pasangan lesbian dilakukan lewat bermacam-macam cara, dari sentuhan-sentuhan ringan didaerah erogen, terutama payudara, bercium-ciuman dan stimulasi klitoris.
Gangguan Seksualitas (Sexual Inadequacy)
Gangguan hubungan  seksual, baik pada wanita maupun pria, dipengaruhi oleh factor psikologik, misalnya akibat kekurangan / kesalahan pendidikan dan penyuluhan seksual, hubungan seksual yang tidak sempurna, pandangan hidup yang salah tentang seks, ketakutan akan akibat-akibat hubungan seksual (kehamilan, penyakit venerik) pengalaman buruk dari hubungan seksual di masa lampau, hubungan suami-istri yang tidak harmonis, dan sebagainya. Jarang  kelainan organic pegang peranan yang menentukan.
 Gangguan seksual wanita
v  Frigiditas
Istilah frigiditas berarti tidak ada libido seksualitas pada wanita, namun kurang tepat jika digunakan pada wanita yang gagal mencapai orgasme.Duret-Cosyns menyatakan bahwa dalam bentuk apapun frigiditas hampir selalu merupakan refleksi dari hambatan psikologis, secara sadar atau tidak sadar, tersering berhubungan dengan gangguan perkembangan psikoseksual dalam masa lampau wanita sejak kanank-kanak, dan dengan jenis pendidikan yang diterimanya.

v  Anorgasmi
Orgasme merupakan suatu fenomena subjektif yang dapat didefinisikan sebagai peralihan dari tegangan seksual yang memuncak keperadaan lengkap dengan disertai puncak kenikmatan, lazim disebut juga asme, extase  atauclimax. Anorgasme primer umumnya disebabkan oleh gangguan psikis-emosional, biasanya sebagai akibat dari anggapan yang salah tentang seks, akibat pengalaman buruk dimasa lampau, akibat ketakutan akan kehamilan atau penyakit venerik, atau apabila tempat dan suasana yang kurang ideal waktu dilakukan hubungan seksual. Juga kurangnya pengetahuan dan pengalaman dari pihak pasangan pria dapat menghambat orgasme.Sedangkan anorgasmi sekunder biasanya disebabkan kaerna memburuknya hubungan antara kedua pasangan yang bersangkutan, dan penanganannya pun jauh lebih sulit.

v  Dispareunia
Dispareunia berarti bahwa koitus sukar dan nyeri, atau penetrasi penis tidak lengkap. Ini sering disebabkan oleh kelainan organic, misalnya penyempitan vagian karena atrofi dan jaringan parut, oleh peradangan vulva dan vagina, dan oleh proses penyakit didalam panggul.
Kadang-kadang dispareunia mempunyai dasar psikoseksual untuk melindungi sesuatu organ (organ-neurose).Sering pula dispareunia disebabkan oleh vaginisme akibat spasme dari muskulus sfingter vaginae dan muskulus levator ani.

v  Vaginisme
Seluruh otot dasar panggul mengejang.Introitus vaginae menyempit dan immisio penis dihalangi, atau dipersulit dan dirasakan nyeri, lambat-laun otot-otot dasar panggul berada dalam keadaan spasme yang menetap.Seperti dijelaskan diatas karena kelainan ini mempunyai dasar psikologis dan memerlukan pendekatan secara psikologik pula.

v  Nimfomania
Nimfomania adlah sebaliknya dari firgiditas, yaitu keinginan bersetubuh yang berlebihan yang dapat merupakan obsesi dan dapat menyebabkan penyelewengan seksual dalam pernikahan atau pelarian ke prostitusi.Sebenarnya batas-batas normal dan tidak normal tidak jelas, pada pria penyimpangan ini disebut satiriasis.
 Gangguan seksual pria
v  Impotensia koendi
Gangguan seksual pada pria, yang tidak mampu bersetubuh karena kemampuan ereksi penis kurang atau tidak ada, walaupun libido tetap ada. Hamper selalu gangguan ini merupakan neurosis seksual yang biasanya disebabkan karena kegagalan atau karena ketakutan akan kegagalan dalam koitus. Setelah benar-benar dialami kegagalan,maka neurosisnya menjadi lebih berat, sehingga terbentuklah lingkaran setan (circulus vitious) sampai terjadi impotensi lengkap.
v  Impotensia ejakulandi
Impotensia ejakulandi dartikan sebagai, bahwa seorang pria memiliki libido, dapat bererksi dan bersetubuh, akan tetapi tidak dapat mencapai ejakulasi dan orgasme. Apabila ejakulasi tidak disertai orgasme, atau orgasme kurang / hampir tidak dirasakan, maka itu dianamakan impotensia satisfaksionis.
v  Ejakulasio prekoks
Yakni pengeluaran sperma yang terlampau cepat,yaitu sebelum atau segera penetrasi penis. Apabila peristiwa ini sifatnya sementara, misalnya pada koitus pertama atau pada koitus setelah abstinensi lama, maka ini masih dianggap dalam batas-batas normal dan biasa hilang dengan sendirinya.
 Kelainan seksualitas
Abnormalitas hubungan seksual yang lebih berat sifatnya dan tidak mudah diperbaiki lazim disebut perversitas seksual, yang lebih banyak diderita oleh pria dari wanita.Biasanya yang menjadi dasar ialah factor psikologis yang sudah berakar dalam sejak masa lampau, sejak masa kanak-kanak, konstitusional atau penyakit jiwa.Biasanya penderita-penderita ditangani oleh psikiater baik sebagai penderita penyakit jiwa ataupun pelanggar hokum (sex offenders).  
v  Sadisme
Istilah sadism berasal dari bangsawan Prancis, Marquis de sade (1740-1814) yang melakukan kebiasaan itu, dan berarti sebagai suatu perversi seksual dimana seseorang memperoleh kepuasaan / kenikmatan seksual dengan menyiksa / menganiaya/ menyakiti partnernya.

v  Masochisme
Masochisme (Leopold von sacher-Masoch, seorang ahli sejarah dan penulis Austria, 1836-1895) ialah sebaliknya dari sadisme. Sesoarang akan mencapai kepuasan / kenikmatan seksual apabila ia disiksa.
v  Ekshibisionisme
Ialah suatu kecenderungan abnormal yang tidak terkuasai untuk menunjukkan alat kelaminnya secara sadar atau tidak sadar, untuk menarik perhatian, perversitasini hanya dijumpai pada pria.
v  Voyeurisme
Ada orang-orang yang mempunyai keinginan untuk melihat alat kelamin orang lain atau mengintip (peeping tom) orang bersetubuh, yang dapat memberinya kepuasan seksual.
v  Bestialisme
Apabila seseorang berhubungan kelamin dengan binatang
v  Sodomi
Istilah sodomi dikaitkan dengan kota Sodom dalam kitab Injil, yang hancur karena kebakaran dan rakyatnya mengalami kehancuran dan rusak moralnya. Sodomi tidak memiliki arti yang tegas kadang-kadang dipakai untuk hubungan kelamin dengan hewan atau juga dipakai untuk hubungan kelamin yang abnormal antara 2 orang sejenis kelamin, misalnya melalui anus.
v  Fethikisme
Fetikhisme atau fetisisme ialah pemujaan atau mencintai suatu benda bekas milik seseorang yang dicintai, misalnya rambut, sapu tangan, pakaian dan lain-lain.Seorang fetish dapat memperoleh kenikmatan erotic dari dari suatu benda fetish.
v  Nekrofilia
Nekrofilia beararti kecenderungan abnormal untuk berhubungan seksual dengan mayat.
v  Insestus
Insestus ialah hubungan kelamin antara orang-orang yang sangat dekat dengan hubungan keluarganya, misalnya antara saudara kandung dan antara ayah dan putrinya.
v  Transvestisme
Transvestisme atau eonisme ialah kebiasaan / kesukaan untuk mengenakan pakaian dari lawan jenis kelaminnya. Secara mental ia masih merasa sesuai dengan jenis kelamin fisiknya. Suami yang transverstit akan memakai pakaian istrinya untuk mendapat kepuasan seksual. Koitus biasa masih dilakukan karena unsusr heteroseksual masih ada.
v  Pedofilia erotika
Pedofilia berarti kesukaan pada anak-anak, akan tetapi pedofilia erotica berarti kesukaan untuk melampiaskan nafsu birahi pada anak-anak. Pelaku pedofilia erotica menderita kelainan jiwa dan biasanya mempunyai ibu yang dominan, agresif dan castrating dan istri seorang yang galak dan selalu mencela setiap gera-gerik suami.
v  Perkosaan
Perkosaan ialah penetrasi alat kelamin wanita oleh penis pria dengan paksaan, baik oleh satu maupun oleh beberapa orang pria, atau dengan ancaman.Seandainya unsur paksaan / ancaman dihilangkan, maka hubungan kelamin tersebut tidak dari koitus biasa, hanya dilakukan diluar perniahan.Perkosaan yang sebenarnya jarang terjadi, dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu common low rape (si korban sudah cukup umur) dan statutory rape (si korban dibawah umur).
v  Lust murder
Perkosaan yang disertai pembunuhan.Biasanya perkosaan dilakukan lebih dahulu dan pembunuhannya terjadi selama atau setelah perkosaan.
 Pendidikan Dan Penyuluhan Seksual
 Berbagai definisi telah diberikan untuk pengertian pendidikan seksual (sex education). Salah satu definisi diberikan oleh Scarbath sebagai berikut :“sex education is a planned influence on learning processes directly or indirectly related to the patterning of a value system concerning sexuality”. Pada waktu ini cara-cara pendidikan seksual didasari oleh dua pandangan dan pendekatan yang sangat berbeda, yaitu : (1) pendekatan psikoanalitik, yang hanya mengakui bahwa perkembangan psiko-seksual ditentukan oleh pembawaan yany untuk sebagian besar sifatnya autonom. (2) pendekatan sosiologik (sociological or social learning approach), yang mengakui adanya pengaruh dari lingkungan. Yang mempunyai banyak pengikut adalah pandangan ke dua.
            Pendidikan seksual sebaiknya sudah dimulai sedini-dininya, dalam masa kanak-kanak dengan peranan utama dipegang oleh para orang tua, sedang penyuluhan seksual sangat baik dan bermanfaat bagi muda-mudi, bagi pasangan yang menginjak jenjang pernikahan, bagi wanita hamil, pasangan yang mengingini keturunan, orang-orang yang mengalami gangguan seksual dan penderita-penderita penyakit / kelamin tertentu.
v  Penyuluhan muda-mudi
Dalam penyuluhan muda-mudi perlu dibahas anatomi fisiologi alat kelamin, serta fisiologi hubungan seksual.Juga variasi dan penyimpangannya yang masih dianggap dalam batas-batas normal.Semua itu dilakukan dengan latar belakang norm-norma yang berlaku, termasuk agama dan pandangan masyarakat.
Terutam masturbasi, lesbianism, dan homoseksualitas perlu dibahas lebih jauh dan bijaksana; begitu halnya dengan hubungan seksual diluar pernikahan dengan segala konsekuensinya, seperti penyakit kelamin, kehamilan, pertentangan dengan orang tua, putusnya pendidikan dan pekerjaan, dengan sebagainya.
v  Penyuluhan pernikahan (marriage cuonseling)
Apabila sepasang calon suami-istri dating untuk memeriksakan diri dan meminta nasehat, maka kedua-duanya diwawancarai dan diperiksa badannya, termasuk alat kelaminnya dan pemeriksaan laboratorium.Setelah semuanya selesai baru diberikan penyuluhan.
Hubungan kelamin yang telah atau belum terjadi harus ditinjau dalam hubungan dengan perubahan zaman dan norma-norma yang sedang berlaku.Nasehat-nasehat tentang kontrasepsi diberikan apabila dianggap perlu.Perhatian khusus perlu dicurahkan pada malam pertama pernikahan (koitus pertama dan deflorasi), apabila si calon istri muda usianya.
v  Penyuluhan dalam kehamilan
Hubungan kelamin tidak dilarang dalam kehamilan, kecuali 6 minggu sebelum dan 6 minggu setelah persalinan.Gravida dengan riwayat infertilitas atau abortus habitualis dan primi tua sebaiknya dianjurkan tidak berhubungan kelamin dalam kehamilan muda.Perdarahan, walaupun sedikit pada merupakan kontraindikasi bagi koitus.
Telah dijelaskan sebelumnya dalam pembicaraan posisi koitus dalam kehamilan trimester III, apabila tidak bias dilarang setelah kehamilan 34 minggu, dianjurkan posisi lutut-siku bagi si wanita dan si pria dibelakangnya (iritasi serviks uteri kurang).
v  Penyuluhan pada penderita – penderita PMS
Pada suami atau istri yang mengidap PMS hendaklah si suami memakai kondom karena kondom dapat melindung penyebaran penyaki dan mengurangi risiko kehamilan.
v  Penyuluhan pada pasutri ingin anak (Infertiltas)
Posisi senggama telah dibicarakan di depan. Salah satu penyebab dari pasutri yang tidak mempunyai anak adalah stress psikologis (ketegangan hidup) dari pihak istri, sehingga spermatozoa mengalami aglutinasi (penjendalan) waktu bertemu dengan lender serviks. Penanganan dengan cara menghilangkan ketegangan hidup dari istri.














BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Seksologi adalah ilmu pengetahuan tentang reaksi dan tingkah laku seksual manusia yang sifatnya universal dan multidisipliner.Seksilogi tidak mempunyai definisi yang jelas dan konvensional. Disebut universal karena ilmu ini berlaku di seluruh dunia, baik bagi penduduk yang paling primitf, maupun bagi orang – orang yang paling tinggi tingkat kebudayaannya, sedangakan istilah multidisipliner menunjukkan bahwa ilmu ini bergerak dibanyak bidang ilmu pengetahuan lain.

Hubungan seksual yang dianggap normal (fisiologik) adalah hubungan heterosekual yang lazim dilakukan oleh umat manusia yang ikut ditentukan oleh pandangan hidup (moral), kebudayaan, kepercayaan dan agama.Setiap penyimpangan baik dalam perkembangan vita seksual maupun penyalurannya dianggap patologik.
Gangguan hubungan  seksual, baik pada wanita maupun pria, dipengaruhi oleh factor psikologik, misalnya akibat kekurangan / kesalahan pendidikan dan penyuluhan seksual, hubungan seksual yang tidak sempurna, pandangan hidup yang salah tentang seks, ketakutan akan akibat-akibat hubungan seksual (kehamilan, penyakit venerik) pengalaman buruk dari hubungan seksual di masa lampau, hubungan suami-istri yang tidak harmonis, dan sebagainya. Jarang  kelainan organic pegang peranan yang menentukan.

Pendidikan seksual sebaiknya sudah dimulai sedini-dininya, dalam masa kanak-kanak dengan peranan utama dipegang oleh para orang tua, sedang penyuluhan seksual sangat baik dan bermanfaat bagi muda-mudi, bagi pasangan yang menginjak jenjang pernikahan, bagi wanita hamil, pasangan yang mengingini keturunan, orang-orang yang mengalami gangguan seksual dan penderita-penderita penyakit / kelamin tertentu

  1. Saran
    1. Dapat mengetahui tentang seksologi
    2. Dapat mengetahui variasi, gangguan dan kelainan seksualitas
    3. Memberikan pendidikan dan penyuluhan seksual


 DAFTAR PUSTAKA
            Prawirohardjo Sarwono: Ilmu Kandungan. PT. Bina Pustaka.Edisi 4 cetakan 3. Jakarta. 2010

Wimpie Pangkahila : Peranan seksologi dalam kesehatan reproduksi. Obginsos, YBP-SP, 2005 : 64-89

Seksologi. http//www.k-rezkie.blogspot.com/2008/01/seksologi.html

Sekilas tentang seksologi. http//www.vitasexual.wordpress.com/2008

Tehnik-tehnik persetubuan. Syokkahwin.com. 2008

posisiseksual.http//www.panduankesehatan.blogspot.com/2008/08/01/archive.html
http://www.google.com/seksologi  (diakses tanggal 2 Oktober 2012)