Selasa, 23 April 2013

PLASENTA PREFIA


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
            Kehamilan merupakan sebuah anugrah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada hamba-Nya, sepasang suami istri yang telah menikah sering kali mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah mereka.
            Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga terjadinya konsepsi dan fertilasi sampai lahirnya janin. Namun, seringkali dalam tahap perkembangan kehamilan terjadi sebuah “kelainan” atau ke-abnormalan. Salah satunya adalah perdarahan.
            Perdarahan sebelum persalinan atau perdarahan antepartum adalah perdarahan lewat jalan lahir yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 22 minggu (trimester dua dan tiga) dan saat persalinan sebelum bayi lahir. Kondisi ini lebih berbahaya hingga membutuhkan penanganan khusus. Umumnya perdarahan berasal dari kelainan plasenta (ari-ari).
            Perdarahan selama kehamilan (perdarahan antepartum) merupakan salah satu masalah yang dikhawatirkan ibu hamil. Perdarahan bisa terjadi saat awal keamilan hingga saat menjelang persalinan. Salah satu penyebab perdarahan nyawa ibu hamil dan jann adalah perdarahan yang disebabkan letak ari-ari /plasenta. dimana letak plasenta berada pada posisi yang tidak normal/ menutup jalan lahir (mulut rahim /serviks) pada segmen bawah rahim pada kehamilan lebih dari 20 minggu dinamakan plasenta previa.




I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah plasenta prefia ini adalah :
1.      Agar mahasiswa mampu mengetahui defenisi dari plasenta previa
2.      Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi  dari plasenta previa
3.      Agar mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi dari plasenta previa
4.      Agar mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi (pathway) dari plasenta previa
5.      Agar mahasiswa mampu mengetahui dtanda dan gejala dari plasenta previa
6.      Agar mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan  dari plasenta previa












BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Defenisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian/ seluruh jalan lahir.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri interim, Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uterus .
Menurut Prawiroharjo (1992), plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.

II. 2 Etiologi
            Belum diketahui pasti namun beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan plasenta prefia antara ain :
·         Pernah melahirkan sebelumnya
·         Pernah operasi sesar
·         Pernah dilakukan kureatase atau operasi pada rahim (pengangkatan miom)
·         Pernah mengalami plasenta prefia sebelumnya.
·         Usia 35 tahun keatas
·         Merokok etnis asia
·         Saat ini mengalami kehamilan kembar

II. 3 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu,  yaitu:
 





·         plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta,pembukaan 4-5 cm, teraba plasenta menutupi seluruh ostea.
·         plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta,
·         plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir,
·         plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir.
II.4 Patofisiologi (pathway)
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
Etiologi, kehamilan lanjut dan persalinan
Segmen bawah melebar dan menipis
Pembukaan serviks
Plasenta menempel di segmen bawah/plasenta lepas dari dinding uterus
Sinus uterus robek
Perdarahan
II.5 Tanda dan Gejala
Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah:
Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang
a.       Darah biasanya berwarna merah segar.
b.      Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
c.       Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
d.      Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
II.6 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Apabila plasenta previa menutupi jalan lahir baik total maupun sebagian maka tindakan bedah sesar merupakan pilihan paling aman. Jika plasenta tidak menutupi mulut rahim (plasenta marginalis atau letak rendah) maka pesalina pervaginam bisa dilakukan selama tidak ada perdarahan banyak saat persalinan. Masalah yang sering terjadi adalah jika terjadi perdarahan saat janin belum cukup bulan (38 minggu) maka tindakan persalinan dapat dilakukan jika perdarahan berulang dan banyak. Maka umumnya dokter akan memberikan obat pematangan paru bagi janin. Apabila perdarahan berhenti maka dapat dilakukan tindakan konservatif (persalinan ditunggu hingga janin cukup bulan)
 Penatalaksanaan medic dapat dilakukan dengan :
a.       Jika kehamilan < 36 minggu
·         Perdarahan sedikit : istirahat baring dan farmakologi, jika perdarahan berkurang : obat oral dan USG, jika perdarahan masih ada lanjutkan farmakologi.
·         Perdarahan bnyak : infuse, farmakologi, pemeriksaan HB, leukosit, dan golongan darah, siapkan darah dan persiapan sc

b.      Jika kehamilan > 36 minggu
Jika perdarahan banyak infuse, farmakologi, pemeriksaan HB, leukosit, dan golongan darah, siapkan darah dan persiapan sc.
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
i. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan < 37 minggu.








BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah plasenta prefia ini adalah :
1.      Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian/ seluruh jalan lahir.
2.      Belum diketahui pasti namun beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan plasenta prefia antara ain : Pernah melahirkan sebelumnya , Pernah operasi sesar , Pernah dilakukan kureatase atau operasi pada rahim (pengangkatan miom), Pernah mengalami plasenta prefia sebelumnya, Usia 35 tahun keatas , Merokok, etnis asia , Saat ini mengalami kehamilan kembar .
3.      Klasifikasi plasenta prefia antara lain :
plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta,pembukaan 4-5 cm, teraba plasenta menutupi seluruh ostea, plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta, plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir, plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir.
4.      Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan
5.      Tanda dan gejala :yang dapat timbul antara lain : Darah biasanya berwarna merah segar, Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas, Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin, Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
6.       Apabila plasenta previa menutupi jalan lahir baik total maupun sebagian maka tindakan bedah sesar merupakan pilihan paling aman.
III.2 Saran
            Keadaan perdarahan sebelum persalinan merupakan keadaan yang dapat berakibat fatal jika tak mendapatkan penangan intensif, karena itu dalam hal ini para perawat sebaiknya cermat melihat kondisi pasien misalnya pendarahan pada plasenta prefia, agar jika terjadi keadaan darurat dapat segera tertangani.


DAFTAR PUSTAKA
Nugroho Taufan. 2011. “Asuhan Keperawatan Maernitas, Anak, Bedah, dan Penyakit
Dalam”. Yogyakarta : Nuha medika.

Nugroho Taufan. 2010. “Buku Ajar Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan” Yogyakarta :
Nuha Medika.

Rahmawati, E.N. 2011. “Ilmu Praktis Kebidanan” Surabaya : victory inti cipta.

Sari, M,D. 2012., Askep Plasenta Previa. http://nursemiadiansari.blogspot.com.

Setya ,E. 2012. Asuhan Keperawatan Plasenta Previa.

http://eviesetya.wordpress.com.

Qky. 2011. Askep Placenta Previa. http://nerskiky.blogspot.com

http://www.kesehatan123.com/2642/kehamilan/

http://www.anakku.net/waspadai-perdarahan-pada-kehamilan.html

http://yukimoko23.wordpress.com/2012/10/06/plasenta-privea/

MOLA HIDATIDOSA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Setiap kehamilan pada seorang calon ibu merupakan tanda kehadiran sang buah hati yang sedang bertumbuh di dalam rahim. Namun, tak semua kehamilan dapat berlangsung sukses. Pada keadaaan tertentu buah kehamilan ada yang mengalami gangguan dalam proses pertumbuhan dan akhirnya gugur. Bila hasil pembuahan tersebut berhasil menjadi janin dan gugur, tindakan yang dilakukan oleh dokter adalah melakukan kuretase atau memberikan obat untuk membersihkan rahim yang janinnya telah gugur.
Pada kasus hamil anggur atau secara medis di sebut molahidatidosa, proses kehamilan mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal di mana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung-gelembung yang berbentuk  bergerombol menyerupai buah anggur.
Frekwensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 120 kehamilan) daripada wanita di Negara-negara barat (1 atas 2000 kehamilan). Guru Besar Tetap FKUI, Prof  Dr dr Andrijono, SpOG (K) menjelaskan, Kasus hamil anggur di Indonesia dikabarkan cukup besar terjadi. Sekitar satu dari 40 hingga 400 kehamilan terjadi hamil anggur. Namun, dengan semakin cepatnya deteksi dini pada kehamilan yang bermasalah pada trimester pertama dengan alat USG,  maka seringkali  buah  kehamilan  yang kosong segera diketahui dan tidak sampai terjadi hamil anggur.Tentang nasibnya kehamilan tidak normal ini dapat dikatakan,bahwa mola keluar sendiri atau dikeluarkan dengan suatu tindakan; pengeluaran sendiri biasanya disertai dengan perdarahan banyak.
Menurut Andrijono, karena hamil anggur merupakan kehamilan yang bersifat abnormal maka perempuan yang mengalaminya harus segera mengeluarkan kandungannya. Yang juga perlu dipahami, perempuan yang mengalami hamil anggur juga dapat mengalami komplikasi. Misalnya perdarahan, infeksi, dan munculnya kanker. 


B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang penyakit Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur
2.      Tujuan khusus
a.       Untuk mengetahui definisi dari penyakit Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur
b.      Untuk mengetahui Etiologi dari penyakit Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur
c.       Untuk mengetahui gejala dari penyakit Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur
d.      Untuk mengetahui pathogenesis dari penyakit Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur
e.       Untuk mengetahui diagnosis dari penyakit Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur
f.       Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari penyakit Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur
g.      Untuk mengetahui penanganan dari penyakit Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur
h.      Untuk mengetahui pengamatan lanjutan dari penyakit Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan cirri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan edematous. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus; gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada villus kadang-kadang berploriferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormone, yakni human chorionic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104)
Prof  Dr dr Andrijono, SpOG menjelaskan Hamil anggur (mola hidatidosa) adalah kehamilan abnormal berupa pertumbuhan yang berlebihan dari sel-sel plasenta atau ari-ari yang berbentuk gelembung-gelembung seperti buah anggur. Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal janin mirip dengan gerombolan buah anggur. Pada kehamilan anggur janin tidak bisa tumbuh dengan sempurna. Dan ini akan mengakibatkan rahim kosong ( blighted ova ) dan janin yang belum terbentuk tadi terserap masuk kedalam tubuh. Akibatnya saluran yang mengalirkan darah dan nutrisi atau yang di sebut jonjot di rahim tetap tumbuh dan menggelembung. Dan gelembung yang mirip buah anggur ini akan membesar seiring dengan meningkatnya usia kehamilan.

B.     Etiologi
Hingga saat ini masih belum banyak diketahui secara pasti penyebab hamil anggur. Tapi ada beberapa pendapat ahli yang menduga bahwa penyebab hamil anggur adalah :
1.   Gangguan gizi dan nutrisi pada janin.
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan guru besar Obstetri dan Ginekologi FKUI, Prof. Dr. dr. Andrijono SpOG (K), menyimpulkan bahwa kekurangan vitamin A dapat menyebabkan hamil anggur. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa kadar vitamin A dalam darah penderita hamil anggur lebih rendah dibandingkan wanita dengan hamil normal. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa risiko seorang perempuan hamil menderita hamil anggur 6,8 kali lebih besar jika kadar vitamin A dalam darahnya kurang. Bahkan risiko bisa meningkat 7 kali jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan pertama. Menurut data yang diteliti, terlihat dari 73,13 % penderita hamil anggur, deposit vitamin A-nya di bawah normal yang ditandai adanya gangguan fungsi hati.
2.   Gangguan kekebalan tubuh ( imunologi ).
3.   Kelainan Kromosom.
4.   Adanya riwayat keluarga yang hamil anggur.

C.     Gejala
Secara umum gajelanya yaitu Uterus membesar lebih cepat dari biasa, penderita mengeluh tentang mual dan muntah, tidak jarang terjadi perdarahan per vagina. Kadang-kadang pengeluaran darah disertai dengan pengeluaran beberapa gelembung villus, yang memastikan diagnostic mola hidatidosa.dan dapat juga ditemukan pasien dengan :
  1. Pada umumnya tanda kehamilan test urine positif  hamil. Ibu mengeluh ada bercak perdarahan berulang - ulang bahkan bisa menagkibatkan penurunan  kadar sel darah merah ibu ( anemia )
  2. Ibu hamil dengan  Molahidatidosa juga mengeluh mual muntah yang berlebihan bahakan hingga pada kondisi keracunan kehamilan ( toksemia gravidarum ).Mual dan muntah ini akibat tingginya kadar hormon HCG ( Hormon Chorionik Gonadotropin) dalam tubuh ibu.
  3. Perut ibu semakin membesar tetapi ibu tidak merasakan gerakan - gerakan janin dalam kandungannya.
  4. Besarnya perut ibu hamil melebihi besar perut ukuran usia hamil yang seharusnya.
  5. Pada keadaan lanjut gelembung hamil anggur ikut keluar bersamaan dengan keluarnya darah dari  dalam rahim

D.    Patogenesis
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :
1.      Teori missed abortion.
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
3.      Teori neoplasma dari Park.
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
4.      Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.
(Silvia, Wilson, 2000 : 467)

E.     Diagnosis
Sudah dikemukakan bahwa uterus pada mola hidatidosa tumbuh lebih cepat dari pada kehamialan biasa; pada uterus yang besar ini tidak terdapat tada-tanda adanya janin di dalamnya, seperti balottemen pada palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pada pemeriksaan rontgen, dan adanya denyut jantung pada ultrasonografi. Perdarahan merupakan gejala yang sering ditemukan.
Kadar hCG pada mola lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (B-Scan) member gambaran yang khas mola hidatidosa.



F.      Pemeriksaan Diagnostik:
1.      Rontgen foto : kalau ada rangka janin maka kemanqkinan terbesar bahwa kehamilan biasa walaupun pada mola partialia kadang-kadang terdapat janin. Tidak terlihatnya janin tidak menentukan.
2.      Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin
3.      Percobaan sonde ; pada mola sonde mudah masuk ke dalam cavum uteri, pada kehamiilan biasa ada tahanan oleh janin.

G.    Penanganan mola hidatidosa
Berhubung dengan kemungkinan, bahwa mola hidatidosa menjadi ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi bagi wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan pengeluaraan mola dengan kerokan isapan (sunction curettage) dan disertai dengan pemberian infuse oksitosin intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus; kerokan perlu dilakukan hati-hati berhubung dengan bahaya perforasi.
Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu dilakukan ulangan dengan kuret tajam agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong, dan untuk memeriksa tingkat poliferasi sisa-sisa trofoblast yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan.
Sebelum mola dikeluarkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen paru-paru untuk menentukan ada tidaknya metastasis di tempat tersebut.
Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista tekalutein. Kista-kista ini yang tumbuh pengaruh hormonal, kemudian mengecil sendiri.
Terapi yang diberikan biasanya adalah antibiotik, tambah darah, obat nyeri, atau sitostatika untuk menghentikan perdarahan.
Bila tindakan penanganan dan pengobatan telah dilakukan secara cepat dan tepat, maka ibu dapat berpeluang untuk hamil kembali. Kontrol rutin tetap harus dijalani sesuai ketentuan prosedur dari dokter. Bila pemeriksaan kadar hCG dalam darah sampai tiga kali berturut turut negatif,  ibu boleh pulang dengan diberi konseling penggunaan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.Alat kontrasepsi pilhan bisa pil, atau IUD.

H.    Pengamatan lanjutan
Pengamatan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang uterusnya dikosongkan, sangat penting berhubungan dengan kemungkinan timbulnya tumor ganas (dalam ± 20%). Pada pengamatan lanjutan, selain memeriksa terhadap kemungkinan timbulnya metastasis, sangat penting untuk memeriksa kadar hormone koriogonadotropin (hCG) secara berulang.
Pada kasus-kasus yang tidak menjadi ganas, kadar hCG lekas turun menjadi negative. Pada awal pascamola dapat dilakukan tes hamil biasa, akan tetapi setelah tes biasa menjadi negative, perlu dilakukan pemeriksan radio-immunoassay hCG dalam serum. Pemeriksaan yang peka ini dapat menemukan hormone dalam kuantitas yang rendah.
Pemeriksaan hCG diselenggarakan setiap minggu sampai kadar menjadi negative satelah tiga minggu, dan selanjutnya tiap bulan selama enam bulan. Sampai kadar hCG menjadi negative, pemeriksaan roentgen paru-paru dilakukan tiap bulan. Selama dilakukan pemeriksaan kadar hCG, penderita diberitahukan agar tidak hamil. Pemberian kontrasepsi berguna dalam dua hal :
1.      Mencegah kehamilan baru
2.      Menekan pembentukan LH oleh hipofisis,
Yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar hCG. Apabila tingkat kadar hCG tidk turun dalam tiga minggu berturut-turut atau malah naik, dapat diberi kemoterapi, kecuali jika penderita tidak menghendaki bahwa uterus dipertahankan; dalam hal ini dilakukan histerektomi.
Kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian Methotrexate atau Dactinomycin, atau kadang-kadang dengan kombinasi dua obat tersebut. Biasanya cukup member satu seri dari obat yang bersangkutan. Pengamatan lanjutan terus dilakukan, sampai kadar hCG menjadi negative selama enam bulan.























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan cirri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan edematous. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus; gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada villus kadang-kadang berploriferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormone, yakni human chorionic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
2.     Hamil anggur merupakan kehamilan yang bersifat abnormal maka perempuan yang mengalaminya harus segera mengeluarkan kandungannya. Yang juga perlu dipahami, perempuan yang mengalami hamil anggur juga dapat mengalami komplikasi. Misalnya perdarahan, infeksi, dan munculnya kanker. 
3.      Berhubung dengan kemungkinan, bahwa mola hidatidosa menjadi ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumblah anal yang diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi bagi wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan pengeluaraan mola dengan kerokan isapan (sunction curettage)ndisertai dengan pemberian infuse oksitosin intravena.
4.     Bila tindakan penanganan dan pengobatan telah dilakukan secara cepat dan tepat, maka ibu dapat berpeluang untuk hamil kembali. Kontrol rutin tetap harus dijalani sesuai ketentuan prosedur dari dokter. Bila pemeriksaan kadar hCG dalam darah sampai tiga kali berturut turut negatif,  ibu boleh pulng dengan diberi konseling penggunaan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.Alat kontrasepsi pilhan bisa pil, atau IUD.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim,file:///C:/Users/user/Documents/Hamil%20anggggur.htm, diakses pada tanggal 22 Februari 2013
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Parwirohardjo: Jakarta